Bab 15: Time To Revenge!

2.1K 275 18
                                    

Kalau ada typo, comment aja, yak.

Enjoy!

**

Kotak lagi.

Sementara Friska masih terbaring di brankar rumah sakit, hanya memandang datar kotak bewarna hitam. Dia tidak tau apa yang ada di pikiran Anggi saat ini. Namun, satu hal yang pasti, Friska tak akan mengulang kebodohannya yang dulu lagi. Sudah cukup penderitaan yang ia lewati. Kini waktunya Friska untuk bangkit dan berdiri.

Friska masih diam. Beda dengan Fara yang penuh ingin tau, melangkah menuju depan pintu. Ia memegang kotak itu. Di atasnya, terdapat sebuah notes bertuliskan 'Untuk Friska'. Jadi, dia harus mengambil dan memberi kepada Friska, bukan?

"Sampai kapan lo akan nge-lihat kotak itu? Gak mau lo buka?" mata Fara mengerjap lucu. Dia ... blank.

"Bo-boleh emang?" tanya Fara yang dibalas tatapan sulit Friska. Kemudian gadis itu mengedikkan bahunya.

"Terserah lo," sahut Friska. Tangannya memainkan rambutnya yang bergelombang bewarna coklat. "Tapi, ada syaratnya."

Mata biru kehijauan Fara membeliak. "Pake syarat segala?" sahutnya keras.

Praktis, Friska menempelkan telunjuk ke bibirnya. "Suara lo bisa pelan gak, sih? Ini rumah sakit. Dan itu syaratnya. Suara. Lo. Harus. Pelan," ketus Friska.

Mendengar syarat yang se-easy itu membuatnya cengengesan. "Heh, pelanin suara doang, 'kan? Gampil itu mah," sahut Fara remeh.

Friska membalas dengan mencibir. Tangannya terlipat di depan dada. Menunggu petaka yang akan ditimpa Fara. Saat Kakaknya mulai membuka kotak itu dan -

"KYAAAA DARAH!"

Hell, udah gue bilangin juga. Friska menggerutu dalam hati.

**

Jangan tanya perihal Fara. Gadis itu memucat seperti mayat hidup dengan hanya melihat darah dan sebuah potongan jari telunjuk manusia dalam kotak. Yah, bisa dibilang ini hadiah yang lumayan ekstrem dari Anggi. Entah hadiah apalagi yang akan diberikannya kepada Friska.

Otak cerdas gadis itu pun tidak sia-sia. Friska masih mengingat bahwa di dalam novel, Anggi meletakkan sebuah kertas kecil dan terdapat satu kata tiap kotak yang diletakkan di tempat yang tidak pernah terpikirkan sama sekali. Seharusnya hadiah ini (potongan jari telunjuk) 3 hari sebelum Friska akan diracuni oleh Anggi. Sayangnya, ia masih sebulan terjebak di dunia fiksi ini. Belum genap 2 bulan. Ah, ini karena dia mengubah beberapa plot cerita. Gadis itu mengusap wajahnya kasar.

Ia memegang kertas kecil itu. Hanya satu kata. Namun, bila kata-kata itu disusun mulai dari hadiah pertama hingga akhir, maka akan terbentuk sebuah kalimat berupa pesan dari Anggi. Sayangnya, pada novel aslinya, Friska yang dulu tidak mengetahui itu. Friska spontan mengangguk ketika mengingat mimpinya dengan Friska asli yang ia temui dulu.

Ia benar. Friska yang dulu terlalu bodoh. Karena itu, dengan otak cemerlang riwayat seorang Atha, Friska akan memulai balas dendamnya.

Apa yang harus ia lakukan? Menaklukkan hati Alvin? Tampaknya sudah, tapi dia tak boleh lengah bukan? Ia harus memastikan Alvin dipihaknya bukan Anggi.

Berteman baik dengan Anggi? Tampaknya tidak mungkin. Gadis itu tampaknya sedang marah atau terbakar api cemburu karena Alvin yang semakin dekat dengannya. Bagaimana Friska tau? Dia dimata-matai. Banyak kaki tangan seorang Anggi disekitarnya. Oleh karena itu, ia harus lebih berhati-hati dan menjaga jarak aman dengan orang di sekitarnya.

Ups, I Became A Mean Girl [ SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang