XV

23 5 7
                                    

"It isn't hurt if u don't think it too much. Stay enjoy your life. "

Selamat membaca!
___________________________

"Sapuinnya yang belakang dulu, baru yang depan," omel Felisya pada Zidny dan Dani yang salah arah ketika menyapu.

Talisya, Dini, dan Mahesa menunggu di depan kelas. Mereka duduk lesehan dilantai dengan handphone ditangan masing-masing.

"Disitu kan udah bersih." Dani menjawab Felisya dengan geregetan, ia berbalik badan menghadap Felisya. Bibirnya memberengut.

"Zidny, Lu nurut deh sama gua."

"Gak, bener kata Dani."

Suara gelak tawa pun terdengar dari arah luar.

"Lagian ini semua udah bersih, pulang dah yuk!" teriak Talisya dijendela yang hanya terlihat rambutnya saja.

Satu persatu dari mereka mengambil tasnya masing-masing. Berjalan beriringan keluar kelas dengan raut muka masam.

"Cemberut Mulu," ejek Dini pada Felisya yang berjalan mendahului nya.

"Gua duluan." Felisya berlari meninggalkan mereka. Hari ini sudah pukul tiga sore, komplek semakin terlihat sepi dengan cuaca yang kini mendung kembali.  Ia sekuat tenaga menghindari teman-temannya, berlari sekencang mungkin tanpa takut tertabrak oleh kendaraan di pertigaan. Felisya berniat akan pergi ke kafe sore ini menemui pujaan hati.

"Neng," Panggil bapak-bapak yang sedang lewat didepannya menggunakan motor. Untungnya, lumayan banyak siswa sedang menongkrong di warung dekat pertigaan. Setidaknya, ia mengenal sedikit siswa yang sedang duduk disana.

Ia ingin mempercepat larinya, namun ia tak cukup kuat energi untuk tetap melanjutkannya. Felisya berhenti kemudian duduk agak jauh dengan siswa yang sedang sibuk mengobrol.

"Sore gini jangan sendirian aja," Ucap Shadam menghampiri Felisya.

"Kok ada lu?" Raut muka Felisya berubah menjadi ketakutan karena Shadam adalah orang yang tak menyukai dirinya, fikirnya.

Shadam duduk disebelah Felisya, memberinya sekotak susu rasa Vanilla.

"Makasih," balasnya.

Mereka berbincang cukup lama. Tanpa disadari sudah hampir dua puluh menit mereka bercengkrama. Membahas soal Try Out, juga membahas tentang Pameran nanti. Mereka cukup dekat dengan waktu singkat.

"Gua salah berfikir kalau lu itu benci sama gua."

"Kenapa mikir gitu?"

"Karena sejak kita sekelas terus, Lu keliatan banget gak suka sama gua," jelas Felisya.

Sekotak susu sudah ia habiskan, kemudian menatap kedepan dengan tatapan kosong.

"Gak kok, gua lagi kesel aja dan kebetulan tiap gua kesel ada lu terus."

"Oh, yaudah gua pulang ya," Ucap Felisya pada akhirnya. Shadam mengizinkan Felisya pulang, mengantarnya sampai rumah.

"Makasih ya."

"Tenang, ini sebagai permintaan maaf gua aja."

Dream [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang