Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aku ada tugas untukmu," ucap Irene.
"Apalagi itu?"
Irene memberikan sebuah foto kepada Sooya. "Bunuh orang itu," ucap Irene.
Sooya terkejut ketika melihat siapa yang ada di foto itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Eonnie! Kau gila!" bentak Sooya.
"Kau tidak bisa melakukannya?" tanya Irene.
Sooya hanya diam, menatap Irene dengan tatapan dinginnya.
"Jika kau tidak bisa melakukannya, maka aku yang akan melakukannya," timpal Irene.
Tes tes tes
Air mata Sooya perlahan mulai jatuh di atas foto itu. Sooya menatap Irene dengan tatapan sendunya.
"Eonnie," sela Sooya, "kenapa aku harus membunuh suami adikmu sendiri, dia tidak ada salah apa-apa?"
"Sooya, dia sudah terlalu Jisoo bebaskan. Dia tidak pernah menganggap adikku ada. Yang dia tau hanya club, wanita, dan mabuk.
"Aku hanya tak ingin adikku semakin terluka, Sooya. Dia itu keluargaku satu-satunya. Dia itu adikku. Seorang kakak tak akan membiarkan adiknya tersakiti sampai kapan pun. Tapi, sekarang adikku sudah tiada, itu semua dia penyebabnya."
Sooya menggeleng cepat. Ia menyentuh kaki Irene. Sooya menangis sejadi-jadinya.
"Kumohon, Eonnie, jangan lakukan itu. Adikmu pasti tak suka kalau kau melakukan ini, kumohon, Eonnie," bujuk Sooya.
"Tidak ada waktu lagi, Sooya. Aku tahu, kau sudah mengetahui kabar buruk itu. Aku tahu, kau sudah mengetahui bahwa selingkuhannya hamil anaknya. Benar, 'kan?"
Sooya menggeleng, "Tidak, Eonnie."
"Tidak ada yang perlu disangkal lagi, Sooya, dia sudah terlalu menyakiti adikku begitu dalam."