#16 Disappointed

475 70 15
                                    

Menjelang tengah malam, rombongan Suho baru tiba di halaman mansion. Penerangan yang biasanya meredup, masih terang benderang menyambut kepulangan Irene dari kota. Tidak seperti biasa, malam ini mansion terlihat lebih ramai dari malam sebelumnya.

Donghae dan Tiffany berdiri di pintu utama. Jelas sekali mereka menunggu kepulangan putri semata wayang mereka. Raut khawatir tak luput, enggan melepas pandang dari sosok Irene yang baru saja keluar dari SUV hitam bersama Suho tentunya.

Mata Tiffany berkaca melihat putrinya berdiri tegap di depannya. Lalu, tersenyum getir. Malam ini ia lebih sentimental dari biasanya. Hatinya lega sekali melihat putrinya baik-baik saja. Walaupun wajah Irene lebih pucat dari biasanya. Melihat perban putih membalut salah satu tangan Irene, senyum Tiffany pudar perlahan.

Tiffany meraihnya. "Apa yang terjadi? Kenapa bisa sampai seperti ini?"

Tanpa permisi, Irene menarik pelan tangannya. Bola matanya beradu pandang dengan milik sang ayah. Tatapan tajam itu, membuat nyalinya ciut seketika. "Hanya luka kecil," lirihnya.

"Masuk!"

"Hah?" Irene mendongak.

"Masuk ke kamarmu!" Titah Donghae tegas.

"Tap---"

"Ayah bilang masuk!"

Kali ini lebih tegas. Seolah tidak ada kesempatan membantahnya. Irene menoleh ke belakang, menatap Suho dengan tatapan khawatir dan merasa bersalah. Pria itu justru mengangguk yakin, menyuruhnya masuk lebih dulu.

Irene menghela nafas pelan. Lantas, melangkah gontai ke dalam mansion bersama Tiffany.

Senyap. Donghae tidak mengatakan apapun. Tapi, atmosfer yang menguar begitu mencekik. Persis seperti udara musim dingin saat turun badai salju. Angin malam lenyap, sepi seperti tanda gelombang tsunami akan datang. Terlalu sulit bahkan untuk bersikap tenang sekalipun. Bernafas saja rasanya sulit.

"Kalian berdua, ikut aku. Sisanya bisa kembali." Donghae berujar dengan nada dingin, tanpa melepas tatapan mematikan dari wajah Suho yang tertunduk malu. Lalu, melenggang pergi dari pintu utama diikuti Suho di belakangnya.

Sementara itu Chanyeol masih merutuk tanpa suara. Memaki entah siapa sebagai pelampiasan kekesalan karena harus ikut bersama Suho menyelesaikan masalah. Kesal sekali rasanya melihat rekan lainnya bisa bernafas lega, sementara dirinya harus kembali mempersiapkan diri.

"Shiball! Sekkiyaa!" Makinya tertahan.

"Ikuti saja, sebelum kepalamu terpisah dari tubuhmu." Seloroh Kyungsoo.

Kai mengangguk setuju. "Selama menikmati, Chanyeol--aah."

"Yaishh!!"

***

Atmosfer yang sama kembali dirasakan saat masuk ke ruang kerja milik Donghae. Si empunya ruangan setengah berdiri, menyandarkan tubuhnya pada meja kerja yang terbuat dari kayu jati kualitas terbaik. Mata tajamnya menatap dua anak buah dengan tinggi badan cukup kontras di matanya. Keduanya tertunduk.

"Apa yang terjadi, Chanyeol--ahh? Aku ingin tahu kisah lengkapnya."

Chanyeol mendongak, tatapan Donghae tidak tertuju padanya, melainkan Suho. Lantas, Chanyeol melirik sekilas pada rekannya yang menunduk dalam.

"Kenapa diam?" Donghae menoleh tajam.

"A-maaf." Chanyeol menunduk. "Saya mendapat telepon dari Suho, sore tadi. Mendapat laporan bahwa ada sekelompok orang mengikutinya, dan ... agassi. Suho tidak menjelaskan detail penyerangan, dia menyuruhku mengirim bantuan ke pinggiran kota."

THE SECRET PRINCESS [Surene]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang