chapter 5

79.4K 2K 137
                                    

(Manu on mulmed)

💫

"Aku bisa jalan sendiri kak" Ucap Nadine
"Nanti kamu kenapa-kenapa,Nad" Balas Viola
"Aku baik-baik saja. Tenang lah" Ucap Nadine lalu berdiri tegak

"Lihatlah,aku bisa kan?" Ucapnya berusaha meyakinkan sang kakak
"Aku hanya ingin jalan-jalan di area rumah sakit sendirian. Aku akan baik-baik saja" Ucap Nadine berjalan perlahan sambil meraih knop pintu

"Jangan lama-lama ya? Jika ada apa-apa, hubungi kakak" Pesan Viola. Nadine membalasnya dengan anggukan lalu ia pergi keluar

Nadine menutup pintu itu kembali. Ia melangkahkan kaki nya perlahan menuju lift. Lift sampai,ia masuk ke lift dan menekan tombol angka 1.

Lift pun tutup dan menuju ke lantai satu. Saat sampai,lift terbuka dan Nadine keluar. Ia lihat pemandangan rumah sakit yang sibuk, masih mengevakuasi korban dan ambulance yang pulang dan pergi

Nadine melangkahkan kaki nya lalu duduk di sebuah kursi di ruang tunggu. Hanya sekedar duduk-duduk

"Ekhem,permisi. Itu kursi ku" Suara seorang pria membuat Nadine mendongakkan kepala nya. Ia segera bangkit
"Maafkan aku" Ucap Nadine
"Tak apa,duduklah" Ujarnya

Nadine kembali duduk. Pria itupun duduk di sebelah nya.

Nadine lihat ia meneguk segelas kopi. Nadine memperhatikan nya lagi,ia memakai baju pasien sama seperti dirinya.

"Kamu pasien juga?" Tanya Nadine. Pria itu menoleh ke arah nya
"Iya" Balasnya sambil tersenyum
"Kamu sakit apa?" Tanya Nadine
"Aku korban jalan layang yang runtuh waktu itu" Balas pria itu

Nadine terdiam. Tangan nya bergetar dan keringat dingin lagi. Mendengar insiden itu

"Kamu?" Tanya pria itu
"Aku...juga" Ucap Nadine
"Bersyukur ya,kita bisa selamat" Ucap pria itu. Nadine mengangguk kecil

"Oh ya,aku Manuel" Ucapnya memperkenalkan diri
"Kamu bisa panggil aku Manu" Sambungnya. Nadine membalas jabatan tangan nya
"Nama ku Nadine" Balas Nadine
"Nice name" Pujinya dan Nadine tersenyum

"Kamu dapat kopi itu dimana?" Tanya Nadine
"Di kantin. Mau?" Tanya Nadine
Nadine mengangguk
"Ayo" Ajaknya dan Nadine mengekori nya

Nadine dan Manu pun sampai di halaman belakang,dimana kantin itu berada

"Permisi,bibi! Aku mau kopi nya satu lagi" Ucap Manu. Wanita paruh baya itu menoleh
"Astaga kamu lagi? Bukannya tadi sudah?" Ucap wanita itu tertawa

"Ini untuk teman baruku,namanya Nadine" Ucapnya seakan memperkenalkan Nadine
"Hai nona cantik" Sapanya dan Nadine tersenyum

"Ini kopi untukmu" Ucapnya memberi Nadine kopi yang sama. Nadine pun memberikan uang nya

"Kamu tau,sebenarnya aku belum boleh minum kopi kata dokter" Bisik Manu sambil berjalan
"Benarkah? Tapi kenapa kamu-"
"Iya diem diem" Manu memotong omongan nya. Kedua nya tertawa

"Tapi kenapa kamu belum boleh minum kopi? apa kamu punya penyakit lain?" Tanya Nadine
"Aku-"

"Tuan" Suara seorang suster membuat Nadine dan Manu menoleh
"Waktunya istirahat" Ucap suster tersebut
"Yah..waktunya kembali ke kamar" Ucap Manu memelas

"Nadine,its nice to meet you. But i have to go. Semoga besok kita ketemu lagi ya!" Ujar Manu mengacak rambut gadis itu.

Nadine mengangguk

"Bye Manu! You're a good friend actually!" Balas Nadine

"Thanks! You too! Ucap Manu lalu pergi dengan suster itu

Nadine memandangi kepergian Manu dengan suster itu.
"Dia baik. Tampan juga" Nadine tertawa kecil.

Nadine pun segera masuk kembali ke rumah sakit,ia jalan ke lift dan masuk kesana. Lalu menekan tombol angka 6. Setelah sampai ke lantai enam,Nadine keluar dan berjalan

"Kira-kira,Manu di ruangan nomor berapa ya?" Batin nya

"Suster,suster!" Panggil Nadine melihat seorang suster. Suster itu menghampirinya
"Ada yang bisa di bantu?"

"Suster tau ga...ruangan atas nama Manuel nomor berapa?" Tanya Nadine
"Manuel? Manuel Rios?" Tanya sang suster
"Um..aku tak tau nama lengkapnya" Ujar Nadine menggaruk tengkuknya

"Ya,Manuel di data ku ini hanya Manuel Rios. Ia salah satu dari 4 pasien yang mengalami amnesia, ruangan nya berada di A17"

Nadine terdiam

"Amnesia?" Tanya Nadine terkejut. Suster itu mengangguk
"B...baiklah. Terima kasih" Ujar nya. Suster itu mengangguk dan pergi
"Jadi Manu mengalami amnesia? Malang sekali nasibnya" Batin Nadine sembari berjalan ke kamar nya

Nadine pun masuk,Viola menoleh

"Sudah jalan-jalan nya? Istirahat lah,sebentar lagi dokter akan memeriksa mu" Ucap Viola

💫

Viola meraih handphone nya yang bergetar.
"Bibi" Tertulis disana. Ia segera mengangkat telepon itu

"Halo bibi?"

"Viola! Akhirnya kamu bisa di hubungi nak!"

"Iya bi,maaf"

"Bagaimana keadaan Nadine? Bibi dengar dia selamat dari tragedi itu"

"Ya.Nadine selamat"

"Syukurlah. Kemarin setelah selesai pemakaman ayah dan ibu mu beserta Jordan, pihak keluarga pria itu menghubungi bibi"

"Pria siapa?"

"Pria yang ingin di nikahkan dengan Nadine"

Viola terdiam. Ia menoleh ke Nadine yang tengah tertidur pulas

"Bagaimana soal pernikahan itu?" Tanya Viola dengan takut

"Pernikahan di batalkan,Viola. Ternyata pihak keluarga pria itu juga melewati jalan layang yang sama!"

Viola terkejut hingga menutup mulut nya

"J..Jadi pria itu dan keluarga nya sudah tiada?"

"Bibi juga tak tau. Mayat mereka belum di temukan sampai sekarang"

"T..Terima kasih infonya,bi"

"Jaga Nadine baik-baik ya sayang? Bibi akan berkunjung dalam waktu dekat"

"Baiklah bi"

Sang bibi pun menutup panggilan itu. Viola menggenggam handphone nya sambil bergetar. Ia menatap Nadine dan merapikan rambut gadis itu

"Nad..kakak mohon,jangan stress soal hal itu lagi. Biarkan papa,mama dan Jordan sudah tenang disana. Pernikahan mu di batalkan, kakak mau kamu baik-baik saja" Bisik nya sambil mengusap air mata nya

Tbc...

thank u for 4k readers! 🥺❤️
vote and comment yaaa,thankyou❤️
-author

The Bride [18+]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang