#9 Piece of memory

596 72 8
                                    

Alasan kenapa Suho bisa hidup bersama Donghae, masih diingat jelas olehnya. Saat Suho kecil kabur dari rumah besarnya mencari ibunya yang tertinggal di dalam tanah dan ayahnya yang dibawa pria berseragam.

Suho tak puas dengan jawaban sang nanny, sampai akhirnya memilih kabur dari rumahnya. Tengah malam, berjalan sendirian dengan raungan dan tangis pilu anak kecil yang memanggil ibu dan ayahnya.

Malam itu, Suho ditemukan anak buah Donghae. Di bawa ke rumah besar, sempat diperbudak dan disiksa. Mereka tak tahu kalau Suho mengalami trauma berat usai melihat ibunya mati mengenaskan di tangan Donghae. Sampai akhirnya tanpa sengaja bertemu dengan Tiffany yang menggendong bayi perempuan dan Donghae karena kabur dari arena latihan yang melelahkan.

Saat itulah Donghae mulai tertarik dengan Suho. Pria itu begitu mendamba anak lelaki sampai mengadopsi Suho dan ia mendapat perlakuan berbeda dengan anak lainnya yang sama-sama ditemukan di jalanan. Ia tumbuh bersama kebencian dan kasih sayang di waktu yang sama.

Bimbang. Disatu sisi Suho ingat wajah pria yang membunuh ibunya, di satu sisi ia terbuai dengan kasih sayang Donghae padanya. Kebimbangan itu bertahan, dari kecil sampai sekarang.

"Kita pergi."

Tiba-tiba saja Donghae keluar dari pintu besar sebuah aula yang dijadikan tempat konferensi beberapa pengusaha senjata. Acaranya baru berjalan kurang lebih satu jam yang lalu. Kenapa Donghae keluar begitu saja?

Suho bisa apa selain mengikuti langkah Donghae?

"Acaranya sudah selesai?"

"Belum. Mungkin tidak akan pernah selesai."

Kening Suho berkerut. Cukup penasaran dengan apa yang terjadi di dalam ruang konferensi. Belum selesai berspekulasi sendiri, suara tegas Donghae kembali terdengar.

"Ada pengacau di dalam. Tidak terang-terangan, tapi, jelas akan mengacaukan konferensi hari ini. Ada orang lama berkedok orang baru. Ck, persetan dengan itu. Acara kali ini tidak akan membuahkan hasil."

Suho masih menyimak, ia menekan tombol lift. Lantas, masuk bersama Donghae menuju loby. Ia masih mengamati wajah tuannya dari pantulan dinding lift. Terlihat menahan kesal.

"Pengalihan isu."

"Iya?"

Donghae balik menatap Suho lewat pantulan dinding lift. "Sepertinya ini hanya pengalihan isu. Dalam waktu dekat, mungkin akan ada perang antara dua kubu. Lihat saja nanti."

Hening.

Ucapan Donghae menimbulkan banyak spekulasi dalam otak Suho. Pria dua puluh lima tahun itu diam membiarkan dua sisi dalam otaknya berdebat. Firasat Donghae bukan hal yang bisa diremehkan begitu saja. Tuannya itu sudah lama berpengalaman di dunia ini. Firasat yang sering dibagi padanya, 80% terjadi.

Suho meneguk ludahnya.

Perang apa yang yang terjadi kiranya?

Di depan loby, mobil sedan hitam milik Donghae sudah terparkir rapi, lengkap dengan si supir yang siap sedia di balik kursi kemudi. Suho membukakan pintu untuk Donghae.

"Kau, tidak ikut masuk?"

Suho menggeleng. "Aku akan pergi mengurus sesuatu. Kemungkinan besok malam aku akan pulang."

Donghae hanya mengangguk, membiarkan Suho menutup pintu mobilnya. Lalu, ia memerintahkan si supir melajukan mobilnya menuju gedung utama Bae Corporation.

"Hah, selesai satu masalah."

Sepeninggal Donghae, Suho melepas segala peralatan bodyguard-nya. Memasukkannya ke dalam saku jas bersama ponsel yang ia matikan. Semua ini dilakukan agar tak satupun dari anak buah Donghae bisa melacaknya dua hari ke depan.

THE SECRET PRINCESS [Surene]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang