"Jadi nama panjangnya benar Lalisa Manoban kan?"Lia mengangguk, sembari memakan cokelat kedua yang diberikan Taeyong.
"Kelahiran tahun berapa?"
Lia mengadahkan tangannya lagi, membuat Taeyong berdecak lalu memberikan sebatang cokelat lagi pada Lia.
"Sembilan tujuh." Lia mengambil cokelat di tangan Taeyong.
"Apa dia punya kekasih?" Tanya Taeyong. Hari ini ia akan mengupas semua latar belakang Lisa, dengan bertanya pada Lia. Hanya dia yang mau mengatakan, walau harus membayar dengan cokelat batangan setiap satu pertanyaannya.
Lagi lagi Lia mengadahkan tanganya. Taeyong menghela nafas. Ia sebelumnya memang sudah membeli banyak cokelat batangan untuk mempersiapkan ini. Ia pun memberikan lagi pada Lia.
"Sekarang tidak, sebelumnya punya. Tapi Lisa eonni dicampakkan, karena masuk rumah sakit jiwa." Tidakkah Lia terlalu jujur?
"Kau ingin bertanya apa lagi, cepat! Tidak usah memberi cokelat lagi, aku kasihan padamu," lanjut Lia.
Taeyong tersenyum miring. Baguslah. "Mantan kekasihnya seumuran dengannya? Apa kau pernah melihat wajahnya? Apa dia tampan? Apa dia kaya?"
Lia mendengus. "Satu satu! Mantan kekasihnya lebih tua satu tahun, namanya Kim Doyoung. Iya, dia tampan dan dia kaya."
Taeyong sedikit memiringkan kepalanya. Ia sedang berpikir lebih tampan mana dirinya dengan si Kim Doyoung itu, tapi dia tidak bisa membandingkan jika belum lihat langsung bukan?
"Kau tahu alamat rumah Kim Doyoung?"
Lia mengernyit. "Kau ini aneh sekali, mau apa sih?"
"Hei santai! Aku lebih tua, ingat?"
Lia mendengus. "Halah, terserah! Apa lagi? Jangan aneh aneh, aku bukan mata mata."
"Baiklah baiklah, Lisa suka apa?" Tanya Taeyong.
Lia mengetuk dagu nya, dia sedang mencoba mengingat. "Ah, dia suka bermain tanah."
"Yak! Bukan itu maksudku, akh!" Taeyong kesal. Apa gadis ini tak mengerti apa yang ia maksud? Kenapa semua orang disini membuatnya kesal sih.
Lia sedikit terkejut, ia mengelus dadanya pelan. "Astaga, tidak usah marah marah. Kau tidak baca peraturan disini ya? Dilarang marah atau membentak pasien!"
Taeyong menghela nafasnya. "Iya aku minta maaf. Bisa tolong lanjutkan?"
"Dia suka cheesecake."
"Oh? Ada barang yang ia sukai?"
Lia menatap Taeyong dalam, "ia tidak butuh barang barang mahal. Itu tak berguna, dia sudah memiliki apapun yang dia inginkan sejak kecil. Kecuali kasih sayang."
Taeyong terdiam sesaat. "Oh begitu? Terima kasih ya?"
Lia mengangguk lalu ia berbalik hendak pergi, namun ia kembali menatap Taeyong dan berkata, "Jangan memaksakan diri untuk mendekatinya, jika hanya untuk coba coba. Karena pada akhirnya akan menjadi boomerang pada dirimu sendiri."
Taeyong mengernyit tak mengerti. "Maksudmu?"
Lia menggeleng lalu kembali melanjutkan niatnya untuk pergi.
Setelah Lia pergi, Taeyong mengedikkan bahunya. Ia menoleh kesana kesini mencari sesuatu.
Lisa.
Gadis itu yang ia cari sekarang.
"Permisi!" Ucap Taeyong saat Minghao melewatinya.
Minghao menoleh lalu membungkuk sesaat, "Ada apa Tuan?"
"Apa kau tahu dimana pasien bernama Lisa, sekarang?" Tanya Taeyong.
Minghao menatap Taeyong dari atas sampai bawah, "Maaf jika boleh tau, ada urusan apa?"
"Penting dan ini rahasia, tenang saja aku tidak akan menyakitinya."
Minghao mengangguk ngangguk, "Biasanya menjelang malam begini, dia sedang mencari angin di danau." Minghao menunjuk danau dekat taman.
Taeyong mengangkat kedua alisnya, "Ia melompat?"
Minghao tertawa kecil. "Tidak, dia hanya didepan pagarnya saja sambil menatap langit."
"Wah unik juga---oh, terima kasih!" Minghao mengangguk lalu kembali berjalan.
Taeyong langsung berlari ketempat yang Minghao bilang. Cukup jauh, hebat juga gadis itu selalu kesini setiap hari.
Sampai disana ia melihat Lisa sedang berdiri didepan pagar danau, kepalanya mendongak. Ia menatap langit sore menjelang malam. Cukup indah. Karena itulah Lisa menyukainya.
"Lalisa Manoban."
Lisa menoleh, "Sok akrab sekali."
Taeyong terkekeh. Ia menempatkan dirinya disamping Lisa. Ia menatap Lisa yang kembali menatap langit dengan tenang. "Mari berkenalan!"
"Tidak mau. Aku tidak menyukai orang asing."
"Maka itu ayo berkenalan!"
Lisa diam, tatapannya masih kearah langit.
"Kenapa tidak mau? Apa karena kata kataku tadi?"
Lisa menggeleng. "Bukan karena itu, menurutku berkenalan dengan orang baru hanya akan membuat luka baru. Lebih baik tetap seperti ini, walau kesepian, setidaknya aku tidak tersakiti."
Taeyong terdiam, ada banyak pertanyaan diotaknya. Sebenarnya Lisa ini kenapa?
"Apa yang terjadi padamu?"
Lisa menoleh, menatap wajah tampan Taeyong. Sorot matanya terlihat sedih, "Ada banyal hal yang terjadi padaku, tapi kau tidak perlu tahu. Tidak semua orang bisa mengerti masalah orang yang mentalnya terganggu, ujung ujungnya hanya akan meninggalkan."
Bukan berhenti, Taeyong semakin tertarik untuk masuk ke kehidupan gadis itu.
"Kita mulai saja pelan pelan, tentang apa yang terjadi nanti lupakan saja dulu. Untuk saat ini, mari belajar dekat?"
Lisa menatap Taeyong ragu, ia takut. Tak lama ia menghela nafas, "Kau pasti sudah tahu namaku, untuk apa berkenalan?"
"Namaku Lee Taeyong, Ayahku Lee Min Ho dan Ibuku Bae Suzy. Aku memiliki sepupu yang juga dirawat disini, namanya Nancy Lee."
Lisa memijat pelipisnya, "Apa aku menyuruhmu presentasi family tree?
Taeyong mendengus. "Aku akan sering kesini, mulai dari sekarang."
"Untuk apa?"
"Mengunjungimu."
"Aku tidak memintamu untuk mengunjungiku, lagipula dalam rangka apa? Aku tidak punya uang jika kau ingin memalakku."
Taeyong berdecak kesal, "kita kan teman sekarang!"
Lisa menatap tajam Taeyong, "Tidak! Aku tidak suka berteman!"
"Kenapa?!"
"Bukan urusanmu! Tolong berhenti bertanya, kau membuat kepalaku sakit!" Lisa memukul bahu Taeyong cukup keras. Membuat si empunya meringis.
"Aish, lalu kita ini apa?!"
"Kau dan aku bukan kita."
"Kau dan aku hanya sebatas dua manusia yang saling mengenal, bukan teman," lanjut Lisa.
"Tapi jika memang kau ingin berteman denganku, maka pergilah."
Taeyong mengernyit, dia menunggu kata kata selanjutnya.
Lisa menghela nafas pelan, lalu dia tersenyum tipis. "Karena aku tidak membutuhkanya."
Tbc....
Iya, soalnya aku butuhnya kamu yong😊aw
Terima kasih sudah membaca, jangan lupa vote komen ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Manoban and Lee
FanfictionKetika dua jiwa yang berbeda memiliki perasaan yang sama. Apa respon semesta? *** "Apakah kau tidak tau? Kalau didunia ini semua manusia akan selalu dikejutkan dengan hal hal yang tak terduga." "Yang perlu kam...