XIV

18 5 2
                                    

Hujan mengguyur kota Jakarta sejak dini hari tadi. Banyak sekali manusia yang masih bermalas-malasan dirumah padahal hari ini adalah hari Senin dimana biasanya mereka semua sibuk beraktivitas di luar rumah, tak terkecuali Felisya.

Felisya masih duduk santai diruang makan dengan June padahal sudah jam enam pagi waktu dimana mereka harus berangkat ke sekolah.
Marini sudah pergi ke restoran untuk mengecek seluruh keperluan disana, Rey pun sudah pergi ke kantor. Ia tak mengantarkan anaknya pergi ke sekolah, tak seperti biasanya walau hanya mengantar sampai gerbang depan.

"June gak sekolah yuk?"

June melirik kakaknya dengan tatapan semangat. Ia langsung menyendok nasi dengan cepat lalu melahapnya tanpa lauk. Felisya tertawa lalu memukul June dengan Centong sayur yang berada didekatnya.

"Sekolah lah, yakali kagak. Parah lu."

Wajah June langsung berubah seketika. Ia kembali melamun setelah selesai minum. Mereka sama-sama melihat Jendela, berharap hujan berhenti dengan segera.

Di tempat lain, Fathan sedang sibuk-sibuknya mengepel lantai kafe yang kotor akibat sedikit bocor dibagian atap. Sebelum pelanggan datang, ia harus buru-buru membereskan semuanya termasuk ruangan yang biasa ia pakai.

Setelah selesai membuat lantai menjadi bersih kembali. Ia pergi dengan payung menuju Halte, tempat biasa ia menunggu Kopaja.

Sudah hampir jam tujuh namun Kopaja belum juga datang. Ia terus melihat jam ditangannya dengan perasaan gundah.
Fathan ada kelas hari ini dan kelas diadakan pagi ini. Ia harus cepat menuju Fakultas sebelum jam kelas dimulai karena ia juga memiliki keperluan lainnya sebelum masuk kelas.

"Cepet cepet ntar penuh," Teriak kenek Kopaja di pintu yang tengah terbuka. Fathan langsung berlari sambil melambaikan tangan agar kenek tersebut melihatnya.

"Makasih pak."

•••••

Felisya dan June masih berdiam diri di depan rumah. Hawa malas pergi ke sekolah masih menyelimuti mereka.

June membuka payung hijau yang ia pegang lalu membawanya ke tangan Felisya agar Felisya yang memegangnya. Kemudian, Felisya memegangnya dengan rasa malas.

"Ayo ini udah mau jam tujuh!"

"Iya, gua tau." Katanya.

"Mau jalan?"

"Berenang gue," Teriak June yang sedang berjalan menuju pagar rumah tanpa payung.

"Yaudah, gua jalan."

Pada akhirnya, mereka berdua berjalan beriringan. Jam di arloji yang digunakan June sudah menunjukkan jam tujuh pas namun mereka masih berjalan santai dibawah satu payung. Hujan masih mengguyur kota saat ini, entah kapan hujan akan reda.

Gerbang sekolah sudah terlihat dari arah mereka berjalan. Banyak siswa yang berlalu lalang sambil membawa payung atau tas yang dijadikan sebagai pelindung agar mereka tidak kebasahan.

"Pak, kok belum ditutup gerbangnya?" Tanya Felisya sambil menengok ke kanan serta kekiri saat sudah sampai dekat dengan Pos Satpam.

"Jam setengah delapan neng, soalnya hujan. Susah cari kendaraan."

Memang benar, kendaraan susah dicari dijalanan jika sedang hujan. Kebanyakan dari mereka bertempat tinggal di luar komplek jadi jika tak punya kendaraan pribadi mau tak mau perlu naik angkot dan berjalan sampai ke gerbang sekolah.

Dream [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang