0.9

296 45 7
                                    


Incoming calling from Kak Haru🐫
Yes || No
Yes


"Val, gue bisa jelasin-"

"Ayo putus."

Tutt


Disana, pria jangkung itu mengusak rambutnya asal. Menyesali perbuatannya yang gegabah, harusnya ia pamit dulu tadi.

"ARGHHH!"

Apa benar mereka sudah selsai sekarang?

Bagaimana dirinya tanpa Vallerie nanti?

Apa bisa? Apa bisa sehari saja dia tidak melihat senyuman gadis yang selalu memakai tas We Bare Bears itu?

Gadis yang selalu ia sakiti, bersikap cuek, dingin, dan acuh tak acuh dengan keberadaaannya. Gadis yang selalu ia berikan perasaan abu-abu. Setiap orang punya titik jenuh masing-masing dan sampai sini titik jenuh Vallerie habis.

•••

Semua orang punya titik jenuh.

Tidak tau takarannya seperti apa, dan sampai kapan masa waktunya habis.

Perasaan lah yang patut disalahkan.

Kenapa? Kenapa harus menahannya selama ini?

Itu semua karena perasaan, perasaan yang disebut cinta oleh orang-orang.

Coba saja dia tidak masuk terlalu dalam, pasti kejadiannya tidak akan seperti ini.

Tapi tidak sepenuhnya salah, ego juga ikut berperan andil dalam titik jenuh ini.

Terlalu sulit bukan, untuk memahami sebuah perasaan?

Itulah rasa. Sulit namun terlalu indah.


•••

Dilain sisi, Vallerie menenggelamkan wajahnya di bantal, menangis sekencang yang ia bisa untuk mengeluarkan semua perasaan yang berkecamuk dalam hatinya.

Baru hitungan menit ia memutuskan Haruto, dirinya menyesal kenapa memilih opsi itu. Tapi jika tidak, nyawa Haruto yang dalam bahaya. Vallerie tau benar Jihoon seperti apa.

"Putus atau Haruto bonyok ditangan gue sama Hyunsuk?"

Pertanyaan sialan itu! Vallerie membencinya.

"AGHHH AKU BENCI KAK JIHOON!" teriaknya. Jihoon yang sedang menonton televisi juga bisa mendengar nya, ini demi kebaikan adiknya sendiri.

Bagaimana tidak? Bukan hanya sosok Haruto yang ia lihat di resto, tapi juga bersama seorang perempuan lain. Parahnya, mereka saling berpelukan dengan mesranya.

"Tunggu aja lo besok, Haruto."

Incoming calling from Junghwannnn
Yes || No
Yes


"Junghwan"


"Val? Lo nangis?"


"Bisa kesini nggak? Gue mau peluk"


"Gue kesana."

Tutt

Rumah Junghwan hanya berjarak 10 langkah dari kediaman Park, butuh waktu sekitar 2 menit untuk sampai.

"Izin masuk kamar Vallerie, bang," izinnya pada Jihoon.

"Masuk aja."

Kamarnya tidak dikunci, terdapat Vallerie dengan rambut acak-acakan dan mata bengkak.

"Jung," lirihnya. Junghwan menghela nafas sebentar, lalu merengkuh tubuh gadis itu erat. Kembali menangis, Vallerie tidak peduli baju Junghwan akan basah atau tidak.

"Jangan nangis, gue sakit liatnya."

"Gue jelek ya? Apa gue bodoh? Gue gendut? Gueㅡ"

"Ssstttt! Lo nggak ada tandingannya dimata gue, Val. Lo cewe paling cantik yang pernah gue liat, lo lucu, pinter, gemesin, semua yang ada di diri lo. Gue suka," ucap Junghwan seraya mempererat kaitan tangannya di pinggang Vallerie.

"Gue sayang sama lo, Val." lirihnya.

"Mau ke wahana bermain nggak? Kita naik kapal-kapal ituuuuu," ajak Junghwan tapi tidak ada respon dari sang empu yang diajak.

"Hmmmm, gue beliin es krim deh! Sebanyak yang lo mau, ok?"

"..." masih terisak.

Menghela nafasnya, Junghwan bahkan tidak tau apa yang bisa membujuk gadis ini. Dia belum pernah menenangkan seorang perempuan yang menangis hanya karena laki-laki, maklum jomblo dari lahir.

"Udah dong, lo jelek kalo nangis."

"JELEK BANGET!!!" teriak Jihoon dari lantai bawah. Heran, telinganya berfungsi dengan sangat baik.

"AAAAA KUTIL ANOA!!! MUSNAH AJA SANA!!!" teriak Vallerie tak kalah.

Sedangkan Jihoon dibawah sudah mengejek adiknya itu habis-habisan, "nyenyenye! Bukannya seneng gue balik ke rumah."

.
.
.

Disinilah Vallerie sekarang, bersama dengan Jihoon dan JunghwanㅡNamsan Tower.

"Dingin nggak?" tanya Junghwan. Dari tadi Vallerie mengusap tangannya keatas bawah.

"Sedikit."

Junghwan melepas mantel nya lalu memakaikan itu pada Vallerie. "Val," panggil Junghwan.

Vallerie menoleh, "hm?"

"Gue,,sayang sama lo. Bukan sebagai temen, tapi cowo. Lo boleh jadiin gue pelampiasan, asal itu buat lo seneng."

"..."

Junghwan tersenyum tipis, "nggak usah dipaksa. Gue nggak minta jawaban, cuma mau menyampaikan apa yang ada di hati gue selama 2 tahun terakhir. Gue seneng kalo lo seneng, gue sedih kalo lo sedih."

"Tapi sekarang gue boleh kan egois Val? Gue mau lo jadi punya gue seutuhnya," ujar Junghwan. Matanya kini menatap mata Vallerie.

"Kasih gue satu kesempatan, kalo emang nggak ada ruang lagi buat gue masuk ke hati lo, gue bakal nyerah."

"Jung..."

Junghwan perlahan mendekat, mengikis jarak antara mereka. Bukan, bukan untuk sebuah kecupan tapi untuk sebuah pelukan.

Pelukan hangat.

"Gue udah tau jawabannya, jangan disebut lagi. Sakit," ucapnya.

Vallerie mempererat pelukan mereka, menenggelamkan wajahnya di dada bidang itu. Tanpa mereka berdua sadari, sedari tadi Jihoon menyaksikan semua itu sembari memakan omuk .

"Bioskop gratis, lumayanlah."

- tbc -

hai~

Jingga Untuk Biru || HarutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang