Selamat membaca ♥️
Tingggg
Bunyi nyaring yang dikeluarkan sebuah lonceng bergetar tanda ada pelanggan datang. Gadis bertubuh ramping dengan rambut hitam panjang sampai dibawah pinggang yang membunyikan lonceng itu. Berjalan melewati meja meja yang seharusnya di tempati pembeli."Selamat siang semua". Sapa gadis itu saat telah memasuki dapur cafe.
"Siang manis, sana ganti baju lanjut bantu Abang". Sahut lelaki yang bernama galih.
Lelaki dengan postur tubuh tinggi dengan kulit putih."Siap Abang gatih". Jawabnya diakhiri kekehan.
"Asekkk... Kepanjangannya apa neng?". Tanya nino yang juga berkerja di cafe dan sekarang berada di bapur.
"Abang ganteng yang putih.. hahahhaha". Gelak tawa terdengar begitu nyaring dari gadis itu.
" Bisa saja neng". Sahut lelaki itu.
"Siapa suruh putihnya ngalahin Eneng. Upss... Udah ah.. mau siap siap". Jawab gadis itu dengan langkah kaki meninggalkan dapur.
"Iss.... Eneng manis.. semangat kerjanya". Teriak galih.
"Iya Abang gatih".. sahut gadis tak mau kalah dengan teriakan itu.
" Lo tuh udah kayak orang pacaran aja".
"Siapa?". Tanya galih.
"Elo sama Kinan".sahut Nino enteng.
Ya gadis bertubuh ramping dengan rambut sebahu bernama Kinan."Yang nanya siapa?". Tanya galih.
El....o... Eh anjir sialan Lo lih".kesal Nino.Galih yang mengetahui itu hanya terkekeh.
"Sini bang Kinan bantu".
"Eh nggak usah nan, Lo yang jaga depan aja soalnya Risa tadi sift pagi".
"Oh ya udah kalok gitu, Kinan kedepan aja. Ayo Abang Nino sama Kinan aja di depan".
" Eh siap laksanakan manis.. ayo ayo kedepan. Tata Abang gatih..yang semangat ya masaknya" ejek Nino pada galih.
Pasalnya Nino tau jika galih memiliki perasaan lebih dari sahabat kepada Kinan.
"Sialan Lo". Kesal galih dengan mengangkat pisau yang dipegangnya. Ingin sekali menyukur alis Nino yang selalu naik turun tanda mengejek galih.
Nino yang tau galih sedang kesal padanya pun langsung menyusul Kinan yang sudah duluan.
"Lo yang disini apa gue yang ke meja meja nan?". Tanya Nino yang baru saja tiba.
"Kinan di sini aja bang". Jawab Kinan dengan tangan yang sibuk menyiapkan alat dan bahan yang ingin di gunakan.
"Tapi kalok di sini capek nan mending ke meja meja". Ucap nino.
"Kalok nggak mau capek nggak usah kerja bang, udah sana ada pelanggan tuh". Sahut Kinan tanpa melihat lawan bicaranya.
"Ck, iya iya.. ya udah gue ke pelanggan dulu".
Tingggg
Bunyi lonceng tanda pintu kembali terbuka. Seorang laki laki dengan postur tubuh tinggi, kulit putih dengan Indra penciuman yang mancung dan alis yang tebal memasuki cafe.
Lelaki itu selalu memilih tempat Duduk di pojok cafe dekat jalanan apalagi cafe aurora bertembok kaca memudahkan lelaki itu memerhatikan kesibukan kota di sore hari. Di tempat lelaki itu selain memudahkan melihat jalanan juga tempat strategis untuk memandangi aktifitas yang dilakukan di cafe itu.
"Selamat sore mas,mau pesan apa?". Sapa Nino ramah.
Lelaki itu hanya menganggukkan kepala tanda membalas sapaan dari Nino.