Jika Aras mau dan tega, ia bisa saja meninggalkan Fira saat jam pulang sekolah berbunyi. Atau, ia dengan teganya menyuruh Fira pulang sendirian. Namun, alih-alih melakukan itu semua, dirinya malah menunggu gadis itu di parkiran.
Ia memasukkan kedua tangan di saku celana. Beruntungnya tadi pagi ia memarkirkan motor di bawah pohon kersen yang lebat, jadi tidak terkena paparan sinar matahari langsung.
Ketiga temannya, Rafif, Gading dan Danu sudah pulang lebih dulu. Meninggalkannya di parkiran sekolah yang masih ramai akan lalu lalang murid-murid. Aras melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.
"Gue bego apa gimana? Kenapa mau aja nunggu si Sapi kayak gini?" monolognya.
Di kantin sewaktu jam istirahat tadi, ia tidak sengaja bertemu Fira. Gadis itu mengancam padanya jika ia tidak mau menunggu di parkiran untuk pulang bersama. Mengancam dengan alasan membawa-bawa sang mama. Hilih, padahal Fira belum kenal dengan mamanya sama sekali.
Dan dengan bodohnya, sekarang ia malah menunggu gadis itu di parkiran. Catat, menunggu!
Tidak lama kemudian, Fira datang. Gadis itu mencari-cari keberadaan Aras yang memang berada paling ujung di parkiran. Ia sedang menyedot susu cokelat kemasan kotak. Gadis itu menyipit ketika matahari begitu silau saat mengenai matanya. Berharap jika Aras mudah ditemukan.
Aras menegakan tubuh ketika menemukan sosok Fira. Gadis itu mudah ditemukan karena sedang menyedot sesuatu dalam kemasan kotak yang ia tebak adalah susu. Aras mengangkat sebelah tangannya dan melambai. Memberi kode pada Fira jika ia berada di sini.
Fira bergegas mendekati Aras. Masih asyik menyedot susu kotaknya. Begitu sudah berada di dekat Aras, ia menyandarkan tubuh ke motor lelaki itu. Menjauhkan sedotan dari bibirnya.
"Tadi beli susu ini dulu, jadinya lama, maaf," ucapnya memberi tahu alasan kenapa ia lama menuju ke parkiran.
"Gak nanya."
Fira langsung menekuk wajahnya setelah mendengar balasan Aras.
Aras mengambil helm Fira. Kemudian ia memakaikannya di kepala gadis itu. Ia melirik ke wajah Fira sebentar. Mendapati wajah gadis itu yang menekuk, cemberut.
"Habisin susunya, baru pulang."
Aras menjauhkan tangannya setelah memakaikan helm di kepala Fira. Ia berdiri di samping Fira dan memperhatikan gadis itu yang tidak peduli pada ucapannya.
"Kalau minum itu duduk, jangan berdiri kayak gini," tegur Aras.
Lagi, Fira tidak peduli.
"Safira." Aras memanggil gadis itu.
Fira mencebikkan bibirnya ke bawah. Menoleh dengan cepat pada Aras dan menjauhkan susu yang sudah habis ia minum itu. Ia kemudian berdiri menghadap Aras karena posisinya tadi menyamping.
Fira menatap Aras dengan tatapan yang sulit di artikan. Aras bahkan kebingungan karena gadis itu menjadi sok serius.
"Apa?" tanya Aras dengan malas.
"Kamu caper banget, sih? Segala ngajak aku ngobrol. Sok-sokan ingetin aku ini-itu. Emangnya aku bakal peduli? Nggak, ya! Aku lagi ngambek sama kamu!"
Aras membulatkan kedua matanya. Gadis gila! Untuk apa dirinya cari perhatian? Terlebih lagi pada Fira? Ngawur!
...
"Aras!"
"Ras!"
"Arassssss!!!"
"Hah?"
Fira memutar bola matanya dengan malas. "Budek!" dumelnya sambil memukul bahu Aras.
"Lagi nyetir, gak denger, Fira." Ini Aras berusaha untuk tetap sabar menghadapi Fira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You, Aras! (SUDAH TERBIT)
Fiksi RemajaKata sebagian orang, sebuah usia adalah patokan yang menjadi penghalang untuk siapapun dalam menjalani suatu hubungan. Tapi, tidak untuk Aras dan Fira. Fira usianya dua tahun di atas Aras. Namun, ia menyukai lelaki itu. Naasnya, Aras cukup pendiam d...