"Friska!"
Anggi masuk ke dalam kelas Friska lantas memeluk gadis itu erat. Terlalu erat hingga gadis bermata biru kehijauan itu kehabisan napas. Karena itu, Friska mengurai pelukannya kasar. Wajah gadis bermata biru kehijauan itu tampak shock lalu berangsur rileks.
"Ah, maaf Anggi. Gue mudah sesak napas sehabis kecelakaan itu," ucap Friska, wajahnya gusar. Sedikit gemetar dengan iblis sebenarnya dari kisah novel ini.
Wajar saja, karena Friska harus berhadapan dengan seorang penjahat yang akan membunuh dirinya-penjahat yang berniat tobat.
Bibir Anggi mengeluarkan senyumnya. "Lo jangan bohong!" tunjuk Anggi, "masa meluk doang bikin asma?" Anggi mencibir.
Aih, cewek ular. Pelakor. Perusak hubungan orang. Gak usah sok akrab!
"Kondisi gue masih kurang fit, Gi." wajah Friska melemas.
"Oke ..." Anggi mengibaskan rambut bercat coklatnya, menutupi seluruh warna hitam-yang mana warna rambut asli pemiliknya. "By the way, main bareng Lollita, yuk!"
Ck, Friska sangat tahu sekali maksud dari kata bermain yang dipakai Anggi. Tidak. Friska tidak ingin merasakan menyiksa orang lain. Apalagi menyiksa Lollita dan Anggi-sangatlah kejam dalam melakukan aksinya pada cewek lemah seperti female lead kisah ini.
"Maaf, Gi. Gue gak bisa. Gue kudu check up untuk periksa kesehatan gue kebih lanjut," alibi lainnya lagi dari Friska.
Anggi memutar bola mata malas. "Banyak banget alasan lo! Kalau lo gak bisa, yaudah. Gue aja yang main bareng Lollita!"
Berdosa banget, nih cewek!
"Anggi ... tunggu sampai gue sembuh aja, ya." Friska membujuk, gadis itu meraih kedua bahu Anggi, dan menatapnya lembut.
"Gue gak mau!" sentak Anggi. "Toh, lo bakalan gak sembuh," smirk Anggi, impulsif bulu roma Friska meremang. Apa maksud dari senyum Anggi? Mengerikan sekali.
Tepukan dua kali di bahu Friska membuyarkan lamunannya. "Jaga aja kesehatan lo, ya, sampai gak ngerasain apa-apa lagi," kata Anggi diiringi senyuman manisnya.
Anggi segera melenggang pergi. Membiarkan Friska terdiam dengan segala teka-teki yang ia hadapi.
**
Hiks, kenapa Atha melupakan satu hal? Di dalam novel mengatakan bahwa Friska tidak pernah diantar-jemput oleh sopir. Gadis yang hobi-nya mem-bully orang itu selalu pulang dengan Alvin atau tidak dengan Anggi-perempuan itu baik soal antar-jemput. Entah itu ada maksud tertentu atau tidak.
Kaki jenjang gadis itu bergerak gelisah. Kepala Friska mendongak. Langit gelap, awan berarak, bergumul, hingga menjadi bongkahan kapas kelabu. Ah, langit tampak ingin menangis. Friska pun ingin ikut menangis jika air langit itu jatuh ke bumi. Puas sudah hidup sialnya ini.
"Minggir lo!" Friska tesentak. Impulsif, gadis itu menggeser tubuhnya dengan gemetar. Dia diserang ketakutan.
"Cih," ludah seseorang itu pada Friska.
Kontan, kepala gadis itu terangkat sempurna. Mata biru kehijaunnya bergetar, dadanya sakit, disusul dengan nafasnya yang sesak. Dia teringat masa lalunya. Saat menjadi seorang Atha. Astaga, kenapa tubuhnya mudah sekali diserang panik akhir-akhir ini?
Langkah seseorang yang meludahinya barusan terhenti, ketika mendengar suara ringikkan gadis itu. Ia menoleh.
Mata setajam elang, kenapa harus secepat ini, sih? Dia tokoh yang perlu gue jauhin ..., batin Friska.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ups, I Became A Mean Girl [ SELESAI]
Teen Fiction#WYM2020 Bagaimana bisa korban bullying mendadak jadi tukang bully? Tapi itulah yang di alami Kanatha Rahayu atau kerap di panggil Atha itu. Gadis berumur 17 tahun dengan label kutu buku yang tak pernah lepas, selalu menjadi santapan bullying di sek...