#1 Rapunzel

1.8K 178 15
                                    

Dua puluh tahun sudah berlalu begitu cepat. Demi menjaga putrinya dari incaran musuh, Donghae membangun sebuah mansion besar jauh dari hiruk pikuk kota. Bahkan lebih dekat dengan daerah pegunungan dan hutan. Suasananya masih asri, dan cocok dijadikan perkebunan dan peternakan. Iya, Donghae memang membangun itu semua dalam waktu singkat.

Donghae memulai semuanya dari awal, disana. Mansion mewah, megah, dan kebutuhan pun tak terlalu sulit didapatkan. Makanan pokok ditanam diperkebunan, kebutuhan hewani diambil dari peternakan. Semuanya dikerjakan oleh banyak pekerja, juga pengawal yang setia menangani mansion ini.

Sekarang, semuanya berjalan dengan baik. Putrinya aman, dan tumbuh dengan baik menjadi gadis cantik. Donghae tak perlu khawatir lagi soal putri satu-satunya itu. Oh iya, Donghae tak lagi memiliki anak setelah Bae Joohyun lantaran rahim Tiffany yang diangkat setelah pendarahan hebat waktu itu. Karena itulah, Donghae ingin menjaga putrinya sebaik mungkin.

Seorang gadis dengan balutan dress selutut berwarna putih tengah mematut dirinya didepan cermin. Merapikan anak rambutnya. "Wendy, temani aku ke taman sekarang. Bawakan juga buku sketsaku beserta alat tulisnya," titahnya.

"Baik Nona." Gadis yang dipanggil Wendy menunduk hormat, lalu bergegas mengambil barang yang tadi disebutkan oleh nona mudanya.

Bae Joohyun, kerap kali dipanggil Irene oleh ibunya. Gadis berusia dua puluh tahun itu tumbuh dengan baik. Rupanya sangat cantik dan menawan dengan kulit seputih salju yang mulus tanpa noda. Garis wajah sempurna berhias hidung mungil yang mancung, mata bulat dengan aura tegas dan menakutkan. Jangan lupakan bibir kecil nan tipis menggoda.

Dress putih bermotif bunga sakura itu bergerak mengikuti gerakan tubuhnya. High heels hitam melangkah, menimbulkan ketukan nyaring berirama. Langkahnya terhenti, tepat di samping kursi taman bunga yang dibangun khusus untuknya.

"Letakkan semuanya disitu," titahnya sembari menunjuk meja bundar ditengah empat kursi yang tersedia.

Wendy menurut, meletakan peralatan menggambar Irene di atas meja. Kemudian, Irene mendudukkan dirinya di sebuah kursi taman. Mengambil alat-alat tulisnya dan mulai menggambar sketsa wajah seseorang.

"Kau tahu Rapunzel?"

Wendy yang berdiri disampingnya, mengerjap beberapa kali. Alisnya terangkat, bola matanya setia menatap Irene yang berkutat dengan alat menggambarnya. Jujur saja, Wendy tak mengerti maksud Irene bertanya demikian.

"Sepertinya aku senasib dengannya. Bagaimana menurutmu?" Irene menoleh sekilas, lalu kembali fokus pada buku sketsanya.

Sejenak Wendy berpikir. Ingatannya kembali saat ia menonton film besutan Disney yang familiar di kalangan anak-anak. Ya, siapa yang tak tahu kisah Rapunzel, putri yang memilik rambut panjang berwarna emas itu.

"Mungkin, tapi ku rasa kau lebih beruntung dari Rapunzel. Kau tinggal dimansion seluas ini dengan kehidupan yang sangat layak. Semua permintaanmu selalu dipenuhi. Berbeda dengan Rapunzel yang terus menerus terkurung dalam menara paling tinggi," jelas Wendy tanpa ragu.

Pensil di tangan Irene berhenti. Tatapan Irene beralih pada Wendy. "Ada satu yang tak terpenuhi. Keluar dari sini," ujarnya.

Wendy terdiam. Lalu tersenyum lembut pada Irene. "Mungkin kisahmu sedikit sama seperti Rapunzel. Akan ada seorang pemuda yang membantumu keluar dari tempat ini suatu saat nanti."

THE SECRET PRINCESS [Surene]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang