Bab 24: Salah Tingkah

1.5K 204 4
                                    

Happy reading! Gak tau ini part baper apa enggak. Aku gak berpengalaman! Ah, derita jomblo, ya gini. 😭

Btw, dengerin mulmednya, hwhw.

**

"Rileks, Vin." Atha terkekeh. Cowok itu duduk begitu kaku di sampingnya. "By the way, mau jalan-jalan? "

"E-eh?" Alvin linglung kemudian menimpali, "lo baru aja sadar, Tha."

"Ah ... i-iya, ya. Gue berasa bangun tidur biasa aja," sahutnya sabil menggaruk kepala yang tidak gatal sebenarnya.

"Tapi kalau lo bosan, kita keluar diam-diam aja." Senyum jahil Alvin terpatri. Tampak lucu di mata Atha.

Ah, aneh. Kenapa hatinya berdebar? Oh ... entah kenapa dia jadi teringat Ghazi. Sayangnya, dia sudah kembali di dunia nyata. Jadi, bagaimana dengan akhir novel Spring Breeze? Apakah akan tetap sama? Wyn dan Lollita bersama serta Alvin dan Anggi ... ah, di hadapannya ada Alvin juga, lebih tampan dan nyata.

Atha menyambut tawaran Alvin dengan wajah berpikir. "Emang gak papa? Kalau ketahuan perawat 'kan bisa kacau, Vin."

"Tenang ... gue ada rencana. Tapi, pertama-tama, ada kursi roda?"

Atha menunjuk pojok ruangan, benda yang ditanyakan Alvin tergeletak di sana.

"Sip. Kalo gitu gue telpon bala bantuan dulu," sahutnya yang dibalas tawa kecil Atha.

Tak berselang lama setelah Alvin menelpon seseorang, pintu ruang rawat Atha terbuka. Wajah dua cowok yang tak asing muncul disana. Ah, Atha kenal mereka, Reza dan Wildan. Teman Alvin. Orang terkenal se-antero sekolah memang mudah diketahuin. Walaupun ia seorang yang jarang bersosialiasi.

"Reza lo gantiin Atha tidur disini. Wildan kerjaan lo pura-pura jaga Reza."

"Ha?" Cengo. Itulah yang terlukis pada kedua wajah cowok itu.

"Kalian urus disini, ya. Gue mau jalan-jalan dulu bareng Atha," lanjutnya lagi kemudian menggendong Atha dan meletakkan gadis itu ke kursi roda.

Gerakan tiba-tiba dari Alvin, sontak membuat wajah Atha memerah. Rambutnya yang kini semakin panjang tetap tak mampu menutupi betapa salah tingkah gadis itu. Ya gimana gak salah tingkah? Wangi musk bercampur menthol dari tubuh Alvin menyengat hidungnya, menunjukkan seberapa dekatnya dengan most wanted sekolah satu ini. Eh, tunggu ... sejak kapan dia dekat dengan Alvin? Pernah kenalan juga tidak, tapi ... Atha ingat Alvin pernah menolongnya. Seragam cowok itu, ya! Dia Alvin yang ini 'kan? Hanya satu Alvin di dunia nyata yang Atha kenali. Atha gak nge-halu 'kan kalau seragam yang bernama Alvin itu, Alvin yang ini?

"Oke, kalau lo merasa sakit atau lemas, bilang ke gue, ya. Fyi, ini jalan-jalan darurat. Oke?"

Atha mengangguk saja. Ia tiba-tiba terserang lemot.

Atensi Alvin beralih kepada Reza dan Wildan. "Lo berdua jangan sampai ketahuan. Awas ketahuan, gak gue traktir jajan sampai sebulan!"

"Alvin tega!" Bibir Reza manyun beberapa senti. "Mentang-mentang Atha udah sadar bu-"

Buru-buru Alvin membekap mulut Reza. Bisa-bisa mampus jika kedoknya untuk pedekate pada Atha gagal.

"Gue beliin lo fruit cheesecake di SunDay sepuasnya," bisik Alvin. Lagi-lagi fulusnya terbakar pada curut satu ini.

"Sepuasnya?" ulang Reza selepas Alvin melepas bekapan mulutnya.

"Sepuasnya." Praktis, Reza melompat kegirangan seperti anak kecil yang dibelikan mainan.

"Gue, Vin?" Giliran Wildan yang menagih. Cowok itu cemberut, sok imut mmebuat Alvin spontan menggeram kesal. Mengacak rambut, Alvin kembali menyahut, "Terserah lo mau apa!" serunya. Setelah itu mendekati Atha yang melongo tak percaya dengan tingkah ajaib tiga serangkai itu.

Ups, I Became A Mean Girl [ SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang