14.0

170 33 3
                                    


🎶Orenjibichi na siwonhan baram
Georireul jopyeo nan soneul jababonda
Uimi eomneun maldeureul deonjyeo bwado
Neon ginjang haenneunji nal chyeodaboji ana🎶



"Lagu apa?" tanya Haruto yang baru datang dari dapur lalu duduk di sofa, sedangkan Vallerie duduk di karpet bawah.



🎶Eoduwojigi sijakamyeon
Nae pyojeongdo eoduwojijana
Nega doraseogi jeone
Oneureun malhaeyagetda sipeo🎶



"Lagu orang orang tamvan."

"Gantengan juga aku," celetuk Haruto. Vallerie hanya terkekeh, jika urusan percaya diri Haruto ahlinya.



🎶Jogeon eopsi maeil binnajuneun jeo noeulcheoreom
Neodo hangsang geureoke maeil useo jugil bara
Geureom neol pyeongsaeng ganjikal su isseunikka
Eoduwodo nae nunen nega gajang bichi nanikka🎶



Saat ingin mengikat rambut panjang nya, Haruto tiba-tiba menahan sontak saja Vallerie menatap Haruto aneh. "Kenapa kak?" tanya Vallerie.

"Jangan diiket, bahaya," ujar Haruto.

"Hah? Kok bahaya? Emangnya ada bom apa," kata Vallerie dengan kekehan di akhir. Lalu kembali lanjut mengikat rambutnya.

"Rambut kakak mau aku iket juga nggak? Poninya?" Haruto mengangguk. Mereka bertukar posisi, bergantian Vallerie di sofa dan Haruto dibawah. Sebelum itu Vallerie mematikan playlist lagu di handphone nya.

Satu karet kecil di pergelangan tangannya, Vallerie jadikan sebagai ikat rambut Haruto. Rambut Haruto ini sudah panjang tapi masih belum dipotong, katanya 'sayang manjangin nya lama'.

"Val?"

"Apwa?" Karet kecil tadi ia selipkan di bibir.

Belum selesai Vallerie mengikat rambutnya, Haruto menarik kedua tangan gadisnya itu hingga melingkar sempurna di lehernya karena posisi Vallerie yang lebih tinggi dari nya. "Aku... dingin banget ya kemarin-kemarin?" tanya Haruto.

Vallerie membeku, "k-kok tiba-tiba?"

Smirk terpatri di wajah pemuda Jepang ini. "Pengen nanya aja. Jangan tinggalin aku ya Val?" Haruto berbalik badan, menghadap Vallerie seutuhnya.

Tersenyum manis, sekenanya Vallerie menggenggam tangan Haruto erat. "Kak, aku sayang banget sama kakak. Harusnya aku yang bilang gitu, jangan tinggalin aku lagi ya? Sekalipun itu Yujin," ujar Vallerie.

Haruto tidak menjawab, tapi semua jawaban atas pertanyaan itu tersirat di matanya. Netra mata tajam miliknya melembut sekarang, menatap mata sayu sang pacar dengan senyuman tipis yang jarang dia keluarkan.

Entah angin dari mana, Haruto menarik Vallerie kedalam dekapannya lagi. Menenggelamkan wajahnya di ceruk leher gadis Park itu, menghirup harum shampo dan aroma alami tubuh Vallerie, ah sangat nyaman.

"Belum telat kan? Buat perbaiki semua," gumam Haruto pada dirinya sendiri.

.
.
.

"Ih lo tuh yang jelek!"

"Heh! Bahkan kentut gue aja ganteng, buta mata lo?!"

Baru datang di kampus, Haruto dan Vallerie sudah di pusingkan dengan acara adu bacot Jieun dan Jeongwoo yang saling mengejek satu sama lain. Padahal kalo dilihat, mereka cocok. Mungkin.

"Udah Woo, malu-maluin sumpah!"

Haruto menarik kerah belakang baju Jeongwoo hingga cowo marga Park itu duduk kembali, sedangkan Vallerie menenangkan Jieun yang amarahnya sudah sampai ke puncak.

"Btw, kalian udah baikan beneran?" tanya Jeongwoo kepo.

Mendengar itu Jieun mencibir, "hilih kepoan banget jadi orang!"

"Biarin wle! Penting temen gue ndiri, sewot  aja lo! Eh eh gimana?"

"Ya gitu."

Jeongwoo memutar mata malas, kenapa dirinya harus selalu saja tau soal ke-uwuan yang terjadi antara Vallerie dan Haruto? Di bioskop, di tangga, di kantin, nanti dimana lagi? Sebenarnya Jeongwoo itu banyak yang suka, tapi sikapnya yang jaga jarak dengan cewe membuat semuanya mundur, padahal mah kalo udah kenal pasti ngelus-elus dada terus gara-gara tingkahnya yang absurd.

Meminum Tiger Sugar  milik Haruto, Jeongwoo melirik jam nya. "Anjir gue ada kelas pak Baekhyun! Mampus kena ceramah, udah ya bye. Jangan kangen!" ucapnya sebelum benar-benar pergi.

"Lah iya gue juga ada proker, duluan ya Val Haru~"

"Hati-hati Ji."

Haruto memainkan handphone nya sesekali melirik Vallerie. "Kamu ada kelas lagi?" tanya nya. Vallerie menggeleng.

"Mau ke Namsan Tower?"

"Mau!"

Tangan besar Haruto terangkat dan mendarat di puncak kepala Vallerie, lalu mengusak nya sampai sedikit berantakan. "Yaudah, beresin dulu ini barang-barang nya," titah Haruto.

Tanpa berpikir dua kali, secepat kilat Vallerie membereskan barangnya yang berserakan di atas meja kantin. Salah satu list nya adalah pergi ke Namsan Tower bersama Haruto dan mengikat gembok disana, jadi dia sangat excited sekarang!

.

Sampai di Namsan Tower, udara nya mulai terasa dingin, sebentar lagi bulan Desember jadi wajar saja. Mengambil mantel di dalam mobilnya, serta merta Haruto memakaikan mantel itu pada Vallerie.

"Pakek, mulai dingin."

"Kan ada kakak jadi bisa peluk," gombal Vallerie. Sontak Haruto menyentil pelan kening pacar nya.

Ctak

"Awh!"

"Gombal banget. Sini tangannya," ujar Haruto lalu mengambil tangan Vallerie untuk ia genggam lalu di masukkan ke kantong mantel nya.

Banyak sekali pasangan muda yang menikmati waktu mereka di Namsan Tower, apalagi mendekati natal seperti ini. Penjual gembok juga bertambah, kios-kios penjual makanan hangat juga ikut bertambah.

Setelah membeli gembok, mereka melanjutkan langkah kaki ke puncak Tower, sedikit melelahkan tapi tidak apa-apa. Jarang sekali ada moment seperti ini.

"Aku harap, kita bisa kayak Romeo dan Juliet yang sama-sama sampe mati."

"Samain."

Vallerie menatap Haruto tak percaya. "Hah? Itu aja? Tulis yang bener dong kak, jarang-jarang kita kesini ih," protesnya.

Haruto terkekeh, "iya iya."

"Val, memiliki kamu itu sebuah keberuntungan. Menjaga kamu itu sebuah kewajiban, love you."

- tbc -

Fix asahi teh pasti titisan hanbin
Gila sih orange nagih banget lagunya ㅠㅠ

Ada yang kangen Haruto kan nih?

Semoga suka~
Votment jangan lupa! Ehe.

Jingga Untuk Biru || HarutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang