Epilog: Reza Aditya

2K 190 17
                                    

Dengerin mulmednya, ya! Kalau bisa dengerin lagu yang sad :')

**

Reza melihatnya.

Gadis manis dengan rambut tergerai sepunggung. Begitu kikuk dan malu-malu. Tampilannya memang sedikit culun dibanding para siswi lainnya yang pandai merias diri. Sementara gadis itu, Reza yakin dia tak memberikan sebutir bedak tabur atau skincare pada kulitnya dan keren-nya, wajah gadis itu putih mulus, tanpak selembut sutra. Reza jadi ingin menyentuh pipi gadis berambut sepunggung yang memakai ransel biru itu.

Impulsif, Reza menggeleng. Kenapa dia bisa berpikir seperti itu? Seperti sebelum-sebelumnya, ia seharusnya membenci perempuan. Tapi kenapa ketika melihat gadis itu, label Reza si pembenci perempuan kian meluntur.

Rangkulan dari seseorang membuat Reza menoleh, ia terkekeh memandang rambut cepak ala tentara milik Wildan. Begitupula saat melihat Alvin yang salah kostum. Yang mana seharusnya berpakaian seragam olah raga, Alvin justru memakai seragam putih abu-abu. Tak pelak, sohib Reza satu itu menjadi perhatian ditambah wajah gantengnya yang tak bosan-bosan bila dipandang berkali-kali atau lama sekalipun.

Hari pertama menginjakkan kaki di sekolah sebagai anak SMA dan menjalani serentetan acara yang membosankan harus dilalui Reza dan angkatannya. Kini mereka dijemur di bawah terik matahari yang kian meninggi dan terasa panas karena posisi matahari tepat di atas kepala. Menyirami Reza dan angkatannya dengan panas hingga mengeluarkan keringat banyak.

Reza melenguh. Ia tak suka badannya terasa berkeringat dan rambut lepek.

Tiga puluh menit berlalu, setelah mendengar ceramah para kakak kelas dari OSIM dan MPK, Reza dan angkatannya diberi waktu ishoma.

Tiga serangkai itu memilih berteduh dibawah pohon mangga di belakang gedung sekolah.

Wildan mengipas-ngipasi tubuhnya dengan topi. Rambut cepaknya tampak berkilat oleh keringat.

"Hh, panas banget gila! Andai rambut gue gak dicepakkin Bapak gak bakalan sepanas ini gue rasa." Wildan berceletuk.

Alvin yang tak berkeringat sama sekali hanya tersenyum kecil. Ia menepuk bahu Wildan.

"Namanya aja dunia, Dan. Gak jauh-jauh dari cobaan hidup," sahutnya bikin tawa Reza meledak.

"Lo gak pusing kan pas berdiri setengah jam pertama?" tanya Reza pada Alvin yang dibalas gelengan cowok itu.

"Kagak. Pas satu jam pertama, gue baru nyerah. Kepala gue mendadak pusing." Giliran Wildan yang menepuk bahu Alvin lalu menimpal, "Jangan terlalu memaksakan diri lo, Vin. Lo kuat tanpa lo sadari."

Bunyi 'krrrukk' menyela perbincangan ketiga cowok remaja itu. Dua dari mereka menatap penuh menyelidik dengan senyum misterius pada satu orang yaitu Reza.

Wildan dan Alvin sama-sama menunjuk cowok itu. "Pergi ke kantin!" seru mereka berdua.

Reza berdecak pasrah. Bukan. Bukan mereka yang akan pergi ke kantin bersama, melainkan Reza sendiri pergi ke kantin dan membelikan mereka makanan. Helaan napas lolos dari mulut Reza.

Sudah menjadi kebiasaan diantara mereka, bagi siapa yang perutnya berbunyi sewaktu istirahat, maka dialah yang akan ke kantin dan mentraktir makanan yang lain.

Gontai, Reza melangkah menuju kantin. Beberapa pasang mata mencuri pandang ke arahnya yang langsung dibalas tatapan setajam elang olehnya.

Ups, I Became A Mean Girl [ SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang