Minta Cucu

7.9K 744 24
                                    


2 Bulan kemudian

Tisha menikmati jus apel yang ia beli di kantin tadi, sekarang ia dan Dewi ingin kembali ke kelas.

"Dari tadi aku perhatikan kamu banyak diam, ada apa? Minggu ini jadikan jogging?" tanya Tisha sambil meminum minumannya.

"Gak jadi, aku baru ingat, minggu ini ada acara," jawab Dewi menghela napasnya.

"Acara apa?"

"Nikahan."

"Siapa? Kamu?" tanya Tisha bercanda.

Dewi menggeleng menatap Tisha. "Bukan, hem... Ayah Sha."

Tisha menatap sendu ke arah sahabatnya. "Pantas dari tadi diam, pasti mikir itukan?"

"Iya, gue merasa kasihan sama ibu, ibu pun ikhlas dan mau aja dimadu, huh ..." Dewi menghela napasnya. "Gue gak nyangka hal ini terjadi pada keluarga gue, Sha. Sebenarnya gue gak mau hadir ke acara itu, tapi ibu memaksa."

Tisha mengusap bahu Dewi, Tisha tidak menyangka Ayahnya Dewi ingin menikah lagi. Di balik keceriaan Dewi, ada sebuah kesedihan yang tersembunyi, orang-orang melihat Dewi orang yang ceria dan tidak mempunyai masalah, hidupnya selalu enak dan bahagia. Namun kenyataannya tidak, wanita itu uga sama seperti manusia lainnya, mempunyai masalah yang tidak mungkin ia ceritakan pada semua orang, ia juga bisa sedih.

"Hebat banget ibu ya Wi, mau dan mengizinkan Ayah kamu nikah lagi. Padahal aku lihat mereka selalu mesra dan bahagia."

"Gue tau, sebenarnya ibu sedih, tapi dia selalu terlihat baik-baik saja, menutupi perasaan yang sebenarnya. Jujur, gue gak sanggup melihat wajah ibu saat membicarakan tentang Ayah. Gue kasih saran pada ibu, lebih baik cerai aja dari pada harus di duakan, tapi ibu sangat mencintai ayah, itu yang membuat ibu tidak mau mengalah dan pergi. Karena masalah ini, gue benci ayah. Gue kecewa ..."

"Salut aku sama ibu, hatinya memang kuat dan sabar dengan ujian yang Allah berikan. Pria memang di bolehkan untuk menikah lebih dari satu, tapi tidak semua wanita yang ikhlas dan mau di duakan, namun ibu kamu? Maa syaa Allah, diduakan saja ibu kamu masih Setia, itulah wanita yang hebat. Semoga aku bisa menjadi seorang wanita sekuat ibu kamu. Aku pun tidak tau seperti apa rumah tanggaku kedepannya, jika Mas Is mau nikah lagi ... gimana? Dia sangat mencintai Ibu Hanung," ucap Tisha tersenyum kecut mengingat rumah tangganya sendiri.

"Cukup Ibu orang yang gue sayangi di duakan, jangan sampai lo, Sha! Gue gak  mau itu terjadi!" sahut Dewi menatap Tisha.

"Semoga saja tidak. Aku mau ke toilet dulu ya."

"Oke, gue duluan."

Tisha mengangguk, ia berpisah dengan Dewi karena ingin memperbaiki hijabnya yang ia rasa berantakan.

"Sha."

"Hai," jawab Tisha sambil terus berjalan.

"Sha, undangan untuk kamu." Seorang wanita menyodorkan undangan berwarna biru.

"Wah, selamat ulang tahun!"

"Makasih, harus datang! Anak-anak lainya juga datang."

"Kalau gak sibuk aku datang."

"Oke."

Tisha menatap dirinya di pantulan cermin sambil memperbaiki hijabnya. "Cantik kamu, Sha, tapi kecantikan kamu tidak mempan membuat dia jatuh Cinta," gumamnya.

"WOY!"

"Astaghfirullah. Kamu?!" Tisha terkejut dengan kehadiran seorang anak kecil yang muncul tiba-tiba. Beberapa detik kemudian ia terkekeh. "Kecil-kecil jahil ya, nama kamu siapa?"

Setelah Akad (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang