Tisha keluar dari taksi yang ia tumpangi. Setelah bayar, Tisha langsung melangkah memasuki rumahnya, rumah yang tidak terlalu jauh dari kampusnya, bahkan jalan kaki pun sampai. Namun orang seperti Tisha tidak akan mau jalan kaki pulang maupun pergi ke kampus, ia tidak serajin itu mau jalan kaki.
Tisha terlahir dari keluarga yang berkecukupan, tidak kaya dan tidak kekurangan, sedang-sedang saja. Ayahnya bekerja di perusahan, sedangkan Mamanya mengurus toko kue milik sendiri.
"Assalamualaikum," ucap Tisha saat memasuki rumahnya.
"Wa'alaikumussalam," jawab seorang wanita yang lebih tua dari Tisha, dia adalah Tasya, kakaknya. "Sendirian aja ?"
"Berdua," jawab Tisha.
"Sama?"
"Hantu."
Tasya melempar bantal sofa ke arah adiknya itu. "Siang-siang nakutin Kakak. Kenapa ke sini?"
"Ya Allah, pulanglah. Kak bikinkan Tisha es teh, haus," ucap Tisha sambil mengusap tengkuknya. Ia duduk di sofa yang berbeda dengan kakaknya.
"Bikin sendiri. Kakak mau pergi."
"Lah, sendirian dong Tisha."
"Biarin. Tadi ke sini naik apa?"
"Taksi. Bikinkan Sha minum," ucap Tisha lagi sambil merengek agar kakaknya mau membuatkannya minuman.
"Bikin sendiri, dasar pemalas!"
"Sudah tau Sha pemalas, seharusnya Kakak mau bikinkan."
"Derita lo."
Tisha mengerucut bibirnya, ia membaringkan tubuhnya di sofa. "Kak Ferry mana?" tanyanya menanyakan keberadaan kakak iparnya.
Tasya mengalihkan pandanganya dari ponsel yang ada ditangannya. "Kerja, Kakak di sini sudah dari pagi tadi."
"Kenapa gak kerja?"
"Libur."
"Kak Tas, bikinkan Sha minuman."
"Bikin sendiri Adik malas, sudah dewasa masih saja malas."
"Hua ... Sha haus," rengeknya.
"Tuh aqua gelas." Tasya menunjuk aqua gelas yang ada di atas meja.
Tisha mendengus. "Mau yang dingin!"
"Kakak bacakan yasin biar hati kamu dingin, ini pasti ada setannya yang membuat kamu panas." Tasya mendekati Tisha lalu meletakkan tangannya di dahi Tisha.
Tisha menepis tangan Tasya. "Gak liat tuh diluar panas banget. Kak Tas."
"Dari pada Kakak mendengar ucapan itu mulu lebih baik Kakak pergi. Kalau kamu pergi jangan lupa kunci rumah!" ucap Tasya sambil melangkah keluar rumah.
Sepeninggal Tasya, Tisha merasa kesepian karena hanya dia sendirian di rumah itu. Cuma ada sang mama dan Ayahnya yang tinggal di rumah itu, sedangkan Tasya, ia sudah menjadi seorang istri, sehingga tinggal di rumah sendiri dengan sang suami. Tisha si bungsu, oleh karena itu ia memiliki sedikit sifat manja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah Akad (REVISI)
General Fiction15+ Menikah diusia muda bukanlah keinginanku, namun sayang, menikah muda sudah menjadi takdirku, di saat aku belum mempersiapkan diri ku, saat aku harus fokus untuk belajar, jodoh terlebih dahulu menghampiriku. Mau tidak mau, suka tidak suka, aku ha...