Waktu itu KKM 2017, pertama kali Hanna ketemu dengan yang namanya Tirta. Enggak tahu kenapa Hanna rasa emang ada yang beda aja dari Tirta. Orangnya ramah, mudah tersenyum, dan Tirta juga aktif di organisasi kampus.
"Halo gue Tirta"
"Ah senyumnya" batin Hanna.
Setalah itu ya udah, seperti kebanyakan cewek lain. Hanna mulai stalking instagram Tirta. Hanna tahu ternyata Tirta udah punya orang spesial. Hanna patah, untuk yang pertama kalinya oleh Tirta. Oke, Hanna enggak mau urus tentang itu lagi. Fokus aja jalanin tugas kampus. Tapi yang namanya sebulan lihat muka crush lo melulu tuh rasanya gimana sih.
"Di kelompok kita, ada enggak orang yang lo suka Han ?"
Malam itu, malam dimana kelompok kami buka obrolan kecil sambil bahas program kerja kelompok.
"Hah ? Semuanya juga suka kok, suka untuk berteman, hehehh" jawab Hanna sambil cengengesan.
"Idiihh dasar, coba Tirta" pandangan Hanna melihat ke segala penjuru, tapi telinganya fokus mendengar jawaban dari yang ditanya.
"Ada yang lo suka ?"
"Suka lah, suka untuk berteman" jawaban yang sama dengan Hanna. Hanya saja diakhiri dengan tawa yang Hanna pikir itu akan menempel di otaknya.
"Enggak-enggak, maksudnya suka dalam artian lebih" yang lain menolak jawaban Tirta.
Tirta tertawa lagi "ya gimana ya, diluar juga kan gue ada hati yang harus gue jaga" jawab Tirta dengan diakhiri dengan senyum yang ringan. Hanna diam menyimak, tersenyum kecil.
"Ah rasa-rasanya gue bakal patah" hati Hanna enggak bisa bohong. Saat itu, hati Hanna patah untuk yang kedua kalinya.
Hanna berusaha untuk bersikap biasa aja. Berusaha untuk enggak memikirkan perasaannya. Tapi anggota perempuan di kelompoknya tahu tentang itu. Setiap malam mereka selalu adakan sesi curhat khusus untuk anggota perempuan.
"Udah kebaca lo tuh suka sama dia" ucap Evi, salah satu teman kelompoknya.
Hanna cuma bisa cengengesan "ya gimana, ya ya udah gitu biarin aja. Toh gue juga gak berharap apa-apa"
Selang setengah bulan jelanin masa KKM, Hanna terkejut di posko kelompoknya kehadiran teman dari kelas jurusannya, Mila. Awalnya Hanna enggak terlalu peduliin, urusan orang terserah dia mau kemana mana. Enggak ada yang larang. Tapi saat Mila meneriakan nama Tirta yang saat itu sedang mandi, Hanna jadi berpikir "emang kenal ya ? oh emang kenal kali ya"
"Eh Mila, ngapain Mil ?" sapa Hanna sambil berbasa-basi
"Eh Hanna, ini mau main nih sama si Tirta" jawab Mila sambil tersenyum.
"Tirta buruan mandinya, gue tinggal ya" seru Mila sambil menggedor pintu kamar mandi.
"Iyaaaa" jawab Tirta.
Enggak, Hanna enggak patah karena itu. Atau mungkin belum ? Hanna juga enggak tahu. Hanna cuma ikutin perasaannya aja, akan berhenti dimana dan sampai kapan akan bertahan. Tapi enggak lama dari hari itu, Tirta ajak Hanna bicara. Hanna enggak tau apa yang mau Tirta bicarain. Hanna cuma senyum, siap mendengar apa yang akan diucapin oleh Tirta, dan ternyata ......
"Han, gue kan lagi deket nih sama cewek. Nah si cewek nih lagi marah sama gue sekarang" tunggu-tunggu, sepertinya Hanna tahu ke arah mana pembicaraa ini.
"Kenapa ?" tanya Hanna.
"Gini-gini" Tirta mulai menegakkan duduknya "temennya si cewek nih cerita ke dia kalau gue tuh pernah deket sama cewek yang satu jurusan sama gue. Deket doang enggak sampai jadian Han. Sering jalan bareng sih, tapi serius itu temen dan enggak lebih. Sekarang gue udah enggak deket lagi kok sama temen gue itu" Hanna menghembuskan napasnya dengan perlahan.
"Ya lo jelasin aja baik-baik ke dia" jawab Hanna ringan.
"Udah Han, tapi dia enggak percaya. Gini aja deh, kalau misalnya lo yang jadi dia. Lo bakal marah enggak?" tanya Tirta meminta pendapat. Tirta enggak tahu, enggak tahu betapa susahnya Hanna memasang ekspresi wajah biasa aja di depannya.
"Kalau gue jadi dia sih ngapain marah, toh itu kan juga masa lalu. Yang terpenting sekarang kan intinya lo sama gue. Masa lalu sih bodo amat"
"Tuh kan gitu kan lo juga mikirnya" ucap Tirta dengan tampang yang serius "gue tuh kalau belum yakin banget sama cewek tuh enggak akan gue jadiin Han. Kalau gue belum bener-bener serius nih mau sama tuh cewek, gue enggak akan jadian"
"Iya iya, ya udah ya gue ke kamar dulu" dan lagi, Hanna kembali patah.
"HANNAAAAAA, tai kucing lu ya gue lagi ngomong juga"
Hanna kembali tersadar dari lamunannya "sorry sorry"
"Kebiasaan lo tuh kalau abis liat batang idungnya si Tirta aja pasti begini" omel Mika.
Tadi setelah selesai bimbingan skripsi, Hanna lihat Tirta jalan di koridor kampus. Hanna enggak mau lihat. Enggak mau galau-galau lagi. Tapi pikirannya malah ngajak untuk flashback.
"Ck apaan sih, udah ayo. Banyak revisi nih gue"
LINE
Bang Jeje : han han han han han han
Hanna : kenapa lu?maap ya keknya beberapa hari ini gue kagak bisa temenin lu
Hanna : banyak revisi nih bab baru dunddd
Bang Jeje : sombong mamattt
Bang jeje : lo mau duluin gua ya lulusnya???????
Hanna : aahhh ketauin deh aquu
Hanna : wkwkkwkwkwkwkwkwkwkwkwkkkwk
Bang Jeje : eeq lu
Bang Jeje : yaudah sana kerjain revisinya , kalau gue sih karna gue pinter , jadi sebulan juga bakal kelarr
Bang Jeje : wkwkwkwkwkwkwkwk
Hanna : shombhong amadhh
Bang Jeje : han
Hanna : kenapa lagi sih lu orang
Bang Jeje : kgn ☹
Bang Jeje grasak grusuk nunggu balasan dari Hanna, biasanya Hanna akan bales "njs', "eeq", atau enggak "bisa aja buaya ngalusnya, mau minta apa ?" tapi setelah setengah jam nunggu, akhirnya Hanna bales juga chat-nya
Hanna : sama ☹
Hanna : kgn
------------
Jeandar dan Hanna kembali, hehehh 😊

KAMU SEDANG MEMBACA
Teman (Katanya)
Teen FictionJeandar Abi Yohan, tipe buaya tapi santun. Menjunjung tinggi prinsip hanya serius pada satu wanita, yang lain hanya permainan. Sayang banget sama mama papa tapi selalu ribut. Sayang Hanna juga tapi sayang cuma teman. Ruby Hanna Salsabila, kalau udah...