0.1

434 53 0
                                    


"Bucin sama bodoh itu beda tipis Val."

•••

"Val, gue dapet kabar dari Junghwan. Katanya kak Haruto di poliklinik. Sakit ya?"

Menghabiskan sisa minumannya yang tinggal sedikit, Vallerie langsung berlari menuju poliklinik. Padahal Yuna belum selesai bicara, memang jika sudah bucin mau diapain aja tetep gitu.

Jarak poliklinik dengan FK lumayan jauh tapi Vallerie memilih berlari, bisa aja tadi Vallerie minta tolong Renjunㅡpacar Yuna untuk mengantar nya sebentar tapi dia tidak memilih opsi itu. Vallerie berlari dengan keadaan perut kosong, belum terisi sejak kemarin malam.

Di poliklinik, bukan Haruto yang berbaring melainkan orang lain. Perasaan lega menjalar di tubuh mungilnya, sedikit menundukkan punggung guna menetralkan nafasnya yang tersengal karena berlari. Untunglah pacar nya itu tidak apa-apa.

"Ngapain?"

"Bentar kak, ngatur nafas."

Vallerie menarik nafas lalu membuang nya beberapa kali.

"Ngapain kesini?"

"Kakak sakit?" Vallerie berjinjit untuk menyamakan tubuhnya dengan tubuh Haruto, menempelkan punggung tangan mungil itu di kening Haruto namun hanya sebentar mendarat sudah ditepis Haruto.

"Pulang."

"Tapi aku masih mau disini sama kakak."

"Gue bilang pulang Val."

Vallerie melipat kedua tangannya lalu menggeleng kuat, "nggak!" Haruto dibuat jengah oleh Vallerie, "jangan kekanakan Val!"

Bukan maksud membentak, tapi penekanan Haruto di artikan lain oleh gadis mungil itu, "oke aku pulang."

Haruto mengusap wajahnya kasar menatap punggung Vallerie yang mulai menjauh. Baginya Vallerie hanya inang yang menempel pada anggrek! Selalu menyusahkan.

"Siapa to?"

"Biasa. Lo pulang sama siapa Jin?" tanya Haruto pada cewe yang terbaring di ranjang poliklinik.

"Sendiri."

"Gue anter?" Yujin mengiyakan ajakan Haruto, lagi pula dirinya tidak kuat jika harus mencari taxi.





Brak

"Val!"

Sesampainya kembali di FK, Vallerie ambruk didepan Renjun dan Yuna yang sedang sibuk berdua. Kepalanya pusing sekali, mengingat perutnya yang belum terisi wajar saja ini terjadi.
Salah sendiri langsung berlari tadi eh ujung-ujungnya diusir, bucin.

"Gapapa, gue gapapa."

Vallerie berusaha duduk dibantu Renjun dan Yuna. Wajahnya pucat sekali, matanya juga berlinang.

"Lo pasti belum makan kan? Kenapa lagi disana? Diusir?" tebakan Yuna sangat tepat, hatinya mencolos seketika.

"Gue beli makan bentar," kata Renjun.

Yuna menggeser duduknya sedikit lebih dekat dengan Vallerie, tangannya ia gunakan untuk mengusap keringat sahabatnya itu menggunakan tissue. "Gue udah bilang kan, stop aja. Dia nggak pernah peduli sama lo, Val."

Namun bukan Vallerie jika tidak keras kepala, gadis itu menggeleng lemah. Bahkan dalam keadaan seperti ini, dirinya masih kekeuh dengan Haruto. Pernah waktu itu Vallerie jatuh sakit karena membuatkan 100 burung kertas dalam semalam untuk anniversary mereka, balasan Haruto untuk itu hanya satu kalimat 'kekanakan banget sih lo.'

Renjun kembali membawa 2 kantong kresek ditangannya, ada satu bungkus nasi instan, kimchi, dan beberapa lauk yang sudah dipanaskan. Renjun ini biarpun orangnya cuek, tapi sebenarnya sangat peduli.

"Nah udah, gih makan yang banyak."

Vallerie masih lemas bahkan hanya untuk mengambil sendok. Yuna yang geram mengambil alih makanan dan menyuapkan nya pada Vallerie.

"Bucin sama bodoh itu beda tipis Val. Cuma status kan? Buat apa dipertahankan?"

"Karena cinta, Yuna."


- tbc -

Dapet feel nya?
Ramein dung~

👉👈
💚

Jingga Untuk Biru || HarutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang