Camen 03 - Karma is Real

1.3K 198 27
                                    

03 - Karma is Real

Gak jodoh di pelaminan, jadi tamu undangan.

🍭🍭🍭

Pada pukul empat sore, Dava dan Bimo tiba di stasiun Bandung. Keduanya mengendarai taksi menuju tempat penginapan yang terdekat dari rumah Asha.

Lalu keesokan harinya, Dava dan Bimo datang ke rumah Asha. Bimo sendiri mengenakan baju batik motif mega mendung berwarna biru. Tentu saja Dava sudah mempersiapkan hatinya untuk menerima Asha bersanding dengan laki-laki pilihannya di pelaminan. Kedatangan keduanya disambut oleh bapaknya Asha, namanya Pak Suroso.

"Saya betul-betul senang kamu datang."

Dava hanya menanggapinya dengan senyuman.

Dari tempat duduknya, mata Dava menangkap sebuah taksi berhenti. Dua orang penumpang perempuan turun dari kendaraan tersebut. Dava mencoba mengingat salah satu wajah penumpang itu. Ketika keduanya masuk, Dava berdiri.

"Nina, ya?"

Gadis berkerudung putih itu menatap Dava lekat-lekat. "Mas Dava."

"Nggak salah lagi, ternyata beneran kamu." Dava menampilkan senyum hingga lesung pipinya terlihat.

Nina jadi salah tingkah. Namun, tak berlangsung lama. Sebab Nina teringat Asha yang sekarang akan menikah dengan Dava. "Mas Dava kenapa di sini? Kenapa nggak di dalam?"

Dava mengernyit bingung. "Di dalam? Untuk apa?"

"Yo dadi manten to." (ya jadi pengantin.)

Di belakang Dava, Bimo terkikik. Dava memberi isyarat untuk diam dengan menendang kaki kursi yang diduduki Bimo. Wajar jika Nina sekarang berpikiran seperti itu. Lha wong inisial nama calon suami Asha "D".

"Bukan aku yang jadi pengantin prianya, Nin." Dava mencoba menjelaskan kenyataan pahit itu.

Nina yang terkejut mengambil undangan pernikahan Asha dari dalam tasnya dan membaca lagi nama pengantin pria. Benar, bukan nama Dava yang tertara di sana melainkan Danang. Ia pun merutuki kebodohannya yang tidak membaca dengan teliti. Kemudian Nina menatap wajah Dava. Dari matanya, masih ada kilat cinta untuk Asha di sana. Nina berasumsi jika Dava belum bisa menerima Asha akan bersanding dengan laki-laki lain. Namun, Nina senang Dava bersedia datang memenuhi undangan dari sang mantan. Seperti artis yang sedang viral itu.

"Yang sabar ya, Mas." Entah kenapa kalimat itu keluar dari mulut Nina.

"Kamu juga."

Nina tertegun.

🍭🍭🍭

Panas. Itulah yang dirasakan Nina dan Riana sekarang. Make up-nya mungkin sekarang sudah luntur akibat sinar matahari. Sudah hampir satu jam tetapi acara ijab kabul belum mulai juga. Keluarga Asha masih menunggu kedatangan keluarga calon mempelai pria.

Tak hanya Nina yang menunggu, Dava juga. Ia penasaran seperti apa wajah pria yang membuat Asha berpaling darinya. Pasti masih ganteng dirinya daripada calon suami Asha. Sejauh apa rumahnya sampai-sampai sekarang belum tiba juga. Bahkan penghulu yang akan menikahkan Asha sudah berkali-kali melirik arloji di tangannya.

Hampir dua jam menunggu, akhirnya keluarga mempelai pria datang. Pertama kali Dava melihat wajah lelaki itu langsung menilai biasa saja. Berbeda dengan Nina, gadis itu merasakan perasaan yang tidak enak setelah melihat wajah calon suami Asha. Perasaannya kuat, biasanya akan benar-benar terjadi.

Asha datang didampingi oleh dua orang perempuan. Kemudian bersanding dengan Danang di depan penghulu serta dua orang saksi. Perempuan itu tampak cantik dengan riasan adat Sunda serta kebaya putih yang melekat di tubuhnya.

Dari kejauhan Nina memandang Dava. Benar, cowok itu belum siap melihat kenyataan di hadapannya. Pandangan Dava fokus pada satu titik yaitu wajah Asha. Nina mengerti pasti berat melepaskan seseorang yang pernah menemani sangat lama. Tidak akan mudah.

Danang lantas mulai berjabat tangan dengan penghulu. Namun, belum sempat mengucapkan ijab dan kabul, seorang perempuan berpakaian minim datang menghampiri meja Danang dan Asha.

"Beraninya kamu nikah sama perempuan ini?" seru perempuan itu seraya menunjuk Asha. "Kamu lupa aku lagi hamil anak kamu?"

Sontak para undangan yang hadir mulai riuh setelah mendengar perkataan perempuan itu. Memang benar, perut perempuan itu membuncit. Bisa diperkirakan usia kehamilannya sudah trimester dua.

"Memangnya kamu yakin kalau itu anak aku?" tanya Danang dengan tenang. Akan tetapi, sebuah tamparan keras langsung mendarat ke wajahnya.

"Aku nggak pernah berhubungan sejauh itu sama laki-laki selain sama kamu! Jangan pernah lupa malam itu kamu yang bikin aku kayak gini!"

Asha kemudian berdiri. "Yang dibilang dia benar, A'?" tanya Asha pelan pada laki-laki di sampingnya. Namun, Danang mengunci rapat mulutnya. Seperti tidak berani menjawab pertanyaan calon istrinya.

"Jawab, A'!" Asha mendesak sambil memukul dada pria itu. Hingga akhirnya Danang menganggukan kepala.

Dengan dada yang sesak serta air mata yang mendesaknya untuk keluar, Asha bertanya, "Sejak kapan?"

"Lima bulan yang lalu, Neng."

Deg. Asha kembali memutar memori otaknya. Lima bulan yang lalu adalah awal dari perkenalannya dengan Danang. Itu artinya Danang sudah berhubungan terlebih dulu kepada perempuan ini.

Seketika dunia Asha berubah menjadi gelap. Para warga sekitar yang melihat itu langsung memapah tubuh Asha dan membawanya ke kamar. Pernikahan pun batal karena Pak Suroso telah mengusir Danang beserta keluarganya. Lagi pula siapa yang sudi memiliki menantu yang sudah berzina dengan perempuan lain?

"Aku bilang apa, Bos? Karma itu nyata. Pas Asha selingkuh di belakang lu, ternyata si cowoknya juga udah berhubungan sama perempuan lain. Sampai hamil pula. Lu harus bersyukur, Bos! Wong apik bakal ketemu karo wong apik. Wong elek bakal ketemu karo wong elek." (orang baik bakal ketemu sama orang baik. Orang jelek bakal ketemu sama orang jelek.)

Dava bergeming. Kalau dipikir-pikir Bimo ada benarnya. Sekarang Asha sudah menuai apa yang ditabur padanya, bahkan lebih berat dari yang Dava rasakan. Bukan berarti ia senang Asha menderita karena pernikahannya gagal. Hanya saja ini adalah sebuah pelajaran yang harus Asha petik hikmahnya.

"Dava!"

Serentak Dava dan Bimo menoleh. Pak Suroso yang memanggil Dava tadi.

"Nggih, Pak?"

"Kamu mau tidak jadi calon mempelai pria menggantikan Danang supaya Asha nggak sedih lagi? Kamu masih cinta kan sama anak saya?"

Mata Dava melebar. Tak mengira jika Pak Suroso akan berkata seperti itu. Memang sampai saat ini Dava masih mencintai Asha, tapi mengingat perlakuan Asha padanya membuat Dava jadi sangsi. Masih jadi pacar saja sudah berani berselingkuh, bagaimana nanti saat menikah? Menikah bukan hanya sekadar bosan lalu beralih ke pria lain. Tak semudah itu. Sudah ada Tuhan yang terlibat.

"Nyuwun ngapunten, Pak. Minta maaf ... saya nggak bisa. Saya bukan pria yang mudah menerima kembali seseorang yang pernah menyakiti saya. Detik ini Gusti Allah membuka mata saya. Saya yakin suatu saat nanti Asha akan bertemu dengan pria yang lebih baik dari saya maupun Danang."

Mendengar penuturan Dava, wajah Pak Suroso yang semula cerah berubah jadi masam. Lalu pergi. Dava menghela napas. Benar, kan? Gusti Allah benar-benar sedang membuka kenyataan padanya. Lagi pula ia datang ke sini menjadi tamu undangan, bukan jadi manten anyar.

🍭🍭🍭

Asha piye to kok gak cari tau dulu. Minimal pake instingnya. Nina yang asli menangis melihat ini 😭

Beruntung boroknya kelihatan sebelum akad, kalau udah mau gimana coba? Duh, jadi curhat.

Calon Menteri - [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang