XX

10 3 1
                                    

Belasan murid berdiri didepan kelas dengan kaki terangkat dan tangan yang mereka simpan di telinga. Benar, mereka sedang di hukum dan Felisya adalah salah satunya. Ia lupa mengerjakan PR Bu Lia tentang mengisi soal di buku yang Bu Lia berikan untuk persiapan Ujian Nasional nanti. Felisya menatap malas seluruh temannya yang sedang duduk santai di bangkunya masing-masing terutama ia menatap ke arah Talisya dengan sebal karena tak memberi tahunya.

Felisya menengok ke arah Dani memberinya kode agar menyelamatkan nya tapi Dani tentu tak menggubrisnya. Kemudian matanya menatap nyolot pada Mahesa namun Mahesa membalas memberikan ekspresi yang sama dengan dirinya. Sudah setengah pelajaran Bu Lia mereka berdiri di depan kelas namun belum kunjung ada yang ingin membantu untuk menyudahi.

"Bu, hari ini kita gak belajar?" Tanya Dani pada akhirnya. Belasan murid didepan terkagum atas perkataan Dani, sedangkan belasan murid lain yang sedang duduk berdiam diri di bangku berbisik protes atas perkataan Dani.

"Untuk hari ini kalian mengulang materi kelas sepuluh saja yaitu tentang Teks Deskripsi. Masing-masing kelompok berisi 2 orang, lalu kalian mendeskripsikan teman kelompok kalian masing-masing. Faham semuanya?"

"Ibu mau kemana?" celetuk Mahesa seperti biasanya. Bu Lia merapikan buku-bukunya, lalu menyuruh murid yang dihukum untuk segera duduk terlebih dahulu.

"Ibu ada rapat untuk acara pameran kalian nanti, jangan keluar kelas ya." Seluruh isi kelas pun langsung diselimuti oleh keriuhan. Masing-masing dari mereka membicarakan tentang dirinya sendiri.

"Tal sama gua yuk," ajak Felisya pada Talisya yang sedang lewat menghampiri nya untuk memberikan buku. Talisya membalas dengan menepukan bahu belakang Felisya pertanda dirinya tidak bisa karena sudah ada teman sekelompok.

Felisya memukul punggung Dini dengan pulpennya, mengajak hal yang sama namun Dini membalas dengan cara memeluk teman sebangkunya yaitu Riri.
Dengan sebal, Felisya menghampiri Zidny—satu-satunya orang yang tidak mempunyai teman sekelompok sama seperti dengannya.

"Gak ada teman ya? Kasian," ejeknya

"Lu juga gapunya teman," balas Zidny tak kalah sengit.

Felisya mencibikkan bibirnya, kalah telak. Dia mengambil bangku disebelah Zidny. Kini, letak bangku itu berada dihadapan Zidny dan tak lama ia mendudukinya.

"Cepet liat gua," ucap Felisya dengan Tegas.

"Ngapain?"

"Kan ini tuh teks deskripsi, ya lu harus liat gua biar bisa ngedeskpripsiin gua."

Zidny mengambil selembar kertas lalu mencoret-coret dikertas itu menggunakan Pulpen nya hingga membuat Felisya penasaran dan langsung merebutnya secara paksa dari tangan Zidny. Disana, tertulis namanya dan segala-gala tentangnya.

"Felisya Andriani orangnya ribet, ngesel— heh!" Ucap Felisya protes tak terima dengan apa yang ia baca tadi. Zidny pura-pura acuh tak peduli, ia memainkan tutup pulpennya dengan fokus. Felisya geram, ia kembali merebut apa yang Zidny pegang sekali lagi dan membuat Zidny merasa terganggu juga.

"Gua mau ke Dini," Final Felisya.

"Gua juga." Zidny dan Felisya akhirnya bangkit dari tempat duduk dan menghampiri meja Dini yang sudah ada Talisya sedang duduk di bangku Felisya.
Mereka berbicara serius perihal pekerjaannya masing-masing.

"Dilihat-lihat kalian mirip banget ya," ucap Dini tiba-tiba ketika Felisya sedang fokus meneliti setiap detail wajah Zidny.

"Biasanya yang mirip itu jodoh," timpal Talisya yang langsung mendapatkan lirikan tajam dari keduanya.

"Jodoh jodoh Mulu hidup lu, belajar dulu yang bener." Dani datang bersama Mahesa, ia ikut berkumpul bersama. Bibir Dani tersenyum melengkung pada Felisya begitu juga dengan Felisya.

"Ayo kerjain bareng abis itu kita omongin masalah pameran," ucap Mahesa memperingatkan. Mereka pun segera menyelesaikan tugas nya tanpa menunggu waktu lama.

