Warn: typos in everywhere
Et, tunggu dulu. Votenya mana nih mooniesss!!!
— m o o n l i g h t —
Sudah seminggu lewat tiga hari, (Name) tidak bertemu dengan Tanjiro dan yang lain. Nezuko juga tidak selalu berada di Kediaman Kupu-Kupu. Terkadang gadis iblis itu ikut bersama dengan Kakak laki-lakinya. Dirinya merasa bahwa Kiriya sedikit menjauhkan dirinya dengan para sahabatnya. Gadis itu menghela napas gusar. Menangkupkan wajahnya pada kedua tangannya. Akhir-akhir ini ia merasa bosan dengan tugas sebagai Pemburu Iblis. Mungkin, karena iblis kuat sudah berkurang dan tersisa iblis tidak berguna yang bisa gadis itu kalahkan dalam kedipan mata.
Mata gadis itu melirik ke atas langit. Gumpalan awan hitam memenuhi langit sehingga menyembunyikan biru cerahnya yang cantik. Udara terasa dingin saat menyentuh permukaan kulit sang gadis. Ia bergidik lalu mengusapkan telapak tangannya.
Tiba-tiba sebuah kepingan salju menempel pada pucuk hidungnya. (Name) mengerjapkan matanya beberapa kali untuk memastikan yang ia lihat adalah salju bukan kelopak bunga atau kapas yang berterbangan. Ia mengarahkan jari telunjuk pada pucuk hidung, terasa sensasi dingin saat menyentuhnya. Bibirnya terbuka lebar dan matanya menyipit. Musim dingin telah datang.
Dirinya berputar tatkala semakin banyak salju yang turun. Setiap kali ia menghembuskan napas, keluar uap panas yang membuatnya terkikik sendiri. Sudah hampir satu tahun. Terakhir kali gadis itu bermain salju adalah bersama Makomo. Dirinya begitu riang saat bermain seluncuran di lereng pegunungan. Membuat bola salju lalu melemparkannya pada wajah Giyuu. Hal itu tentu saja membuat dirinya tertawa lebar, bahkan hampir melupakan masa lalu kelam.
Seorang pria bersurai malam datang dan menatap gadis yang tengah berdiri memandang langit. Ia mendesah pelan sebelum melepaskan haori unik miliknya. Giyuu menudungkan haori miliknya pada (Name) membuat gadis cantik itu sedikit terenyuh.
"Onii-chan? Kapan kau datang?" Tanya (Name) dengan senyum di wajahnya.
Giyuu masih memasang ekspresi datar. Merapatkan dirinya untuk mendapatkan sedikit kehangatan. "Baru saja ketika dirimu sedang melamun. Kau rindu musim dingin?"
(Name) memeluk tubuh Giyuu. Menyembunyikan wajah sedihnya pada dada bidang pria tersebut. Hidungnya menghirup wangi tubuh yang sudah ia hafal sejak kecil. Gadis itu mengangguk pelan. "Aku lebih rindu bersama kalian."
Keheningan menghampiri mereka berdua. (Name) yang masih nyaman memeluk Giyuu enggan untuk melepaskannya. Tidak peduli dengan hawa dingin yang menusuk itu mengenai kulitnya. Cahaya matanya sedikit meredup. Warna (e/c) yang indah itu tidak bersinar seperti biasanya. Sedangkan Giyuu, pria itu masih berdiam diri. Memikirkan sesuatu dalam kepalanya. Tangannya meremat haori unik yang masih ia gunakan untuk melindungi kepalanya juga kepala sang gadis dari salju.
Gadis bersurai panjang itu mempererat pelukannya. Mengusakkan wajahnya pada seragam sang Kakak. "Nii, aku berharap. Suatu hari nanti, entah itu masa depan atau bahkan kehidupan selanjutnya, kau akan selalu bersamaku."
"(Name)..." Lidah pria itu seakan kelu saat mendengar perkataan dari gadis yang berada dipelukannya.
"Saudara juga tidak apa-apa. Tapi aku berharap kita mempunyai hubungan khusus. Ehehe, sepertinya aku mulai menyukai Kakakku yang kaku." Kekehan manis mengakhiri pembicaraan di antara kedua Kakak Beradik yang linglung dalam hubungan kasat mata.
••••
(Name) sedikit merutuki seragam miliknya yang menurutnya kekurangan bahan. Rok gadis itu terlalu pendek yang membuat angin musim dingin mengenai kulit pucatnya. Beruntung haori gadis itu sedikit panjang dan sepatu boots hitam yang menutupi kakinya sampai betis. (Name) dalam perjalanan ke Kediaman Tamayo. Ia meminta izin kepada Kiriya untuk membicarakan hal penting dengan wanita iblis yang sangat mirip dengan Ibu kandungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️]Kimetsu no Yaiba: Moonlight
Fiksi Penggemar[END] Apa kau tahu bahwa setiap bagian dunia memiliki misteri tersembunyi. Pada era Meiji Taisho, konon, iblis pemakan daging berlalu lalang dengan bebas di dalam bayangan. Tidak masuk akal, bukan? Sama seperti seorang gadis kecil bernama Oikawa (N...