5

17 4 1
                                    

Kamis, 10 oktober 2016





Hujan sejak pagi tadi tak kunjung mereda, sampai sekarang jam sudah menunjukkan pukul 15:30 sore. Siswa-siswi SMA Kenangan 1 seharusnya sudah sampai di rumah, dilihat sudah 30 menit dari bel pulang. Tapi mereka harus menunggu sampai hujan ini berhenti, banyak yang berteduh di dalam kelas, kantin, koridor, dan tidak sedikit juga yang berlari menerobos hujan. Ya, keempat gadis itu berlari menuju caffe yang berada tepat di depan sekolah. Mereka berniat untuk nongkrong di rumah Rakas. Para lelaki sebenernya sudah memperingati, agar mereka menunggu saja di dalam kelas sampai sekiranya hujan ini mereda, tapi memang dasarnya keras kepala.

Dari koridor, Rakas dan teman-temannya dapat melihat keempat gadis itu berlari-lari di derasnya hujan. Terlihat sangat gembira sekali mereka, tidak tau saja kalau para lelaki sudah siap untuk memarahinya. Bukannya apa, mereka menatap keempat gadis itu dengan tajam dikarenakan gadis-gadis itu berlari, berteriak, dan berlompat-lompat, mereka juga meneriaki nama Rakas, Bagus, Rendi dan Vano. Bagaimana mereka tidak kesal?

Heran, apa mereka sudah tidak punya malu?

"Belum aja kesamber gledek" Rutuk Rendi

"Omongan do'a bego"

"Serius, mereka mau nongkrong dengan keadaan baju basah kuyup gitu?" Tanya Vano

"Mereka bawa baju ganti kayaknya"

"Hujan udah dari pagi, pasti mereka udah bawa persiapan"

Bagus mengangguk

Di saat mereka tenga berbicara, lewatlah Dimas. Membuat mereka memandangi pria itu, tubuhnya sangat jangkung Vano saja sampai mendongak untuk melihat wajah pria itu.

"Saingannya Rakas" Ucap Bagus setelah melihat Dimas sudah tidak ada dari pandanganya.

"Ngaco aja si bego" Elak Rakas

"Masih aja, tinggal ngaku apa susahnya si lu?"

"Bukan gitu, Gus. Tapi..ya, gitu lah."

Mendengar ucapan tidak jelas Rakas, Bagus, Vano, dan Rendi memutar bola mata malas

"Ini kapan redanya si anjing"







-











"Dingin banget anjir" Hana memeluk tubuhnya sendiri

Di kursi pojok ada Andin dan Adelia, di samping Andin ada Bagus yang menatapnya dengan tajam, tangannya sudah bersiap untuk menjitak gadis yang ada di depannya itu. Tapi karena melihat gadisnya menggigil, ia mengurungkan niatnya.

"Sini"

Andin menatap Bagus dengan bingung, tapi sekian detik kemudian ia paham, dan memeluk kekasihnya itu dari samping.

"Anjing, uwu uwuan di depan gue lo"

"Kas, kode tuh"

Rakas menatap gadis yang ada di depannya itu, posisinya Adelia duduk di atas sofa sedangkan Rakas duduk di karpet.

Karena merasa Rakas tidak juga mengalihkan pandangan darinya, rasa grogi mulai muncul pada Adelia. Bagaimana tidak, orang Rakas menatapnya dengan tatapan serius dan tanpa ekspresi. Datar.

"Kas, beli makan si, laper bego" Gerutu Rendi di dalam keheningan

Rakas menoleh, "Liat aja di lemari dapur, ada indomi gak?"

"Ayok, Van, mau ikut gak lo?" Tanpa membalas ajakan Rendi, Vano beranjak dan bergegas menuju dapur

"Sini" Ucap Rakas, membuat Adelia melotot kaget

Hana dan Yara hanya menyimak, tidak, sebenernya hanya Hana saja yang menyimak dua pasangan itu. Yara sejak tadi sibuk menonton yutub, membiarkan Hana bengong sendirian. Jahat memang.

"Gak mau ah" Tolak Adelia

Rakas berdecak, "Sini, nonton video" Adelia beranjak dan melangkahkan kakinya malas

"Na, Ra, sini. Mau ikut gak lo?"

Hana dan Yara beranjak

"Ikut lah, mau mantau lo berdua, kali aja lo khilaf"

"Gila lu, Ra" Rakas terkekeh

"Gue mau ikut nonton ah" Andin beranjak, tapi tangannya sudah lebih dulu di tahan

"Nonton dari sini aja, keliatan kok. Yara sama Hana aja yang mantau mereka berdua, kita gak usah" Andin memutar bola mata malas, dan mendudukkan tubuhnya lagi

"Tadi suruh siapa hujan-hujanan?"

"Gak ada yang nyuruh, emang mau sendiri"

"Nanti sakit"

Bagus menyingkirkan rambut yang ada di dahi gadisnya

"Enggak bakal, gue kan kuat"

"Batu"

"Biarin"

"Iya, biarin." Bagus mengacak rambut Andin dengan gemas, membuat sang empu melemparkan tatapan sinisnya

"Adel suka Dimas"

"Tau kok, kelihatan, Din"

Bagus merangkul Andin

"Tapi gue gak suka lihatnya, Dimas gak baik. Gue lebih suka lihat Adel sama Rakas, kayak gitu" Tunjuk gadis itu ke arah Rakas dan Adelia yang tenga sibuk memilih film yang mau mereka tonton

"Sama kok. Tapi semuanya balik ke mereka lagi dan gimana takdirnya nanti. Kalau takdirnya mereka sama-sama, ya yaudah. Tapi kalau enggak, bukan jodoh berarti" Andin mengangguk paham

Rencana Andin mencomblangi mereka berdua, karena Andin tau, Rakas lebih baik daripada Dimas. Ya, walaupun Rakas tidak sepenuhnya baik, kadang brengsek juga. Namanya juga manusia, kan, tidak ada yang sempurna. Tapi setidaknya pria itu lebih baik dari Dimas, dan juga Adelia sudah lama mengenal Rakas. Tapi, semuanya kembali ia serahkan kepada takdir. Seperti yang tadi Bagus katakan. Kalau takdirnya mereka untuk sama-sama, ya sudah. Tapi kalau enggak, berarti mereka bukan jodoh.

Sekuat apapun Rakas mengejar dan memberikan perhatian, kalau Adelia tidak menyukainya, ya semua sia-sia.

tbc

LEAVEWhere stories live. Discover now