"Mau sampai kapanpun, Ibu tidak akan pernah menganggap aku anak ya?"Jieun mendorong kepala Lisa dengan jari telunjuknya. "Udah berapa kali kubilang, aku memang bukan Ibumu bodoh! Kau itu selain tidak waras ternyata tuli juga ya?"
"Lengkap juga kehidupan tidak bergunamu, sudah gila, tuli. Menjijikkan."
Lisa terdiam, hatinya sakit sekali. Seperti dihujam ratusan pisau. Air matanya jatuh dari mata cantiknya. Ia buru buru menghapusnya.
"Iya maaf ya merepotkan Ibu dan Ayah. Aku berjanji aku akan sembuh." Lisa mencoba tersenyum untuk menahan tangisnya.
Jieun menghela nafas, ia muak sekali dengan gadis ini. "Terserah! Aku tidak perduli kau akan sembuh atau tidak. Intinya aku tidak mau kesini terlalu sering! Aku ini wanita terpandang! Jangan merusak nama baikku! Kalau bukan karena Taeyang. Aku tidak akan mau menjengukmu kemari, jadi jangan buat ulah, paham?!"
Lisa mengangguk lesu. Apa yang ia bisa lakukan selain menurut? Dia tidak mau dipukul oleh Jieun. Sudah cukup.
"Kenapa Ayah tidak kesini?" Tanya Lisa pelan. "Aku rindu Ayah."
Jieun mendengus, "Dia memang mau kesini, tapi kularang. Aku tidak mau Taeyang bangkrut karena dapat kabar, anaknya tidak waras."
Lisa terkejut sesaat, begitu buruknya kah orang tidak waras dimata Ibu nya?
"Aku tidak segila yang kau bayangkan Bu, aku masih sedikit normal!" Dia marah. Kenapa Ibu nya bilang seakan akan Lisa adalah orang tak waras yang membahayakan dan memalukan.
Dukk...
Jieun menendang tulang kering Lisa dengan high heelsnya. Membuat Lisa merintih kesakitan. Sungguh rasanya sakit sekali.
"Kurang ajar! Lihat betapa tidak sopan nya kau! Ini yang dinamakan sedikit normal hah?! JAWAB!"
Lisa tak dapat menahan air matanya sekarang. "Maaf Ibu maaf...aku tak akan mengulanginya lagi. Sungguh!"
Plakk..
Jieun menampar Lisa, membuat gadis itu semakin menangis kejar. "MENANGIS KAU?! JANGAN BERTINGKAH SEAKAN KAU KORBAN!" Tangan Jieun bergerak mencengkram bahu Lisa dengan keras. Kuku panjang Jieun mulai menusuk nusuk bahu Lisa, ia mencengkram terlalu kuat.
"Ibu maafkan aku, tolong lepaskan...maaf," Lisa memohon kepada Ibu nya. Matanya tak berhenti mengeluarkan air mata.
"Anak sialan! Menyusahkan saja!" Jieun melepaskan cengkramannya lalu memukul kepala Lisa dengan kuat. Lisa semakin terisak merasakan nyeri dibeberapa bagian tubuhnya. Kepalanya terasa sangat pedih, padahal bekas terbentur dinding tadi belum sembuh.
Jieun menghela nafas kasar, "apa kau tidak lelah aku selalu menyiksamu?!"
Lisa diam masih menangis sembari mengusap kepalanya yang terasa sakit.
"Jika kau lelah, mati saja ya. Jangan menahan diri, lagipula tak ada yang perduli juga jika kau mati."
Kata kata Jieun yang baru saja ia ucapkan, membuat tangis Lisa mengeras.
Jieun berdecak kesal. "Menangis tidak ada gunanya bodoh! Dasar anak gila! Kerjaannya menangis dan mengeluh saja!" Jieun mendorong tubuh Lisa, lalu ia pergi keluar dari kamar rawat sang anaknya itu.
Sepeninggal Jieun, Lisa tak berhenti menangis. Ia terus menangis kejar sambil mengucapkan kata 'sakit' membuat yang diluar kamarnya merasa iba.
Ya, diluar kamar tepat didepan pintunya. Ada Younghoon dan pria Lee yang baru saja keluar dari kamar Nancy.
Younghoon masuk perlahan, matanya disuguhi Lisa yang terbaring meringkuk dilantai dengan tangisan yang belum reda. Ia terkejut saat melihat perban kepala Lisa penuh darah.
Yang ia takutkan ketika Lisa bertemu Ibunya, ternyata terjadi.
Ia langsung menghampiri Lisa lalu menariknya kepelukkannya. "Nona, kau tidak apa apa? Ayo kita ke dokter Choi. Kumohon tahan rasa sakitnya ya?" Younghoon mengusap wajah Lisa lembut. Ditatapnya wajah cantik Lisa yang sudah tak karuan. Matanya merah, hidungnya merah, dan basah karena air mata yang keluar terus menerus.
"Dia kenapa?" Tanya pria Lee itu dengan wajah panik.
Younghoon tak menjawab, ia langsung menggendong Lisa ala bridal style. Dan berlari menuju ruangan kesehatan.
Pria Lee itu sedari tadi hanya mengikuti. Ia penasaran dengan gadis itu. Gadis yang selalu diceritakan oleh adik sepupunya. Gadis yang tadi memarahinya karena memotong pembicaraan orang. Juga gadis yang begitu menatapnya emosi bak musuh bebuyutan hanya dalam satu pertemuan.
Sampai disana, ia menduduki Lisa diranjang ruang kesehatan. Dokter Choi melotot. "Lalisa, kenapa?"
"Nyonya Jieun, sudah pasti." Younghoon menunduk.
"Aish yasudah, tidak papa. Sekarang Lisa sudah disini, dia harus diobati." Dokter Choi, mulai membuka alat dan obat untuk mengobati Lisa. Ia membuka perban Lisa yang sudah banyak darah, lalu menuangkan beberapa obat pada kapas dan ia tempelkan pada kepala Lisa dengan perban baru.
Lisa sudah berhenti menangis kejar, dia hanya diam sekarang. Walaupun sesekali air matanya masih turun sedikit.
"Apalagi yang sakit nona Lisa?" Tanya Younghoon. Ia khawatir. Ia yakin Jieun tidak hanya melukainya sekali.
Lisa menatap sendu Younghoon. Lalu menunjuk dadanya, lebih tepatnya hatinya. Younghoon langsung mengelus wajah Lisa pelan, berniat menenangkan.
"Apa ada bagian lain yang dia lukai?"
Sekarang Lisa menunjuk bahu dan tulang keringnya kaki kanannya. Dokter Choi dan Younghoon menghela nafas. Jieun selalu begitu, keterlaluan. Tidak kah cukup ia selalu menyakiti Lisa dari kecil? Jika saja Lisa tidak menyayangi Ibu nya, mungkin Dokter Choi akan menuntut Jieun dengan tuduhan penganiayaan.
Dokter Choi duduk berjongkok, ia melipat celana panjang Lisa yang khas Rumah sakit jiwa Second Life yang biasa digunakan pasien pasiennya. Dokter Choi meringis, kala melihat baret panjang di tulang keringnya dengan kulit sesidikit terkelupas juga mengeluarkan cairan merah.
Ia mengobati kaki Lisa dengan hati hati, lalu memberinya perban juga. Ia berdiri menatap Lisa dan Younghoon bergantian, "Kalau bahu, nanti minta tolong sama Perawat Mina saja ya?"
Younghoon mengangguk paham.
"Itu siapa?" Tanya Dokter Choi melihat seorang pria berdiri didepan pintu.
Younghoon melirik sebentar, "Lee Taeyong, sepupunya nona Nancy."
Dokter Choi mengangguk ngangguk, "Anaknya pengusahan besar itu ya? Oke oke. Dia sedang apa disana?"
Younghoon mengedikkan bahunya. Sedangkan yang sedang dibicarakan hanya mendengus. "Aku hanya mau liat gadis itu, sepertinya dia menyedihkan."
Younghoon melotot. "Jaga bicaramu, Tuan!"
Pria Lee bernama asli Lee Taeyong itu lagi lagi mendengus. "Bukan kah itu fakta? Benar Lisa-ssi?"
Lisa menatap Taeyong miris. "Benar, terima kasih telah membuatku menjadi semakin terlihat menyedihkan." Ia langsung berdiri lalu pergi, meninggalkan mereka semua. Entah kemana.
Taeyong diam, ia rasa ini semua cukup menarik. Membuatnya semakin ingin masuk kedalam kehidupan gadis berponi itu.
Tbc...
Aku agak nyesek ngetiknya, i mean kejadian kayak gini sering banget terjadi di masyarakat umum. Bagaimana orang yang gak waras bener bener dijatuhkan sejatuh jatuhnya, sometime orang tua mereka juga kurang perhatian.
Terima kasih sudah membaca, jangan lupa vote dan komen ya🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Manoban and Lee
FanfictionKetika dua jiwa yang berbeda memiliki perasaan yang sama. Apa respon semesta? *** "Apakah kau tidak tau? Kalau didunia ini semua manusia akan selalu dikejutkan dengan hal hal yang tak terduga." "Yang perlu kam...