“Sore, Tante Clara.”
Clara mengangkat kepala ketika mendengar sapaan dengan suara yang terdengar sangat lirih itu. Mata gadis itu menangkap keberadaan Bunga yang berdiri tidak jauh dari tempatnya duduk.
Bunga terlihat masih mengenakan seragam sekolahnya. Wajah gadis itu tidak terlihat ceria seperti biasanya. Bahkan dia seperti seseorang yang sedang kehilangan semangat.
“Sore, Bunga. Kenapa lesu sekali?” tanya Clara bingung.
Bunga mengerucutkan bibir dan tidak menjawab pertanyaan Clara. “Bunga mau ketemu Papa dulu, Tante.”
Clara mengangguk. “Papa Bunga ada didalam, langsung masuk aja,” ucap Clara menunjuk pintu ruangan Revino dengan dagunya.
Clara tersenyum kepada Hani yang baru menghentikan langkah kakinya. Memang Bunga lebih dulu berjalan didepannya tadi setelah mereka keluar dari lift. Hani menghampiri Clara dan tidak mengikuti Bunga ke dalam ruangan Revino.
“Tadi di sekolah dia bertengkar dengan teman sebangkunya. Sudah aku bawa jalan-jalan dan makan ice cream, tapi mood nya masih buruk. Mungkin bertemu dengan Papa nya lebih awal bisa membuatnya tenang,” cerita Hani setelah mendengar pertanyaan Clara kepada Bunga tadi.
“Silakan duduk dulu, Mbak,” ucap Clara. “Aku selesaikan ini sebentar,” ucap Clara karena masih ingin mendengar kelanjutan cerita Hani.
Hani segera duduk ditempat yang biasanya dia duduki jika datang kesini untuk mengantar Bunga. “Bukannya sekarang sudah jam pulang ya, Ra?” tanya Hani sambil memperhatikan Clara yang sedang menatap layar komputer.
“Sudah, Mbak. Cuma tadi ada berkas yang diperlukan Pak Revino mendadak. Jadi aku menyiapkan itu dulu dan mengirimnya,” gumam Clara. Gadis itu mematikan komputernya dan memasukkan ponselnya kedalam tas.
Hani mengangguk-angguk. “Aku pikir kamu akan lembur.”
“Gak, Mbak. Pak Revino itu atasan yang baik. Gak nyuruh lembur jika memang sudah benar-benar terdesak,” ucap Clara disertai kekehan dari mulutnya. Gadis itu kemudian menatap Hani penasaran. “Bunga sepertinya bukan gadis yang suka bertengkar, Mbak. Dia anaknya baik dan penurut begitu. Kenapa sekarang bisa lepas kendali?”
Hani mengangguk, setuju dengan ucapan Clara tentang sifat Bunga. “Aku juga kaget tadi sekolah Bunga tiba-tiba menghubungiku. Teman sebangkunya ternyata meledek dia karena gak punya Mama, Ra. Jadi karena itu dia marah dan pada akhirnya mereka berkelahi.”
“Anak sekarang kadang tidak sadar apa dampak dari kalimat yang diucapkannya, Mbak,” gumam Clara miris.
“Benar, Ra. Apalagi kalau salah didik. Aku bertemu dengan Ibu teman Bunga tadi saat diruang guru. Dia tidak mau anaknya yang minta maaf duluan walau sudah salah.”
Clara menggeleng-geleng tak percaya. “Benar-benar ajaran yang salah ya Mbak. Besok-besok mungkin bisa diulangi lagi. Karena dia pikir, apa yang dia lakukan tidak salah karena Ibunya juga gak anggap itu kesalahan.”
"Entahlah, Ra. Semoga saja gak terulang lagi. Karena guru mereka tadi sudah menasehati dua-duanya." Hani kemudian berdeham canggung. Matanya menatap Clara dengan ragu sebelum memberanikan diri untuk bertanya. “Hari sabtu yang lalu kamu ada acara lamaran ya, Ra?”
Clara menatap Hani kaget sebelum menganggukkan kepala dengan malu-malu. “Iya, Mbak,” gumamnya. “Kenapa Mbak Hani bisa tau?” Mata Clara melirik Revino dan Bunga yang keluar dari ruangan atasannya itu.
Hani tersenyum miris. Ternyata memang tidak ada harapan untuk Revino dan Bunga untuk menjadikan Clara sebagai istri dan Ibu sambung mereka. “Aku gak sengaja lihat foto kamu di media sosial.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Welcome My Love [Tamat]
عاطفيةWelcome My Love merupakan cerita lengkap dari Back (Oneshoot) dengan judul yang berbeda. Clara mengenal Kaivan sebagai tetangga barunya, sekaligus laki-laki yang paling tampan menurut versinya, mengalahkan Ayah, Brian dan Justin yang pernah mendapat...