#8 He's back

718 84 14
                                    

Sudah banyak purnama terlewati demi menunggu hari kebebasannya. Tepat hari ini, tiba saatnya ia melepas masa tahanannya. Hari ini juga peringatan hari kematian istrinya. Sangat pas.

Tak lagi memakai pakaian tahanan, ia sudah rapi memakai setelan jas hitam dan kemeja putih. Walau keriput sudah mulai terlihat, ia masih terlihat gagah dan segar. Tak akan ada yang mengira usianya hampir setengah abad.

"Terima kasih, atas kerja samanya." Seorang sipir yang mengantar sampai ke depan gerbang lapas, membungkuk sejenak. "Jangan sampai kau kembali lagi, ahjussi." Candanya.

Seulas senyum ia berikan. Sipir muda yang sering menemaninya berbincang di saat-saat tertentu. Membuat hari-harinya di sel tak begitu sepi dengan candaan garing dan secuil berita dari mulut tanpa remnya. Well, berteman dengan orang berisik pun ada manfaatnya.

Tepat di depan lapas, sebuah sedan hitam mengkilap sudah terparkir rapi menunggunya. Taeyong yang melihatnya keluar, lantas menghampirinya dan membukakan pintu mobil.

"Antar aku ke tempat pemakaman." Titah si pria paruh baya.

Si supir mengangguk tipis, lantas segera melajukan mobil mewah itu menjauh dari area lapas. Melesat dengan kecepatan sedang, mobil yang membawanya bergabung bersama mobil-mobil lain di jalanan besar kota.

"Sudah banyak yang berubah," lirihnya.

Sepanjang jalan, ia hanya menatap keluar jendela. Mengamati isi kota yang berubah drastis. Wajar saja, dua puluh tahun ia terkurung selama itu juga kota Seoul memulai perubahan. Terlalu banyak, sampai ada beberapa bagian dalam ingatan yang kini menghilang digantikan gedung-gedung baru yang modern.

"Kau sudah menghubungi putraku?"

Taeyong menggeleng pelan. "Suho masih sulit dihubungi. Kita perlu menunggu untuk bertemu dengannya, apalagi ia baru saja terkena insiden tak mengenakkan. Donghae pasti akan lebih waspada."

Si tuan mengangguk paham. Ingin sekali ia melihat bagaimana putranya saat ini. Istrinya pasti akan senang sekali putranya tumbuh sehat dan kuat. Sayangnya, takdir menyerahkan tumbuh kembang putranya di tangah musuh bebuyutannya selama ini.

Haruskah ia berterima kasih?

Bagaimana bisa? Donghae penyebab semua ini terjadi. Pun, dengan Suho yang tak tahu apapun, ikut terlibat menjadi korban. Jasa Donghae membesarkan putranya tak sebanding dengan kesalahannya di masa lalu.

"Sudah sampai, tuan." Si supir berseru.

Si tuan melamun sejak tadi, tak sadar kalau sudah sampai ke area pemakaman. Ia keluar, membawa buket bunga krisantium putih yang sudah disiapkan Taeyong. Untuk yang kedua kalinya, ia kembali menapaki tempat ini.

Kenangan dua puluh tahun silam terputar otomatis. Pemakaman sang istri yang sepi nan sunyi, dihadiri anak buahnya yang tersisa, ia dan putranya yang berusia lima tahun masa itu.

Tidak ada isak tangis, benar-benar sunyi. Hembusan angin yang mengiringi kepergian istrinya sore itu. Di bawah langit kelabu yang siap menumpahkan air mata, semua kepala tertunduk menghormati kepergian mendiang istrinya.

Suho, satu-satunya anak kecil yang ikut hadir hanya bisa diam memperhatikan apa yang terjadi. Putranya belum mengerti apa arti pemakaman, dan kepergian ibunya yang terlelap damai di dalam peti. Wajah cantiknya membuat Suho tak banyak bertanya kala itu.

THE SECRET PRINCESS [Surene]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang