chapter 4

83.9K 2.1K 75
                                    

Nadine membuka mata nya perlahan. Langit-lamgit kamar asing menjadi hal yang pertama kali ia lihat. Nadine melihat sekitarnya. Kamar asing ber-cat biru muda yang dingin. Beserta alat-alat di kanan kiri Nadine

Air mata Nadine lolos seketika. Mengingat kejadian itu

"Nadine awas!!"
"Mama! Papa!"

"Mama..." Bibirnya bergetar memanggil sang ibu
"Papa.." Isaknya

Nadine melihat sekeliling nya. Ia benar-benar sendiri. Nadine bergetar seketika

"Aku takut" Batin nya

Nadine menoleh ketika seseorang masuk ke ruangan nya
"Pasien sudah sadar!" Ucap perawat itu

"Suster...dimana keluarga ku" Tanya Nadine

Perawat itu terdiam. Ia mendekati Nadine
"Tenang,sayang. Kamu disini dulu ya? Semua nya akan baik-baik saja. Kami semua bersyukur akhirnya kamu sadar. Istirahatlah" Ucapnya dengan lembut,berusaha menenangan Nadine

Nadine segera menggeleng

"Aku mau ketemu mama dan papa. Dan juga adik ku" Ucap Nadine

"Mama dan papa juga di rawat disini kan?" Tanya Nadine. Suster itu masih diam, bingung bagaimana harus mengatakan nya pada Nadine

"Kamu jangan pikiri itu dulu. Kamu baru saja sadar,kondisi mu belum stabil. Istirahatlah" Ujarnya.

"Jika butuh sesuatu,tekan saja tombol ini. Suster akan datang" Ujarnya tersenyum. Ia mengecek keadaan Nadine lalu pergi keluar

Nadine melirik remote tv di dekat nya. Ia meraihnya dan menyalakan tv. Lalu meletak remote itu lagi

Nadine masih merasa asing dengan semua ini. Dan kepala nya masih berisi pertanyaan, dimana semua anggota keluarga nya

"Sepertinya,aku akan tidur" Nadine berusaha meraih remote tv,tapi ia terhenti karena mendengar suara tv yang menyiarkan berita

"Insiden jalan layang Los Angeles pada Rabu 17 April memakan hingga 1000 korban"

Mata nya langsung tertuju ke arah tv. Tangan Nadine bergetar. Jantung nya berdetak dua kali lebih cepat. Ia mengalami trauma

"Tim medis masih mengevakuasi korban-korban sampai hari ini,telah di temukan 143 korban luka-luka dan 72 jenazah"

"Berikut daftar korban jalan layang tersebut"

Nadine terbelalak. Ia terkejut dan terpaku diam. Melihat daftar nama keluarga nya yang terdapat di daftar korban yang meninggal di tempat

...
Cheny Chandwick : 43 years old
Griff Chandwick : 45 years old
Jordan Finn Chandwick : 5 years old
...

Nadine masih terdiam.

"Mama!! Papa!! Jordan!!!!" Teriaknya histeris. Tak bisa menerima kenyataan bahwa ia kehilangan tiga anggota keluarga sekaligus dalam satu insiden

Seorang perawat yang mendengar itupun segera masuk dan menenangkan Nadine.

"Mama ku! Mama ku udah ga ada!" Teriak Nadine sambil menangis
Sementara suster tersebut menenangkan Nadine agar gadis itu berhenti berteriak dan menangis. Ia segera mematikan televisi

"Didin! Aku gambar ini lihatlah,ini aku dan ini Didin!"
"Didin! Ayo bermain!"
"Nadine! bantuin mama masak untuk makan malam!"
"Anak itu selalu saja tidur"
"Nadine!"

Suara ayahnya,ibunya,dan adiknya tergiang-giang di kepala Nadine sekarang. Ia merasa di hantui. Dan tak menerima kenyataan pahit ini.

"Aku ga mau di tinggal mereka,aku ga mau" Isak Nadine

"Kenapa mereka pergi secepat ini? Aku belum membahagiakan mereka" Isak Nadine

💫

Air mata Viola terjatuh begitu saja setelah menonton berita bahwasanya nama keluarga nya ada di daftar orang yang meninggal di tempat. Kecuali nama Nadine.

"Bahkan Nadine belum di temukan" Batin Viola dengan frustasi

"Vi! Viola!!" Teriakan Edward,sahabat nya. Membuat Viola menoleh
"Nadine!" Ucap Edward

Viola segera bangkit

"Nadine?" Ucap Viola
"Nadine selamat! Dia ada di salah satu rumah sakit dan sudah sadar!"

Viola dengan segera meraih tas nya dan pergi meninggalkan Edward disana

"Hey! Aku akan mengantarmu!" Ucap Edward

💫

"Nadine! Dimana ruangan Nadine?" Tanya Viola terburu-buru
"Nadine Chandwick?" Tanya sang resepsionis dan Viola segera mengangguk
"Ruangan G16"

"Terima kasih" Viola segera berlari menuju ruangan yang di tujukan. Akhirnya ia sampai di depan pintu ruangan G16. Perlahan,Viola masuk.

Di lihatnya Nadine termenung di kasur nya sambil menatap awan dari jendela

"Nadine"

Nadine segera menoleh. Viola segera memeluk gadis itu

"Kamu selamat! Syukurlah!" Girang nya sambil memeluk Nadine. Nadine segera melepas pelukan sang kakak. Viola menatapnya kebingungan

"Kenapa harus aku yang selamat" Ucap Nadine
"Nad? Kenapa kamu ngomong gitu-"
"Kenapa aku yang selamat! Kenapa ga mama,papa atau Jordan saja? Aku lebih pantas mati!!" Bentak Nadine

"Kamu tidak boleh ngomong seperti itu!" Balas Viola

"Aku belum membuat mama dan papa senang! Aku tak pernah membuat mereka bahagia seperti yang kakak lakukan. Aku tak pernah membuat mereka bangga!" Bentak Nadine

"Bagaimana rasanya membuat orang tua bahagia atas prestasi mu?" Tanya Nadine dengan parau. Air mata nya terjatuh. Begitu juga dengan Viola

"Pasti senang kan? Membuat orang tua bahagia sebelum mereka di panggil tuhan" Ucap Nadine

"Bagaimana dengan ku? Aku bahkan belum membuat mereka senang-"
"Kamu sudah membuat mama dan papa senang" Ucap Viola memotong omongan Nadine

Nadine menggeleng

"Mereka tak pernah senang atas prestasi ku" Ucap Nadine

"Mereka tak pernah bangga padaku" Isak Nadine
"Aku tak pernah menerima pujian,aku ingin di puji juga seperti kakak" Sambung Nadine. Viola terdiam

"Kakak ngapain disini? Ingin menunjukkan hasil sidang kakak yang lulus dengan nilai tinggi? Kakak ingin membuatku lebih iri terhadap kakak?" Ucap Nadine

Viola menggeleng

"Nad,kamu sudah melakukan yang terbaik. Aku yakin mama dan papa bangga punya anak seperti kamu" Ucap Viola meyakinkan sang adik

"Aku mau mati saja!" Ucap Nadine melepas semua alat yang di pasangkan di tubuhnya. Viola terbelalak dan menahan Nadine
"Jangan lakukan itu!" Ucap Viola
"Kenapa?! Bukan nya kakak senang jika aku mati? Tak akan ada lagi yang bebani kakak!"

"Aku tidak berguna,kak" Isak Nadine

Viola segera menekan tombol,beberapa saat kemudian seorang dokter dan dua orang suster datang

"Tolong adikku!" Ucap Viola

Dokter dengan segera memasangkan alat itu kembali ke tubuh Nadine. Menenangkan nya serta memberikannya obat agar Nadine tetap tenang.

Akhirnya Nadine diam,dan tertidur karena efek bius dari obat itu

"Pasien stress berat. Bisa menjuru ke depresi bahkan gangguan jiwa" Ucap sang dokter

"Untuk mengatasi hal ini terjadi,jangan bahas apapun yang membuat pasien trauma. Buat pasien menenangkan pikiran nya. Semua pasien yang menjadi korban jalan layang itu, bahkan ada yang mengalami gangguan jiwa karena trauma" Jelas sang dokter

"Saya tak mau hal ini terjadi juga pada Nadine. Nadine masih gadis belia,saya yakin dia punya masa depan yang indah. Kita harus sama sama berusaha membuat Nadine normal kembali"

Tbc...
haiii🤗

jgn lupa vote and comment yaa guys! thankyouu❤️
-author

The Bride [18+]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang