Vallerie POV."Masih sakit perutnya?" Aku menggeleng.
"Mangkanya kalo dibilangin nurut. Sok-sokan makan richeese level 5, tau kan nggak bisa makan pedes? Makan cabe sekilo aja sekalian," omel kak Haruto.
Aku cuma bisa masang senyum tipis, nggak nyangkal juga seneng banget kalo kak Haruto lagi mode perhatian gini. Ya walaupun masih ada dingin nya.
Terlintas begitu saja untuk menanyakan satu hal yang mungkin tidak masuk akal. Tapi entah kenapa, aku sangat ingin menanyakan ini.
Aku memainkan jari kak Haruto, "kak?"
Dia menoleh, ah tatapannya masih sama, tajam. "Hm?" jawabnya sambil masih menatap ku.
Tak berani menatap matanya, aku menunduk dalam. "Kalo aku pergi, kakak bakal kangen nggak?" tanyaku.
"Pergi kemana?"
"Ya ke tempat yang jauh. Ketempat yang nggak bisa di jangkau," racau ku. Kak Haruto menarik tangannya yang sedang aku mainkan, sontak aku langsung menatapnya.
"Nggak usah aneh-aneh Val. Kuliah belum lulus juga," ujarnya. Aku tau dia juga terkejut tentang apa yang aku katakan tadi tapi dia menutupi itu dengan raut wajah datar.
Aku terkekeh, "umur kan nggak ada yang tau kak."
Tak lama aku merasakan tangan besar bertengger di puncak kepalaku dan perlahan bergerak untuk mengelus kepalaku lembut. Itu tangan kak Haruto, siapa lagi memang nya? Semburat merah seperti biasa muncul di pipi ku.
"Jangan ngomong gitu lagi, ya? Kamu ngomong seolah bakal pergi jauh banget dari aku. Jangan buat aku takut, aku nggak mau kamu pergi Val."
Aku tersenyum lebar lantas memeluk cowo Watanabe itu dengan cepat. Anehnya, tidak ada penolakan. Malah kak Haruto mengeratkan tanganku yang ada di pinggangnya. Seseorang tolong, aku nggak bisa kalo gini! Nggak aman buat jantung!
"Eumm kak?" tanyaku masih dalam pelukannya.
"Aku... boleh minta sesuatu?"
"Apa?"
"Dakbal!" ucapku semangat. Dari semalam aku menginginkan ceker, apalagi jika disantap dengan cola.
Helaan nafas keluar dari kak Haruto, aku meringis lalu tersenyum canggung.
"Yaudah tunggu. Satu porsi! Nggak boleh lebih," katanya.
Aku mengangguk semangat. Kak Haruto berdiri dan mengambil jaketnya di atas meja, tak lupa dengan kunci mobil nya. Namun sebelum kak Haruto pergi, aku menahan tangannya.
Sang empu menoleh, "kenapa lagi Val?"
Aku menarik tangannya membuat kak Haruto hampir saja jatuh di atas ku jika dia tidak pandai menjaga keseimbangan. Heol! Jarak kami deket banget! Hidung runcing miliknya bahkan mengenai hidungku. Beberapa detik mata kami bertemu, hampir saja aku lupa tujuan awal menarik tangan kak Haruto untuk apa. Tatapannya terlalu memabukkan.
Dengan cepat, aku mengecup pipi pacarku itu. Lalu mendorong tubuh nya agar sedikit menjauh. "Udah itu aja. Sana cepet belinya!" usirku. Sebenarnya bukan mengusir, tapi aku malu sendiri dengan yang aku perbuat.
"Ah i-iya."
Owh? Dia gugup?
Lucu hehe.
.
.
.Mama sama papa ada bisnis di luar kota. Kak Jihoon? Sebentar lagi dia skripsi jadi dia sudah kembali ke China. Soal aku dan kak Haruto yang sudah baikan, kak Jihoon tau. Hanya saja, dia lebih protektif sekarang. Walaupun begitu, aku sayang kak Jihoon.
"Jangan malem tidurnya, besok ada matkul pagi kan?"
Ya, alhasil mama nyuruh kak Haruto nemenin selagi mereka di luar negeri. Mama percaya kak Haruto anak baik-baik, lagian om Hanbin dan papa juga temen dekat.
Kak Haruto tidur dikamar kak Jihoon. Ayolah Val jangan mikir macem-macem! Buang dulu otak udang nya, coba!
"Iya."
Paginya. Perutku udah sembuh total, jadi bebas mau makan apa aja. Sebelum ke dapur, kakiku berbelok arah kekamar kak Jihoon. Mengingat kak Haruto punya kebiasaan tidur kebo, bagaimana aku membangunkannya sekarang?Kamar nya tidak di kunci.
Sebenarnya aku ragu dan deg degan banget. Baru kali ini ngeliat wajah bantal kak Haruto, bagaimana bisa masih tetap seperti itu? Heol! Ganteng banget! Dibandingkan dengan kak Jihoon yang kalo bangun tidur nggak karuan, iler dimana-mana, rambut berantakan, kak Haruto memang pas banget dikasih julukan Face Genius.
"Kak?" Panggil ku.
"..." tidak ada jawaban.
"Kak bangun!" kali ini volume suara aku keraskan sedikit.
"..."
"Kak!"
"Bentar ma, 5 menit lagi." gumam kak Haruto. Dia menggeliat menarik selimut sampai menutupi setengah wajahnya.
"Kak udah jam 10!" dusta ku. Perlahan dia mulai membuka matanya, ah berhasil!
"Val? Kok kamu disini?" tanyanya masih setengah sadar.
Astaga kalo nggak sadar kita cuma berdua dirumah mungkin udah aku sosor kamu kak!
"Ini rumah aku kak."
Dia mengerjapkan mata lalu duduk bersila diatas kasur. "Owh iya lupa. Terus kamu ngapain?" tanyanya lagi.
"Bangunin kakak lah, apa lagi?"
Dia terkekeh kecil, "bukan lagi simulasi jadi istri kan?"
...
CEKEK VALLERIE SEKARANG JUGA!
- tbc -
Gaje beut (༎ຶ ෴ ༎ຶ)
Sehabis PAS kimia yang buat pusing kepala, refreshing dulu deh nulis ini.
Votment nya kaka~
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga Untuk Biru || Haruto
Fanfiction°渡辺晴人° ["Pacaran? Hanya sebuah status tanpa perasaan.] . . . . ©abcdelien_ 4th story.