"Kak?"
Haruto membuka matanya, kejadian ini seperti Déjà vu. Dimana dia terbangun dari mimpi buruk, bermimpi tentang hal yang sama dan orang yang sama. Waktu itu, dia bermimpi Vallerie tertabrak truk dan tubuhnya terpental beberapa meter, sedangkan tadi ia bermimpi lagi Vallerie menyelamatkan Yujin tapi malah dirinya yang celaka terlebih lagi bunyi alat itu membuatnya sedikit trauma.
Nafasnya tak teratur, Haruto melihat sekeliling dan menemukan Vallerie tengah duduk di ranjang seraya mengelus rambutnya. Masih dirumah sakit? Sebenarnya apa yang terjadi? Sangat sulit untuk dipahami.
"Val? Kamu nggak papa kan??" tanyanya panik.
Gadis di depannya itu tersenyum, "gapapa kak. Tadi kata dokter, aku bisa pulang lusa."
"Ka-kapan dokter nya ngomong?"
"Tadi waktu kakak tidur, capek banget kayaknya."
Menghela nafas pelan, Haruto mengusap kasar wajahnya, berusaha memahami apa yang terjadi akhir-akhir ini padanya. Kenapa dia terus menerus bermimpi aneh? Sekelibat mimpinya tadu terlintas lantas Haruto melirik Elektrokardiograf disamping ranjang Vallerie, alat itu mati.
Haruto menatap lekat Vallerie, matanya sendu. "Val, aku mimpi kamu ninggalin aku. Kamu pergi jauh, kamu nggak selamat," ujarnya.
Vallerie menangkup wajah Haruto, mengecup bibir nya singkat. "Kak, aku disini. Aku baik-baik aja, it's okay! " kata Vallerie menenangkan.
.
.
.Satu minggu kemudian. Semua baik-baik saja, berjalan normal seperti biasanya. Jihoon sudah kembali dari China dan akan menetap di Korea lagi, hey walaupun begitu Jihoon seorang sarjana dengan gelar Cumlaude. Soal kecelakaan kecil yang terjadi pada Vallerie, sempat ada cekcok sedikit antara mereka.
"Belajar yang bener, jangan bucin mulu. Bodoh sama bucin itu beda tipis bund," cibir Jihoon seraya menyantap sarapan.
"Iyaaaaa."
"Mau kemana lo?" tanya Jihoon karena melihat Vallerie memakai baju sedikit formal, tidak seperti biasa gadis itu ke kampus.
Vallerie bergabung dengan Jihoon dimeja makan, "kepo banget. Mama sama papa kemana?"
"Ada meeting sama klien."
"Sepagi ini?" Jihoon mengendikkan bahu.
Hening. Hanya bunyi dentingan sendok dan garpu yang bergesekan dengan piring yang jadi pengisi suara. Jihoon sibuk melihat saham perusahaan di tablet miliknya sembari masih mengunyah, sedangkan Vallerie juga sama sibuk dengan proposal tugasnya.
"Val." Jihoon membuka suara, "kalo salah satu dari kita ada yang dijodohin gimana? Lo mau?"
"Kakak aja kan jomblo tuh. Aku mah ada kak Haruto," kata Vallerie, "lagian mana ada sih jaman canggih gini jodoh-jodohan."
"Kali aja papa sama mama ada niatan kan, soalnya saham perusahaan lagi nurun drastis. Kayak di drama-drama, kalo perusahaan lagi bangkrut biasanya bakal ada adegan jodoh-jodohan," jelas Jihoon.
Vallerie tertawa keras mendengar penuturan kakaknya satu ini, "kebanyakan nonton drama sih. Katanya Cumlaude, tapi kok mikirnya pendek. Kak Ji kan bisa handle perusahaan papa, bidangnya kakak kan?"
"Bawa-bawa gelar lo ah! Masalah nya, bidang papa sama gue beda. Perusahaan papa jalan di bidang kehutanan, sedangkan gue ngambil bidang pemasaran, at least beda banget! Kalo perusahaan papa itu furniture, baru gue bisa handle," jelas Jihoon.
"Aku juga nggak bisa bantu kalo gini," ujar Vallerie pelan.
.
.
.Di jalan, Vallerie terus memikirkan perkataan Jihoon sesekali melirik Haruto yang tengah menyetir. Bagaimana jika dia benar-benar dijodohkan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga Untuk Biru || Haruto
Fanfiction°渡辺晴人° ["Pacaran? Hanya sebuah status tanpa perasaan.] . . . . ©abcdelien_ 4th story.