“Aku gak mau kamu ikut acara itu, Hun!” bentak Jisoo.
“Kenapa, Jis?!” tanya Sehun, “Acara itu penting buat nilai aku, kamu gak mau aku lulus, huh?!”
“Bukan begitu, Hun,” ucap Jisoo.
“Jadi, apa?!” bentak Sehun.
“Aku dapat mimpi buruk, Hun. Kamu tahu, ‘kan?” sela Jisoo, “Mimpi aku selalu jadi kenyataan, Hun.”
“Itu hanya mimpi, Jis!”
“Kamu udah tahu, ‘kan? Setiap yang aku mimpikan, itu akan menjadi kenyataan,” jelas Jisoo.
“Mungkin aja kali ini kamu salah perkiraan, Jis. Kamu ingat, ‘kan? Kamu pernah salah memperkirakan mimpi kamu itu,” ucap Sehun.
“Tapi kali ini aku yakin, Hun. Aku gak mau kamu kenapa-kenapa,” tutur Jisoo.
“Aku janji bakal baik-baik aja, Jis,” jawab Sehun.
“Aku gak bisa percaya janji kamu, Hun.”
“Aku percaya kalau kamu pergi ke acara itu naik mobil, aku gak mau kamu naik bus bareng kakak-kakak yang lain,” jelas Jisoo.
“Ini acara sekolah, Jis. Sudah seharusnya aku berangkat bareng sama teman-teman aku. Kamu gak ada hak untuk melarang aku!” bentak Sehun.
Jisoo membulatkan matanya terkejut, lalu berkata, “Jadi selama ini aku apa bagimu, Hun?”
“J-Jis, bukan itu maksudnya,” sela Sehun.
“Terserahmu saja!” pekik Jisoo, lalu pergi meninggalkan Sehun.
———
Jisoo memasuki area sekolah. Ia berjalan menyusuri koridor sekolah yang ramai akan siswa/siswi yang berlalu lalang.
Jisoo memberhentikan langkahnya di sebuah kelas yang terlihat ramai. Terlihat bunga-bunga yang diletakkan di atas meja masing-masing.
Jisoo tersenyum tipis, ia meletakkan bouquet bunga yang sedari tadi ia genggam ke atas sebuah meja.
“Bogoshipda, oppa. Aku menyayangimu sampai kapan pun itu,” ucap Jisoo.
“Aku akan berusaha mencarimu walau yang kutemukan nantinya hanya tubuhmu yang sudah terbujur kaku,” tutur Jisoo.
Setetes liquid jatuh dari pelupuk Jisoo. Jisoo menunduk menatap foto yang sudah ada di atas meja sedari tadi.
—end—