Fira membuka pintu kamar Aras dengan pelan. Gadis itu menyembulkan kepalanya sedikit untuk mengetahui kalau Aras benar-benar tidur. Jangan sampai ia sudah masuk ke kamar itu, Aras sedang berganti baju atau apalah semacamnya. Bisa-bisa ia langsung diusir dari rumah Aras.
Setelah memastikan jika Aras memang benar-benar tidur, ia membuka pintu kamarnya dengan lebar, lalu berjalan masuk. Tatapannya tidak terlepas dari wajah Aras yang damai ketika tidur. Hah ... Fira jadi ingin mengelusnya.
Ish! Pikiran apa itu?!
Mengalihkan tatapannya, Fira mengamati seisi kamar Aras. Dinding yang bercat abu-abu dan biru navy itu menyatu dengan barang-barang yang ada di dalam kamar. Ada lemari pakaian, meja belajar, frame-frame foto yang menggantung di dinding itu tersusun rapi. Fira sedikit takjub melihatnya.
Fira duduk di kursi belajar Aras. Ia menatap wajah Aras kembali yang sangat tentram untuk dipandang. Lalu, ia terkekeh kecil. "Astaga, ganteng banget!" ucapnya dengan gemas.
Fira menaruh tumpuan kedua lengannya atas di sandaran kursi. Ia menaruh pipinya di sana. Masih menatap Aras dengan diam. Menikmati wajah Aras yang jarang sekali ia lihat ketentramannya.
Biasanya, wajah itu akan menunjukkan raut kesal saja padanya. Jarang sekali Aras tersenyum untuknya. Bahkan, rasanya jika diingat Aras tidak pernah melakukan hal itu. Emmm ... mungkin pernah, namun bisa dihitung jari. Dan itupun hanya senyum tipis atau senyum mengejek! Sial sekali, bukan?!
Tujuan Fira datang ke rumah Aras adalah untuk malam Mingguan bersama. Ya, istilahnya ngedate. Sudah lama juga ia tidak melakukan itu. Tapi, apa bisa dikategorikan seperti itu? Mustahil!
Tapi, di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin, kan? Jadi, mari coba dulu.
Saat Fira sudah rapi seperti sekarang, ia tidak tahu jika Aras sedang tidur. Kata Mama Aras, lelaki itu habis main futsal bersama teman-temannya sejak pulang sekolah tadi.
Memang, Fira pulang bersama Aras tadi siang, namun ia tidak tahu jika setelah pulang, Aras malah bermain futsal.
"Jago basket, tapi main futsal?"
Ini menjelang pukul enam sore, dan Fira tidak ada niat untuk membangunkan Aras. Tidak tega juga, meski sebenarnya ia sangat ingin menarik tubuh lelaki itu untuk segara bangun dan jalan-jalan bersamanya.
Selain tanda ceklis dua biru yang datang dengan cepat, ada hal lain yang mampu membuat kaum perempuan senang. Salah satunya; menikmati malam Minggu bersama orang yang disukainya. Ya, meski orang itu tidak menyukai balik, setidaknya malam Minggunya tidak kelabu.
"Kalau kak Dion gak bisa membahagiakan aku sampai nanti, apa kamu bisa, Ras?"
"Kamu ... suka aku aja belum, tapi aku udah mikir jauh."
"Tapi, gak salah, kan, kalau aku berharap? Dikit doang, sih, gak banyak-banyak."
Dan terus bergumam kecil sampai Fira tidak sadar jika Mama Aras ada di depan pintu dan mendengar semua ucapannya.
...
"Jara, ikut! Gendong!"
Fira tertawa. "Let's go!" Ia menggendong Zara. "Kamu makan batu bata, ya?"
Zara menggeleng. "Enggak! Makan nasi!" jawabnya dengan lucu.
"Habisnya berat kayak batu bata. Hahaha ...."
Zara ikut tertawa dan melingkarkan tangannya ke leher Fira. Ia menoleh pada abangnya yang sedari tadi hanya diam. "Ayo! Mau beli eys krim, jajan!" ajaknya pada Aras yang langsung diangguki olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You, Aras! (SUDAH TERBIT)
Teen FictionKata sebagian orang, sebuah usia adalah patokan yang menjadi penghalang untuk siapapun dalam menjalani suatu hubungan. Tapi, tidak untuk Aras dan Fira. Fira usianya dua tahun di atas Aras. Namun, ia menyukai lelaki itu. Naasnya, Aras cukup pendiam d...