SMA KENANGAN 1
"Anjir, Yar. Lo lihat Adel gak?" Tanya Hana seraya mengecek ponselnya
Ia menatap Hana kemudian, "Nggak lihat." menggelengkan kepala dan menatap ke arah lapangan lagi
"Eh iya, ya. Gue nggak lihat dia dari sebelum istirahat tadi, kemana dia?" Tanya Andini.
"Bego banget dah, gue chat nggak di balas-balas."
"Emang kenapa sih?"
"Rakas nyuruh gue ngajak Adel kelapangan katanya."
"Gila, Rakas bucin banget sekarang." Ucap Andin seraya tertawa.
"Bucin kalau nggak dibalas buat apa?" Yara kalau ngomong memang selalu tepat sasaran. Untung tidak ada Rakas, kalau ada. Bisa-bisa hati pria itu menciut setelah mendengar perkataan pedas Yara tadi.
"Cari yuk, Han?" Ajak Hana Dibalas dengan anggukkan oleh Andin. Mereka berdua berdiri dan merapikan rok seragamnya yang sedikit kusut.
"Yar, lo ikut nggak?" Gadis itu menggeleng. "Lo aja, gue mau di sini. Enak anginnya, sambil ngelihatin yang lagi demo" Mereka berdua mengangguk dan melangkahkan kakinya mencari temannya itu.
"Astaga, sumpah Han. Cape gue anjir!" Gadis itu menyandarkan tubuhnya di dinding. "Eh sumpah dah, ini setan kemana sih anjir! Mana gue telepon nggak di angkat-angkat" Mereka berdua sudah 15 menit mencari Adelia. Hampir semua ruangan mereka datangi, tapi tidak ada temannya itu.
"Din, mungkin nggak sih?" Ucap Hana membuat Andin mengerutkan keningnya bingung.
"Mungkin apaan?"
"Mungkin nggak sih kalau dia di..."
"Kan anjir, apa gue bilang Din!"
"Anjir dia ngapain sih di sana? Mana sendirian." Mereka berdua menghampiri gadis yang sedang duduk sendirian di depan jendela kelas.
"Woy Jaenab! Lo ngapain sih?!" Adelia menoleh dan menatap dua temannya heran.
"Ngapain apanya?" Tanyanya dengan wajah polos.
"Lo ngapain anjir di sini? Gue sama Andin nyariin lo dari tadi bangke, lo malah semedi di sini."
"Gue lagi ngadem doang kok, enak aja di lantai 3. Adem banget anginnya."
"Lo mau ngadem apa ngelihatin Dimas?" Andin selalu tepat kalau ngomong. Memang tujuan Adelia duduk di sini untuk menikmati angin, karena lantai 1 dan 2 banyak sekali murid yang berkumpul. Niat awalnya memang itu, tapi setelah ia melihat ke arah lapangan, sesosok pria membuat dirinya memusatkan perhatiannya kepada pria itu. Menatap Dimas membuat kesejukan di hatinya bertambah.
"Apaan sih, nggak" Elaknya.
"Udah dah, buruan turun. Lo di cariin Rakas bego, di suruh nontonin dia lagi demo tuh. Buruan! Ntar bocahnya ngambek."
"Ih, nggak mau ah. Malas banget gue panas-panasan." Tolak Adelia. Membuat Andin dan Hana semakin geram. Akhirnya mau tidak mau mereka berdua menyeret temannya itu.
"Anjir, Andin! Hana!!!"
"Anjir panas banget, mampus aja gue." Adelia menutupi wajahnya dengan telapak tangann, matahari yang begitu terik membuat penglihatannya silau.
"Tuh, tuh. Rakas, Bagus, Vano sama Rendang lagi demo ekskul!" Hana menoleh ke Andin dan menatapnya bingung. "Rendang siapa bego?"
"Rendi eheheh" Jawab Andin cengengesan, Hana memutar bola mata malas.
YOU ARE READING
LEAVE
Non-FictionJangan menyia-nyiakan dia hanya demi seseorang yang gak mungkin untuk kamu gapai. Pikirkan baik-baik keputusan yang kamu ambil sekarang ini. Ingat, yang namanya penyesalan gak mungkin ada di awal. Jadi, jangan sampai menyesal. "Del, pacaran yok?" -R...