***

"Ngantuk banget gue."

Suara berat Mahesa berhasil membuat mereka berhenti melakukan aktivitasnya. Mulai dari Felisya yang tadinya fokus membuat gambaran untuk acara nanti sampai kepada Dini yang sedang menghitung uang kas.

"Kalau lu ngantuk ya tinggal tidur aja apa susah nya?" protes Dini merasa terganggu atas ucapan Mahesa beberapa detik lalu.

"Gua gunting kuping lu kalau tidur." Kali ini bukan Dini yang bersuara, melainkan Dani. Ia menatap Mahesa tajam sembari mengarahkan gunting kertas kehadapannya. Mahesa melotot, segera ia ikut serta membantu menggunting kertas kertas yang Dani suruh sebelum-sebelumnya.

Kelas MIPA 1 sore ini sedang sibuk-sibuknya. Ada yang menggambar, menggunting, menghitung, bahkan ber-selfie ria. Berpuluh-puluh kertas berserakan di lantai membuat siapaun yang melihatnya akan merasa kesal sebab tak nyaman.

Felisya berdehem guna mendapatkan perhatian teman-teman nya namun semuanya sia-sia karena mereka tetap sibuk dengan masing-masing kegiatannya. Ia mencari keberadaan Zidny sesaat kemudian namun nihil. Zidny tak terlihat oleh iris matanya.

"Zidny mana?"

"Kangen lu?" tanya Dani sempat-sempatnya.

"Yaelah gak gitu! Ini gimana urusan nya kalau yang gambar gue doang, kan dia juga satu tim sama gua." Felisya berdiri, mencari-cari keberadaan Zidny.

"Ayo gua bantu," ajak Dani sembari meraih jari tangan Felisya dan membawanya menjauh dari kelas.

Mereka berjalan menyusuri lorong kelas 12 dengan tergesa. Seharusnya hal ini tak perlu dilakukan untuk mempersingkat waktu, namun Felisya tahu jika Zidny juga mempunyai tanggung jawab dalam hal ini. Bagaimana bisa Zidny kabur dari tanggung jawab nya sendiri? Fikir Felisya.

Ditepi lorong, mereka berhenti sebentar. Mata Felisya tak sengaja melihat bayangan dari arah tangga kanan menuju lantai tiga. Ia menyeret Dani agar berada disampingnya kemudian berbisik pelan agar Dani memeriksanya.

Dani berjalan dengan tenang sesuai perintah Felisya. Tangan Felisya memegang Erat jari jemari Dani dibelakangnya. Dani melangkah sangat pelan namun pasti.

"DWAR!" Teriak Dani ketika bayangan seseorang tadi mulai terlihat wujudnya. Dia adalah Bu Lia, seorang guru Bahasa Indonesia yang biasa mengajar di kelas MIPA 1. Felisya dan Dani dengan segera melepas tautan tangannya, kemudian mereka membungkuk memberi hormat pada Bu Lia disertai cecengesan tak jelas dari keduanya.

"Kalian bikin ibu kaget." Bu Lia mengelus dadanya akibat terkejut tadi. Dani yang merasa bersalah langsung mencium kedua tangan Bu Lia dengan segera sebelum Bu Lia berkata hal lain seperti hukuman. Sementara Felisya kembali membungkuk hormat.

"Kalian kenapa disini? Ajakin dong Zidny sendirian di koridor lantai 3," Ucap Bu Lia yang langsung membuat keduanya melotot kaget. Mereka langsung pergi berlari setelah mengucapkan terimakasih pada Bu Lia. Dengan secepat kilat, mata keduanya langsung menemukan dimana Zidny berada.

Zidny sedang duduk dikursi usang ujung koridor dekat gudang lantai 3. Badannya membelakangi mereka sehingga tak terlihat ia sedang melakukan apa. Tapi keduanya yakin, bahwa itu adalah Zidny karena proporsi badannya yang sangat amat mirip dengan Zidny.

"Zidny," panggil Felisya dari dekat tangga. Ia menoleh dengan muka datarnya. Dani yang tak habis fikir langsung menghampiri Zidny dan memberinya pertanyaan bertubi-tubi dan jangan lupakan kelebayan Dani jika bertanya.

"Gua capek," jelas Zidny. Sorot matanya jelas menggambarkan dirinya sedang lelah dan tak ingin diganggu. Entah mengapa, hal itu membuat keduanya tertegun tak mampu berkata-kata apapun lagi.

"Gua mat—"

"ZIDNY!"

--------------

Janlup vote, kritik saran! Ily!🥰

Dream [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang