Prolog: Kanatha Rahayu

7.6K 783 100
                                    


 Happy reading!

**

Gimana bisa korban bullying mendadak jadi tukang bully? Tapi, itulah yang di alami Kanatha Rahayu atau kerap dipanggil Atha. Gadis berumur 17 tahun dengan label kutu buku, selalu menjadi santapan bullying di sekolahnya. Tampilannya sangat sederhana karena berada dalam keluarga yang ekonominya susah, mengharuskannya untuk belajar dengan giat untuk mendapatkan juara satu parallel dan mendapatkan biaya sekolah secara gratis.

Namun, hal itu selalu menjadi alasan gadis ringkih itu untuk dibully. Cemoohan sampai kekerasan verbal telah ia dapatkan. Tidak ada yang menolongnya. Karena siapapun yang akan menolong Atha akan bernasib sama dengannya. Tukang bully itu jelmaan iblis! Mereka begitu kejam dan sadis.

Pada saat Sherin dan antek-anteknya―kembali melanjutkan aksinya yang lebih kejam. Dengan tidak manusiawi mereka menabrak Atha dengan mobil jazz yang mereka kendarai. Tubuh Atha terlempar dan berakhir membentur trotoar. Sherin dan antek-anteknya langsung panik, lantas melarikan diri sebelum dikejar warga atau buruknya akan ditangkap polisi.

Mata Atha pun layu. Sebelum matanya tertutup, ia merasakan tubuhnya ringan sekali. Atha merasa dirinya seolah ia terbang. Ah, mungkin malaikat maut berbaik hati sedang menteleportasikannya ke surga.

Yah, semoga saja begitu.

**

"Kok gue hidup lagi?"

Mata biru kehijauan itu mengerjap. Lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangannya.

Sungguh, apakah ini mimpi? Sejak kapan kamarnya berubah berkesan mewah begini? Dinding yang bercat biru sedikit kehijauan, perabotan kamar yang terkesan minimalis namun sangat gothic. Terlebih lagi, ia memiliki koleksi pakaian, tas, sepatu, dan semua hal yang diimpikan anak perempuan seumurannya complete  di dalam kamarnya. Mulut Atha ternganga lebar lalu dengan sedikit sisa kewarasan, ia menampar pipinya.

Aw, itu sakit.

Lalu Atha berlari menuju kaca. Barangkali bekas lukanya ada atau—

Gila. Sejak kapan ia berubah seperti tuan putri? Kulit putih dan lembut seperti kapas, rambut coklat gelap nan ber-volume, dan iris mata biru kehijauan, bibir yang merah muda, dan tubuh yang begitu proporsional. Bukankah malaikat maut membawanya ke surga tadi? Kenapa dia yang justru berparas bak malaikat?

Tunggu. Deskripsi ini sepertinya pernah ia kenal. Atha memutar kembali memori di otaknya.

Oh, tidak.

Tidak mungkin. Tidak. Tidak. Tidak. Apakah dia menjadi—

“Nona Friska. Apakah Anda sudah bangun?”

Mati.

Atha kepingin mati, lagi.
Kenapa ia harus berubah menjadi tokoh novel teenlit yang pernah ia baca? Dan ia paling menyukainya karena pada ceritanya, perihal tukang bully yang akhirnya mati karena di racuni oleh anteknya sendiri dan itupun di bantu oleh mantan pacarnya karena dendam kesumat yang di milikinya pada Friska.

“Nona … apa Anda baik-baik saja?”

Atha cengo. Ia tidak baik-baik saja. Ia menjadi Friska. Tukang bully yang akan mati di tangan sahabat dan mantannya.

Atha sungguh menyesal. Ia  menarik perkataannya tentang novel teenlit yang ia sukai. Karena kini ia menjadi tokoh antagonis dan menuju kematian tragis, lagi.

**

Ia tersentak.  Mata biru kehijauannya mengerjap indah. Apakah ia telah tiba dari surga? Wow, cepat sekali. Tapi … tunggu. Atha memiringkan kepalanya, berpikir. Bukankah ia tadi bangun lalu ketika bercermin ia menjadi seorang tokoh antagonis yang akan mati.

Ups, I Became A Mean Girl [ SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang