XVII

9 3 1
                                    

Saat sampai rumah, tubuh Felisya gemetaran. Disana ada papanya sedang menyilangkan tangan di dada, wajahnya terlihat sedang kesal. Felisya mundur beberapa langkah, menyembunyikan diri dibalik pohon besar.

Rey bersandar pada tiang rumah masih menyimpan tangannya di dada. Matanya awas menatap sekitar, seperti mencari sesuatu. Felisya menatap papa-nya dengan takut-takut dikejauhan, berada dibalik pohon makin membuatnya ketakutan karena langit sudah mulai gelap, suara Adzan Maghrib pun sudah terdengar. Akhirnya, dia mengeluarkan ponselnya dari tas yang ia bawa.

Galak Semua
|153 Unread Messages|
|6 person|

Daniwdn:
Fel dimana

Park Dini:
Hey woi balas

ZidnyAr:
Dia tadi sama gua. Kenapa gitu?

Talisya:
Bapaknya nelponin gua 25 kali woy!

Mahesayang:
Serius lu tal? Kok bisa punya nomor lu?

Talisya:
Yaiyalah

Mahesayang:
Modusin bapak Felisya ya lu?

Felisya mematikan handphone nya. Ia kembali memperhatikan Rey yang masih berdiam diri di tempat asalnya tadi. Buku-buku tebal yang tadi ia sudah simpan dalam tas kembali ia ambil untuk dibawa dipangkuannya.

Langkah kaki Felisya memelan ketika hampir sampai untuk mencapai pagar rumah. Masih takut dimarahi papanya.
Rey melirik, menangkap Felisya dalam tatapannya. Felisya membalas senyum tipis seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Papa tumben," ucapnya

"Kalau kamu gak mau les bilang." Rey menghampiri nya perlahan sembari memancarkan senyuman yang sangat jarang terlihat ketika Felisya tumbuh remaja.

"Kalau aku protes entar papa ngambek." Nadanya terbilang cukup hati-hati, takut salah ucap. Rey menyuruh Felisya untuk masuk rumah, membukakan pintu untuknya.

"Besok kita cari tempat les yang baru." Felisya melongo tak percaya. Fikirnya, papa akan berhenti menyuruh dirinya untuk Les tetapi malah ingin mengajak-
Nya ikut Les ke tempat lain.

Felisya menoleh kearah papanya, tetapi tak mempunyai keberanian untuk membela diri. Felisya sudah terlalu banyak berdosa pada kedua orangtuanya karena selalu menyanggah, yang akhirnya ia hanya bisa pasrah.

Anggukan kepala Felisya membuat Rey tersenyum senang. Sebelumnya, tempat les Felisya menelepon Rey karena anaknya tidak datang ke tempat les di hari pertamanya sore ini. Jikalau Felisya tahu ada yang memberi taunya, mungkin dirinya akan marah.

Di lantai dua ada June sedang memakan Ice cream. Ia duduk pada anak tangga paling atas. Felisya menemukan ide jahil pada otaknya hingga dengan segera ia berlari menuju June yang masih menikmati Ice cream rasa Vanilla di tangannya.

Tangan Felisya meraih Stick Ice Cream semula dipegang June. June merengek seperti anak kecil membuat Rey dan Marini menatap keduanya dengan kesal karena membuat kegaduhan. Selanjutnya, Felisya mengecap sedikit es krim June lalu berjalan melangkahi June yang berada dihadapannya.

Dream [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang