Cerai?

10.6K 863 62
                                    

Merelakan itu harus belajar ikhlas, belajar mengerti bahwa apa yg kita lepaskan semua untuk kebaikan.

✨ ✨
.
.
.
.

Aku menatap Mas Faris yang juga sedang menatapku. Hari ini, hari terakhir ku ada di rumah ini, tinggal beberapa menit lagi, aku akan pergi. Semua barang-barang milikku sudah ku bereskan, kini waktunya aku pergi dan melanjutkan kehidupan baru.

Kini waktunya Mas Faris melepaskan ku, kini sudah tiba waktunya perpisahan itu. Aku biarkan dia mencari kebahagiaannya, karena bersamaku dia tidak merasakan kebahagiaan dan aku, akan pergi mencari kebahagiaan ku sendiri.

7 bulan hidup bersama, namun tidak ada perubahan dan cinta yang tumbuh di antara kami berdua, ingin mempertahankannya lagi, tapi aku sudah lelah dan tidak sanggup. Aku menyerah, aku tidak bisa bertahan dengan orang yang tidak mencintaiku, jika aku bertahan maka itu akan semakin membuatku sakit. Kami sudah sama-sama sepakat untuk berpisah, untuk mengakhiri pernikahan ini, karena itulah yang terbaik untuk kami berdua. Sangat disayangkan hubungan ini berakhir, tapi ... ini memang sudah tidak bisa dipertahankan. Bohong aku tidak sedih, aku sedih ... pernikahanku berakhir perceraian. Memutuskan untuk pergi bukanlah pilihan yang mudah, butuh waktu lama memikirkannya. Dan inilah finalnya, aku menyerah ...

"Akhirnya kita sampai di gerbang ini ya, Mas, gerbang perpisahan. Ternyata ini akhir dari kisah kita dan kita harus terima begini suratan Nya, takdir mempersatukan kita takdir juga yang memisahkan kita, karena semua sudah di rancang oleh Dia. Terima kasih 7 bulan yang bagi Sha sangat berharga, terima kasih atas segalanya, terima kasih sudah jaga Sha. Maafkan Sha, maafkan Sha yang tidak bisa menjadi istri yang baik untuk Mas. Sungguh begitu banyak kekurangan Sha, begitu juga dengan kesalahan Sha dengan Mas, maafkan Sha ya Mas."

"Mas senang bisa bertemu dan bersama kamu Sha, walaupun hanya 7 bulan waktu yang Allah berikan untuk kita, Mas senang Sha," ucap Mas Faris terus menatapku. "Terima kasih sudah jaga makan dan minun Mas, terima kasih sudah menjalankan tugas-tugas kamu sebagai seorang istri di rumah ini. Mas harap tidak ada dendam di antara kita ya, kita masih bisa jadi teman kan?" lanjutnya lalu tersenyum.

Aku ikut tersenyum. "In syaa Allah tidak ada dendam, karena Sha ikhlas atas segala yang telah terjadi di antara kita. Sha doakan semoga Mas mendapatkan seorang wanita yang lebih baik dari Sha, semoga Mas bahagia," ucapku.

"Mas juga doakan kamu, semoga suatu hari nanti kamu menemukan seorang pria yang sangat-sangat mencintai dan menyayangi kamu dengan tulus. Menjaga kamu dengan sabar, mampu membimbing kamu, yang pasti tidak seperti Mas. Mas minta maaf, Mas sadar, mas juga masih banyak kekurangan, maafkan Mas ,Sha ...karena Mas sudah menggores luka di hati kamu."

"Aamiin ya Allah. Sha sudah memaafkan Mas. Sha pamit ya Mas, sebelum pamit, Sha ingin mendengar kata cerai itu dari mulut Mas."

"Jujur, sebenarnya berat untuk mengucapakan hal ini, Sha. Mas tidak sanggup," ucap Mas Faris menunduk.

"Tapi itu harus dilakukan"

Mas Faris menarik napasnya, dia mendongak menatapku. "Tisha Aishah, Mas lepaskan dan ceraikan kamu!"

Aku tersenyum getir menatap Mas Faris, kini hal yang dulu aku takutkan dan tidak aku inginkan akhirnya terjadi juga. Tapi aku yakin, inilah yang terbaik untuk kami berdua, bahwa kami tidak di takdirkan bersama sampai maut memisahkan.

"Assalamualaikum, Mas ..."

"Wa'alaikumussalam, Sha. Nanti kita bertemu di pengadilan ya."

Aku mengangguk sambil tersenyum, senyum paksa. Setelah itu aku melangkah pergi meninggalkan rumah itu. Mas Faris berdiri di depan pintu, menatap kepergianku. Aku memasukkan koper yang ku bawa ke dalam mobil, setelah itu aku masuk dan pergi meninggalkan rumah Mas Faris.

Setelah Akad (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang