XI

14 6 2
                                    


Felisya merapihkan rambutnya yang acak-acakan karena diterpa angin saat dalam perjalanan. Ia merasa lebih senang dibandingkan pertama kalinya ia bertemu Fathan di Kafe.

"Zidny!"

Disana, ada Zidny dengan bola basket ditangannya. Hari ini masih pagi bahkan sangat pagi. Jadi, wajar saja bila dirinya ada ditengah lapangan bermain sendirian, karena ia tidak perlu bersusah payah untuk mencari topik jika bertemu banyak orang, toh dia hanya sendirian.

"Kenapa?" Tanya Zidny

Felisya berlari menghampirinya dengan senyum lebar, lesung pipinya sangat terlihat jelas. Rambut sebahu yang biasa ia ikat berayun-ayun ke kanan juga ke kiri. Ini masih terlalu pagi jika mereka harus bertengkar, jadi Felisya memberikan senyuman.

"Kok lu disini Sendirian?" Tanya Felisya ketika sudah sampai tepat dihadapan Zidny.

"Sengaja, gue kan gapunya temen."

Felisya menyesali ucapan sebelumnya. Ia lupa kalau dirinya dan Zidny memiliki kesamaan, yaitu sedikit teman dan suka menggambar. Ia menunduk, membuat rambutnya menutupi sebagian wajahnya.

Zidny melanjutkan permainan basketnya. Tak menghiraukan Felisya yang kebingungan untuk memulai pembicaraan agar berdamai. Hari ini, ia sedang senang jadi ia tidak ingin marah-marah.

Tak lama, Bola basket dibiarkan memantul kearah luar lapangan. Zidny melirik Felisya yang masih menunduk, melihat kedua kakinya yang sedang menggeser-geser kerikil dilapangan.

"Kenapa?"

Segera, ia mendongakkan kepalanya. Lalu mengambil batu kerikil tadi untuk dibuang. Sungguh tidak ada kerjaan.

"Karena kita punya kesamaan, kenapa kita gak berteman?" Tanya Felisya tanpa berbalik badan menatap Zidny.

"Untuk itu, lu kan punya Dani, Mahesa, Talisya, dan siapa tuh yang galak?". Felisya mengerjap, berusaha berfikir.

"Dini?"

"Iya"

"Apa salahnya bergabung dengan kami?"

"Hah?"

Felisya membuang nafas kasar, rasanya percuma berbicara dengan Zidny. Ia pun berbalik badan, menghampiri Zidny dengan tatapan kesalnya. Padahal ia sudah janji pada dirinya sendiri untuk tidak membuat keributan.

"Kalau gak mau yaudah, kami gak memaksa"

"Maksudnya membuat seperti gank?"
Tanya Zidny penasaran.

"Iya, Layaknya murid lain. Tinggal kita aja yang tersisa, mau?"

Felisya menawarkan sekali lagi, ia tetap memasang ekspresi kesal yang selalu ia tampilkan ketika ia berbicara dengan Zidny. Tak lama, Sorak sorai dari arah gerbang mulai terdengar. Banyak siswa-siswi yang mulai berdatangan membuat mereka berdua segera berlari dari lapangan guna menghindari keramaian.

"Gimana?" Sekali lagi ia bertanya, memastikan pilihan yang akan dipilih oleh Zidny.

Zidny mengganguk tatkala mereka sudah sampai kelas. Rasa gembira tidak dapat disembunyikan oleh Zidny. Ia membuka kenop pintu kelas dengan semangat, tangan kanannya yang kini membentuk tanda janji terulur pada Felisya memaksudkan untuk membuat janji.

"Dih," jawab Felisya yang langsung masuk kelas tanpa bersalah.

✧✧✧

"Gue udah lakuin ya Din. Ini sesuai permintaan lu"

Iya, memang benar ini merupakan sebuah rencana mereka untuk membuat Gank. Dini yang mengusulkan, dan mereka menuruti. Karena dari sekian banyaknya siswa, hanya mereka yang tidak mempunyai Gank khusus. Itu juga atas keterpaksaan karena tidak enak jika terus masing-masing.

Mereka kini berkumpul di kantin, bangku paling pojok. Sengaja, agar tidak menjadi pusat perhatian siswa siswi lain yang sedang berlalu lalang di ruangan kesayangan sejuta umat.

"Mending buat grup dulu"

"Jangan, ribet"

"Ish"

"Jangan"

"Harus"

"Ribet"

Dini dan Dani terus bertengkar masalah grup Line. Padahal, itu sesuatu yang tidak terlalu penting. Talisya yang kegerahan mengambil kipas kertas yang ada didalam tas lalu mengipaskan kearahnya.

"Bagi dong," pinta Felisya.

"Sini gua buatin"

Semua pasang mata langsung tertuju kearah sumber suara. Dini kembali memasang ekspresi takut, masih belum terbiasa dengan perlakuan Zidny yang selalu berubah.

"Banyak mau Lu," protes Talisya pada sahabatnya yaitu Felisya, lalu menyerahkan kertas selembar pada Zidny yang duduk dibangku paling pojok.

"Makasih Zidny"

Felisya fokus memperhatikan Zidny yang sangat telaten melipat kertas. Padahal, itu hanya sebuah kertas namun terlihat sangat menarik jika Zidny yang membuat. Ia membuka tutup pulpen, menulis sesuatu disetiap lipatannya.

Felisya galak

Dini ribet

Talisya berisik

Kami para lelaki ganteng

Valid No debat !

"Wah, keren ada Felisya love nya" Ucap Dini melebihkan.

"Apasi Lu"

Mereka akhirnya tertawa, menikmati hari pertama mereka sebagai teman dekat. Menikmati hari pertama mereka sebagai orang yang memulai kehidupan baru yang dulu tanpa teman, sekarang setidaknya menjadi punya teman.

Jari kelingking pun mengikat satu sama lain, mengikat janji untuk terus bersama menghiasi masa-masa akhir di SMA.

"Janji?" Tanya Mahesa pada mereka semua

"Janji," jawab seluruhnya kompak


                          ^^^^^^^^^^^^

Part ini aku fokusin kek pertemanan mereka. Kayaknya mereka perlu berteman aja biar makin dekat.

Setuju gak?

Please promosi in cerita ini ketemen kalian dong, barangkali suka :))
J

anlup kritik saran! ^^

Maaf Lama Up, banyak kesibukan akhir-akhir ini+gaada kuota juga buat akses wattpad hihi.

Semangat yang lagi PTS! Semangat yang lagi Daring! Semangat yang lagi kerja! <3

Dream [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang