Bab 1: Emosional

6K 680 81
                                    

Lagi ikut lomba #writingyourmomentous

Give me a star~
Awokawok. (´⊙ω⊙')

Enjoy!

**

"Shit. Ngasal banget mulut lo, Mantan."

Mendengar itu, Friska bingung mau merespon seperti apa. Pertama, karena dia tidak pernah merasakan jatuh cinta apalagi patah hati, akan tetapi mulut Alvin yang notabenenya kembaran dengan rasa pop mie gledek membuat Friska—tepatnya hati Atha sedikit sakit. Sikap dan fisik cowok itu terlalu kontradiktif. Wajahnya manis, namun  tingkahnya sangat bengis.

"Kenapa natap gue kayak gitu?"

"Kenapa?" Friska balik bertanya. Melawan Alvin bukanlah perkara yang mudah, namun dia harus meneguhkan hatinya agar tidak baper dengan semua ucapan Alvin, "apa salah kalau memandang lawan bicara?"

"Kenapa lo selalu membalas pertanyaan dengan pertanyaan lagi?"

Atha terperangah, senyum kecilnya terpatri tanpa disadarinya. Wajah kesal Alvin sangat lucu.

"Bukannya sekarang lo juga sama kayak gue? Menjawab pertanyaan dengan pertanyaan. Jadi, kita impas," sahut Friska sambil tersenyum.

"Tiap bicara sama lo selalu bikin gue emosi."

"Sensian, sih." Friska menahan tawa dengan mengigit pipi bagian dalamnya, "calon-calon orang hipertensi usia dini," ledeknya sambil tersenyum miring.

Hampir saja Alvin melempar kotak tisu yang terbuat dari kayu jati untuk menggebuk Friska. Tapi dia tahu, melawan dengan cara itu tak ada gunanya. Sebab, tipe cewek seperti Friska.  Siapapun yang melukainya sekali, maka ia akan membalas sepuluh kali.

Keren sekali, bukan?

Nah, karena itu Alvin mengurungkan niatnya, meletakkan kotak tisu ke tempat awalnya, lantas beranjak dari kamar gadis bermata biru kehijauan itu dengan amarah sampai ke ubun-ubun.

"Yah, sudah ngambek rupanya. Hei mantan gagal move on! Jangan menabrakkan diri lo lagi saat berkendara menuju rumah!" seru Friska sambil tertawa.

Yah, walau kejadian dalam novel selanjutnya, Alvin dibawa ke rumah sakit setelah hampir digilas kereta api dan berakhir kecelakaan tunggal dengan membentur tiang listrik.

**

Asap coklat panas yang dibuat Bi Inah mengepul, hawa hangat, dan harumnya coklat sedikit menenangkan pikiran Friska yang berkecamuk.

Terlepas dari semua hal yang telah terjadi, dalam wujud Friska, Atha tidak menikmati kehidupannya dengan segala kemewahan yang ada. Justru Atha merasa kesepian dan ketakutan.

Atha juga merasa tidak enak dengan tatapan para asisten rumah tangga dan pekerja lainnya yang bekerja di rumahnya. Mereka selalu memandang Friska seolah-olah Friska adalah hantu. Setiap Friska lewat, mereka akan menunduk kaku, kaki gemetar, dan wajah memucat.

Sungguh, Atha ingin sekali berteriak kepada mereka bahwasannya dia bukan Friska melainkan Atha yang berentitas dalam tubuh Friska.

Tapi, apakah ada yang percaya? Atau justru akan menertawakan Atha? Atau lebih parahnya lagi, orang-orang akan mengatakannya gila.

Friska menyesap coklat panasnya. Memegang penuh mug bewarna putih tulang itu untuk menghangatkan dirinya.

Duduk di dekat balkon menjadi favoritnya untuk saat ini. Apalagi sewaktu senja, maka sinar jingga menerpa penuh ke kamarnya. Friska menyukai itu.

Saat Friska ingin meminum coklat panasnya kembali, kepalanya digaplok seseorang. Hampir saja mug di tangannya lepas. Dengan sabar, Friska menoleh siapa yang tega melakukan itu kepadanya.

Ups, I Became A Mean Girl [ SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang