Warn: typos in everywhere
Et tunggu dulu, votenya mana nihh, moonies
— m o o n l i g h t —
(Name) berada di Kediaman Uzui. Sebelumnya, ia diminta ketiga istri dari mantan Pilar Suara untuk memasak bersama. Tentunya, gadis itu mengangguk dengan cepat. Saat ini dirinya sedang mengaduk sup yang tengah ia buat. Hina yang berada di sampingnya sedikit mengerutkan kening saat melihat gadis bersurai (h/c) itu melamun dan tidak fokus. Hina takut jika api dalam tungkunya mendadak besar dan membakar habis kediamannya. Dengan segera, wanita itu menggelengkan kepala guna mengusir pikiran bodoh yang bersarang di kepalanya.
Tangannya menyentuh pundak (Name) membuat sang empu sedikit terperanjat dan menoleh. "Kau kenapa?" Tanya Hina.
(Name) menatap hina sebentar sebelum tersenyum kikuk. Gadis itu mengingat peristiwa ketika bibirnya tersentuh oleh bibir Giyuu. (Name) menggulung bibirnya ke dalam lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan berkata,
"Aku tidak apa-apa, Hina-san. Oh iya, makanan sebanyak ini apakah cukup untuk kita?" Tanya (Name) yang melihat beberapa macam makanan yang telah tersusun rapih di atas meja.
Istri dari Uzui Tengen itu membelakkan matanya. Ia menepuk pelan keningnya. Membuat gadis di hadapannya menatap bingung. Hina beranjak lalu mengambil sebuah kotak makan yang telah terisi makanan yang baru saja mereka masak. Wanita itu memberikan kotak tersebut kepada (Name). "Bisakah kau berikan makanan ini kepada Rengoku. Astaga, aku lupa kalau kita akan membagikan makanan."
Perkataan dari Hina sedikit membuat gadis berambut panjang itu gugup. "He-hee.. ke-kenapa harus aku?"
Hina bertolak pinggang. Wanita itu lebih mirip seperti Kakak perempuan yang siap menceramahi ketika sang Adik berbuat onar. "Ada apa memangnya? Apa kau tidak tahu kediaman Rengoku?"
Rona merah menjalar ke kedua pipi milik (Name). Kepalanya menggeleng cepat dan bibirnya bergetar. "Ti-tidak!! Bukan seperti itu." Ia memajukan bibirnya lalu memainkan kedua jari telunjuknya.
Namun, Hina yang tidak mengerti pun segera membalikkan tubuh (Name) dan mendorongnya keluar. Wanita itu tersenyum lebar lalu melambaikan tangannya. Tidak lupa ia berpesan agar gadis yang tengah merona itu agar hati-hati sembari berteriak. Tipikal kakak sayang adik.
Sedangkan gadis yang tengah menenteng sebuah kotak makan berjalan dengan pelan. Jantungnya berdegup kencang. Entah kenapa, setiap mendengar nama Rengoku di telinganya, jantung gadis itu menjadi berdebar-debar. Ia menggelengkan kepalanya. Tidak. (Name) tidak menyukainya. Yang gadis itu sukai adalah Muichiro. Hanya saja, Kyojuro itu terlalu bersinar bagi dirinya. Bukankah matahari dan bulan tidak akan pernah bisa bersatu? Gadis itu mendengus dan mempercepat langkahnya.
Matahari ya? Bukannya Tanjiro adalah matahari yang sebenarnya? Ia berhenti sejenak lalu mengangkat tangan kirinya. Jemari rampingnya menutupi cahaya matahari yang terik.
"Apa aku menyukai Tanjiro?" Tanya batinnya.
Ia menggeleng lemas. Dirinya tidak mungkin memutuskan benang merah antara Tanjiro dan Kanao. Gadis bersurai hitam dengan ponytail ke samping itu sudah sangat baik padanya. Dan dia pun tahu, bahwa diam-diam Kanao jatuh hati pada Tanjiro. Namun, hatinya juga berkata lain. Saat pertama kali melihat kedua mata pemuda itu. Ia terpaku akan sesuatu yang berat telah Tanjiro lewati. (Name) berpikir bahwa pemuda bersurai merah itu sedikit mirip dengan dirinya karena melihat kematian orang yang di sayang. Ya, sedikit.
Saat telah sampai tidak jauh dari kediaman, gadis itu melihat seorang yang sedang menyapu halaman. Rambut kuning dan merahnya terkuncir dengan rapi. Gadis itu tersenyum dan membuka mulutnya guna berteriak. Namun, ia berhenti karena melihat perubahan yang sangat signifikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️]Kimetsu no Yaiba: Moonlight
Fanfic[END] Apa kau tahu bahwa setiap bagian dunia memiliki misteri tersembunyi. Pada era Meiji Taisho, konon, iblis pemakan daging berlalu lalang dengan bebas di dalam bayangan. Tidak masuk akal, bukan? Sama seperti seorang gadis kecil bernama Oikawa (N...