Chapter 24 : Our Night

92 20 23
                                    

Jay menyeka air mata gadis polos itu menggunakan ujung lengan bajunya yang tak henti-hentinya menetes karena terlalu sedih. Hatinya bagai dihempas batu besar. Didalam kepalanya sudah terngiang-ngiang bagaimana untuk hidup berjauhan dengan laki-laki dihadapannya itu. Bukan sebatas tak bisa melihat wajahnya, mendengar suaranya, tapi juga ia tidak akan bisa menghabiskan waktu bersama-sama lagi. Semuanya memilukan.

"Yah, uljima.." bujuknya.

Yunjae terisak-isak, "Jebal jangan pergi Park Jaymet..."

"Bukan gue yang mau pergi, tapi terpaksa. Karena itu gue coba untuk menghalangi pernikahan ini. Lo faham kan, jangan nangis dong." Jay menangkup kedua belah pipi Yunjae yang sudah merah merona. Matanya bengkak karena terlalu lama menangis.

"Gak bisa ya lo tetap tinggal disini? Lo bisa tinggal di rumah gue. Mama gue pasti gak akan keberatan kok! Dia lebih sayang lo daripada sama gue. Lo juga tau kan.." tersedu-sedu dia berbicara.

"Gue udah fikirkan semua ini. Kalau gue mementingkan diri sendiri sekarang, bagaimana dengan masa depan anak-anak kita nanti?"

Yunjae menghentikan tangisannya sejenak, dia memandang Jay yang tidak terlihat kalau laki-laki itu tengah bergurau. Tersedak gadis itu jadinya. Wajah yang sembab itu dijatuhkan pada lutut. Tidak mau bertatap muka.

"Lo mau nikah sama gue apa.."

"Wae? Lo gak nau nikah sama gue?"

Yunjae mengangkat wajahnya, "Yah. Bukan gak mau.. tapi kita kan masih muda. Ish gue malu tau lo ngebahas hal ini. Lo ni emang suka banget ngejahilin gue ya! Jangan bercanda lah! Orang lagi serius juga!"

"Gue juga serius."

Mati akal Yunjae dibuatnya. Lagipun apa yang keluar dari mulut Jay tidak ada satu pun kebohongan. Dia hanya berbicara tentang yang akan terjadi dimasa akan datang. Dia coba untuk menghindari kehidupan yang susah. Ditambah laki-laki ini spesies yang cerdik dan pandai, rugi kalau dia membuat keputusan terburu-buru.

"Lo... gak bisa ya ngomong baik-baik sama Sakura? Kalau dia gak mau papa lo, pasti lo gak perlu pindah. Ish.. g-gue gak bisa lah.. mau nangis lagi ni.." tangisan kembali muncul apabila teringat kalau Jay akan meninggalkannya.

"Gue rasa dia gak akan setuju, lagipun dia gak masalah kalau pernikahan ini berlangsung karena dia lebih suka kalau bisa balik ke Jepang lagi dan membawa ibunya sekalian. Geuji?"

Yunjae mengangguk sendu, "Pasti dia juga udah lama terpisah sama ibunya, melihat ibunya kerja disini. Tapi satu hal lagi, dia memang gak betah tinggal disini."

"Bingo."

"Gue faham. Tapi tetap gue gak mau lo pergi." bawah bibirnya bergetar. "Jebal Park Jaymet, berapa lama gue harus nunggu lo. Setahun? Dua tahun? Lima tahun? Kita gak pernah jauhan, gue gak sanggup. Gue mau lo sentiasa disebelah gue."

Ibu jari laki-laki itu menyentuh lembut wajah Yunjae, menghapus sisa air matanya.

Ibu jari laki-laki itu menyentuh lembut wajah Yunjae, menghapus sisa air matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
CamaraderieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang