15

7 0 0
                                    

"Hai!!" Sapa Yara dan Andin dengan kompak. Di kelas baru ada Adelia dan beberapa anak murid lain, karena memang masih se-pagi ini. Bel masuk bakalan bunyi sekitar 20 menit lagi.

"Tumben udah dateng pagi-pagi"

Yara duduk di pojok dan bersandar di tembok, diikuti oleh Andin yang duduk di sebelahnya. "Namanya pelajar tuh harus rajin"

"Cih" Adelia menatap kedua temannya malas, "Bentar lagi juga lo molor" Setelah ia menatap kedua temannya itu, Adelia berbalik menghadap depan. Fokus pada handphonenya lagi.

"Tuh tau" Andin terkekeh.

"Eh Del"

Adelia menoleh, "Apaan?"

"Beberapa hari lalu lo jalan sama Rakas?" Tanya Andin.

"Iya"

"Terus?"

Adelia mengerutkan dahinya bingung, "Terus apaan?" Andin mengeluarkan cemilan lidi-lidiannya dan membukanya. Gadis itu berdecak sambil menatap Adelia, "Terus lo ngapain aja sama Rakas? Ada obrolan yang serius gak?" Adelia yang mulai paham mengangguk dan ber-ohh ria.

"Ada."


------------------------------------


Sekumpulan manusia beban keluarga ini tenga duduk-duduk santai di teras rumah Rakas. Seperti biasa, hari udah sore tapi mereka belum ada niatan buat pulang. Emang ya, kalau udah jiwa-jiwa gelandangan tuh susah. Tapi kali ini bukan hanya cowok-cowok yang nongkrong, para cewek juga. Minus Adelia. Lagi nge-bucin, katanya. Karena Yara dkk gak mau ambil pusing, jadi yaudah, biarin aja Adel mau ngepain kek. Padahal tadi pagi baru aja cerita-cerita bagaimana mengenaskannya hubungan dia dengan Dimas, memang pasangan aneh.

"Kas ini bisa buat rebus mie gak?" Rendi keluar dari balik pintu. Tangannya memegang panci yang kira-kira ukurannya bisa masak daging 10kg.

"Lo mau masak mie buat satu kelurahan apa gimana?" Tanya Hana. "Gak lah, rajin amat gue. Buat gue sendiri ini" Jawab Rendi.

Andin, Rakas sama Bagus udah geleng-geleng kepala aja. Rendi nih emang beneran bego atau pura-pura bego sih, natural banget soalnya.

"Ren panci yang lebih kecil kan ada, kalo itu mah buat rebus badan lo juga bisa, dongo" Vano sama Yara cekikikan berdua di pojok.

"Abisan gak ada anjir, adanya yang begini"

"Cari pake mata ngapa, jangan pake dengkul" Ketus Hana.

"Di belakang pintu ada panci buat rebus mie, Ren, liat dulu coba" Jelas Rakas. Mendengar itu Rendi segera masuk ke dalam lagi dan memulai ritual masaknya. Sedikit ribut memang, masak rasa tawuran emang.

"Gue punya temen gak ada yang waras kayaknya" Ucap Bagus tiba-tiba.

"Lo juga termasuk gak waras anying" Jawab Vano.

"Iya deh, yang waras ngalah"

"Anjing" Bagus terkekeh, tangannya sibuk mengusak rambut Andin. "Berantakan bego, ngapain nganuin rambut gue sih?!" Lagi-lagi ia terkekeh. Ia menggeser tubuhnya sedikit lebih dekat dengan Andin, setelah dirasa sudah mendapatkan posisi yang nyaman Bagus memejamkan matanya. Bersandar di bahu kekasihnya memang tempat paling nyaman.

Vano melirik Yara yang sedang sibuk nonton youtube, tangan kanannya sibuk memegang ciki. "Yang mau juga" Wajah Vano seketika memelas. Yara yang bingung cuma ngeliatin Vano datar, "Mau apaan?" Dengan lagak sok imut Vano mengedipkan kedua matanya, "Kenapa sih? Cacingan?"

LEAVEWhere stories live. Discover now