Seharusnya sudah sejak tiga puluh menit yang lalu Kaivan berangkat ke bandara. Tapi apa yang dicarinya sejak tadi masih belum dia temukan juga.
Hal itu mengakibatkan seisi rumah juga ikut kelimpungan mencari sesuatu yang berwarna hitam, yang biasanya sering berada di dalam saku celananya itu. Hal yang selalu wajib Kaivan bawa ketika pergi.
“Tidak masuk dalam mesin cuci juga. Apa kamu yakin sebelumnya masih ada?”
Kaivan menoleh kearah pintu kamar. Mama nya sedang berdiri disana sambil memperhatikan kamar putranya yang kini sudah cukup berantakan.
Kamar mandi, lemari, laci meja, bahkan lantai dibawah tempat tidur pun sudah Kaivan geledah untuk mencari dompetnya. Tapi sama sekali tidak bisa dia temukan.
Semua kartu identitas Kaivan yang pasti akan digunakan saat pemeriksaan dibandara nanti ada disana. Tentu saja dia tidak bisa pergi jika semua kartu bahkan uangnya pun juga ada didalam dompetnya itu.
“Kaivan yakin, Ma,” ucap Kaivan frustasi.
Jika setengah jam lagi dia masih belum menemukan dompetnya dan masih ada disini, kemungkinan dia akan ketinggalan pesawat saat dia sampai di bandara nanti akan semakin besar.
“Kapan seingat kamu dompet itu masih ada?”
Kaivan menggaruk tengkuknya. “Tadi malam masih ada,” ucap Kaivan dengan yakin.
“Tadi malam kamu keluar kan? Pergi kemana? Coba diingat-ingat lagi Kai, siapa tau ketinggalan di tempat yang kamu tuju. Dari pada kamu membuat berantakan disini nyatanya tetap tidak ketemu.”
Kaivan menghentikan pergerakannya. Laki-laki itu mengusap pelipisnya dengan sebelah tangan sebelum mencoba mengingat-ingat kembali kapan terakhir kali dia memegang dompetnya.
Tadi malam, Kaivan keluar bersama Clara dan makan di kafe. Lalu setelah membayar makanan dia yakin sudah memasukkan dompetnya ke dalam saku celana belakang seperti biasanya.
Kaivan yakin dia memasukkan dompet ke dalam saku, bukan terjatuh. Bahkan dia tidak lagi mengeluarkan dompetnya ketika sudah duduk didalam mobil sebelum....
Ya ampun! Kaivan memukul keningnya tanpa sadar setelah mengingat sesuatu. “Dompet aku pasti ada didalam mobil, Ma.”
Tadi malam, ketika Clara bersikap diluar perkiraan Kaivan, laki-laki itu mengeluarkan dompetnya dari saku celana karena merasa ada yang mengganjal ketika dia duduk dengan Clara diatas pangkuannya.
Dan Kaivan sekarang ingat bahwa dia meletakkan dompetnya itu di dalam mobil.
Kaivan hanya mengingat bahwa dia mengambil kunci mobil dan ponselnya tanpa ingat untuk mengambil dompetnya setelah dia memasukkan mobil ke garasi rumah.
Pantas saja dia tidak menemukan dompetnya di dalam kamar karena dia meninggalkannya didalam mobil. Kemana pikirannya?
Mama Kaivan menggeleng-geleng kan kepala. “Dasar pelupa! Untuk apa coba kamu membuat kamar jadi berantakan seperti ini?”
“Maaf, Ma,” gumam Kaivan. Laki-laki itu segera mengambil ranselnya dan memasangnya ke tubuh sehingga ransel yang berisi pakaiannya itu sudah bergantungan di punggungnya. “Tolong bilang sama Bi Imah untuk membersihkan kamar ku ya Ma. Aku tidak sempat membersihkan kamar karena harus berangkat sekarang.”
“Iya, kalau kamu beres-beres dulu semakin lama kamu sampai bandara. Kamu disana hati-hati ya Kai. Jangan membuat masalah yang aneh-aneh di negeri orang,” ucap Mama Kaivan sambil berjalan bersisian dengan laki-laki itu.
Kaivan tersenyum tipis. “Aku tidak akan membuat masalah, Ma. Aku hanya akan mencari kebenaran dan kemudian pulang.”
Mama Kaivan mengusap bahu putranya. “Pokoknya jangan sampai terjadi sesuatu sama kamu. Mama tidak ingin mendengar kalau terjadi hal yang buruk kepada kamu. Pergi sehat seperti ini, pulangnya juga harus dalam keadaan sehat seperti ini juga.”
![](https://img.wattpad.com/cover/231815955-288-k546407.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Welcome My Love [Tamat]
RomansaWelcome My Love merupakan cerita lengkap dari Back (Oneshoot) dengan judul yang berbeda. Clara mengenal Kaivan sebagai tetangga barunya, sekaligus laki-laki yang paling tampan menurut versinya, mengalahkan Ayah, Brian dan Justin yang pernah mendapat...