Bab 11 (Merawat Annora)

20.6K 4.5K 291
                                    


Haiiii maap aku baru sempat update karena kemaren sodaraku datang dan menginap di rumah. hahahhahaha jadinya baru bisa pegang leptop lagi. VOTE KOMENNYA jangan lupa yaa.. haehehehhe

Annora mematikan kompornya, dan dia berusaha mencari korek, lilin, atau apapun yang bisa dia gunakan sebagai pencahayaan. Saat Annora berusaha mencari baran itu, tangannya tak sengaja menyenggol sesuatu yang membuatnya jatuh dan menumpahkan cairan di kakinya.

Annora memekik kepanasan. Rupanya, yang jatuh dan menumpahi kakinya itu adalah sup jagung yang baru saja dia panaskan. Annora terduduk, mencoba membersihkan kakinya sembari menahan rasa panas yang membakar kulitnya. Kemudian Annora mulai menangis. Dia sendiri, dingin, gelap, kelaparan dan terluka. Gavin... kapan pria itu pulang?

****

Bab 11

-Merawat Annora-

Annora masih tidak bisa melihat apa yang terjadi dengan kakinya. Mungkin saat ini sudah melepuh. Dia hanya merasakan sengatan panas dan pedih di permukaan kulit kakinya. Lampu belum juga menyala, membuat Annora masih terduduk di sana tanpa bisa melakukan apapun.

Tak lama, Annora mendengar langkah kaki mendekat. "Gavin? Kaukah itu?"

"Ann?" suara Gavin terdengar. Annora bisa menghela napas lega saat mendengar suara suaminya tersebut.

"Aku di sini, di dapur. Aku tidak bisa bangun."

Langkah kaki itu terdengar cepat dan semakin dekat, hingga kemudian, Annora bisa melihat Gavin di hadapannya sembari membawa sebuah lilin.

"Apa yang terjadi?" tanya Gavin dengan sedikit panik. Dia duduk dan memeriksa kaki Annora.

"Aku... memanaskan sup jagungnya, tiba-tiba lampunya mati, dan aku tak sengaja menyenggolnya hingga tumpah..." Annora tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Dia terisak, dan hal itu membuat Gavin tertegun melihatnya.

Annora mengusap airmatanya seketika, dan berkata "Maaf, aku hanya... ketakutan."

Gavin tak menanggapi. Dia menaruh lilinnya dan segera menggendong tubuh Annora. Membuat Annora sempat memekik karena ulahnya. Gavin lalu membawa tubuh Annora menuju ke kamar mereka. Meski tanpa pencahayaan, rupanya Gavin sangat mengenali setiap sudut dari rumahnya.

"Ada gangguan pada pembangkit listriknya. Alasan yang sama kenapa aku pulang terlambat."

"Tapi... sekarang belum menyala, kenapa kamu sudah pulang?"

"Pangeran sudah aman, pengawal yang lain sudah siaga dua kali lipat ketika hal-hal seperti ini terjadi. Dan teknisi duah memperbaikinya, sebentar lagi mungkin akan menyala."

Annora hanya mengangguk. Dia tidak mengerti apa yang dikatakan Gavin. Yang dia tahu, gavin terlambat pulang bahkan sebelum lampunya mati, jadi... kesalahan teknis seperti itu tak cocok dijadikan alasan keterlambatannya, bukan?

Pada saat bersamaan, Gavin sudah menurunkan Annora di atas ranjangnya. Pria itu segera meraih sesuatu dari dalam laci nakas. Sebuah lilin yang segera dia nyalakan. Gavin mengamati kaki Annora yang tampak memeran dan sedikit melepuh.

"Kau terluka."

"Aku memanaskan supnya."

"Kenapa dipanaskan?"

"Supnya sudah dingin, dan aku lapar."

"Kau bisa memakannya setelah kau selesai masak. Kenapa kau tak lekas memakannya, dan memilih memanaskannya setelah makanannya dingin?"

Annora menunduk. "Aku menunggumu." Lirihnya.

Wajah Gavin mengeras mendengar jawaban tersebut. "Jangan lagi menungguku." Gavin bangkit seketika. Dia bersiap untuk pergi mengambil kotak obat. Tapi pertanyaan Annora menghentikan langkahnya.

The Bodyguard's Virgin GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang