8

13 4 3
                                    

1 bulan kemudian

Desember, 2016






Sekarang sudah memasuki bulan Desember. Yup. Bentar lagi ganti tahun guys, gak ada yang berubah antara Adelia dan teman-temannya, masih tetap sama. Kerjaannya kalau nggak nongkrong ya buat onar. Sudah sebulan nggak ada yang berubah juga antara Adelia dan juga Rakas. Mereka masih tetap sama, temenan. Entah sudah berapa kali Bagus dan Vano memberikan kultum agar pikiran Rakas terbuka, tapi tetap saja. Isi kepalanya cuma ada batu sih, bukan otak. Susah jadinya.

Eh! Tapi ada yang berbeda dari kehidupan Adelia setelah sebulan berlalu. Yup. Adelia udah gak jomblo lagi guys! Betapa senangnya gadis itu. Akhirnya penantiannya selama ini gak sia-sia juga. Kalau kalian mikir dia jadian sama Rakas, itu salah besar guys. Nggak. Rakas sama sekali belum mengakui perasaannya ke Adelia. Yang melepas status jomblo dari diri Adelia adalah, Dimas.

Tadinya nggak ada yang tau kalau mereka sudah pacaran, untung saja Yara orangnya pekaan. Adelia gak ada cerita ke Andin atau pun temannya yang lain, Rakas lumayan terkejut setelah mengetahuinya. Tapi sebisa mungkin ia tetap bersikap cool. Ralat. Sok cool.

Semenjak Adelia jadian dengan Dimas, dia tidak berhenti tersenyum sepanjang hari. Gila kalau kata Andin. Bahkan Hana ngebacot di depannya saja dia nggak marah, padahal biasanya selalu protes berisik Na, diem sih, Na bacotnya kecilin woy ah elah lu. Tapi ini nggak. Beberapa hari ini Adelia mirip sekali dengan orang gila yang sering duduk di dekat rumah Yara.

"Del, mau sampai kapan lu senyum-senyum gitu anjir?"

"Tau dih, serem goblok"

"Cinta emang bikin bego, ya?"

"Nggak papa, katain aja sesuka lu padaan, gue lagi seneng" Andin berdecih, "Paling juga lo gak diseriusin, ati ati ntar sakit hati"

"Oiya, Del, kalau mewek jangan ke gue ya." Yara tersenyum, sekian detik kemudian ia memutar bola matanya

"Lo kok bisa tiba-tiba jadian? Perasaan bulan lalu gak ada kemajuan apa-apa"

"Nah, itu dia! Gue juga nggak tau."

"Dih, goblok dah" Andin menatap Adelia aneh.

"Terus, kok lo bisa jadian? Itu gimana ceritanya? Lo yang nembak duluan? Apa gimana? Cerita bangsat" Hana tergelak melihat wajah Yara yang kelihatan sekali emosinya

"Sabar anjir, gak sabaran banget lu"

"Cepet. Lama lu"

"Tapi please, jangan salty-in gue. Lo kan jahat banget mulutnya, sebel gue"

Yara berdecak, "Kaga, udah buruan elah. Cerita cepet, gue dengerin nih" Hana mengangguk, "Buru, Del, nanti bel masuk keburu bunyi"

Adelia mengambil napasnya dalam, "Gue kan beberapa minggu lalu chat Dimas hampir setiap hari. Ya, emang si, dia bales chat gue cuma bubble chat yang terakhir doang. Tapi--" Ucap Adelia manggantungi

"--Tapi waktu itu, seminggu yang lalu tepatnya. Pas gue chat Dimas, sebenernya chatnya agak ngode gitu si." Andin mengerutkan keningnya bingung, "Kode gimana maksud lo?"

"Gue kode kalau gue suka sama dia"

Hana mengangguk, "Terus?"

"Terus tiba-tiba dia nge-iya-in kode gue! Gila gak sih?"

"Emang lo bilang apaan sih?" Tanya Yara penasaran, "Gue nanya. Dim, kalau gue suka sama lo, lo gimana?"

"Terus jawaban dia?"

"Ya pacaran lah"

"Gitu" Ucap Adelia menandakan kalau ceritanya sudah selesai sampai di situ

"Lo yakin dia serius?" Ucap Andin ragu

"Kok bisa si lo langsung nganggep kalau lo sama dia pacaran? Masih gak jelas gitu juga."

"Tau Del, lo gak takut dimainin apa?" Adelia menggeleng mantap, "Nggak. Feeling gue bilang, kalau Dimas tuh cowo baik-baik."

"Ya ya ya, terserah lo." Ucap Andin dengan nada bodo amatannya. Capek kalau ngadepin orang bucin tuh.

Gak ngaca si Andin mah, heran :))




__________________







Sementara itu di sisi para lelaki. Ada yang lagi nyetel lagu amnesia dari 5sos. Iya, Rakas. Ntah kenapa, tapi kayaknya cuma lagu itu yang sekarang cocok buat dia. Sebenernya Bagus, Vano dan Rendi sedih banget lihat temennya jadi begini. Bisa-bisanya dia jadi sadboy, miris banget Rakas semingguan ini. Diajakin nongkrong pasti dia selalu nolak, alasannya selalu tugas dan tugas. Padahal dia kan satu kelas sama Bagus dan dua cecunguk, sedangkan yang ngajak nongkrong ya tiga orang temannya itu. Alasan yang gak masuk akal memang. Hatinya makin gak karuan karena pesan chat yang ia kirim ke Adelia nggak ada yang dibalas satu pun. Maklum lagi sibuk ngebucin. Gak punya hati emang. Apa Adelia gak mikirin ada orang yang tersakiti di sini? Ckckck, jahat.

"Mau sampai kapan woy?" Tanya Vano seraya menghampiri ketiga temannya, semua tangannya penuh dengan ciki-ciki yang ia beli di indomaret depan rumah Rakas.

"Tau. Gue sedih bener dah ini ngelihatin ni bujang satu, kayak apa ya..sedih dah pokoknya mah" Ucap Rendi sambil sibuk menggigit plastik ciki yang ia ambil dari Vano tadi

"Gak usah dilihatin goblok, emang gue tontonan apa"

"Lo sih kelamaan, lelet."

"Tau, nungguin apaan tau. Orang udah sama-sama demen kok malah nanti-nanti. Kalau udah gini siapa yang nyesel?" Rakas memutar bola matanya setelah mendengar ocehan Vano

"Berisik"

"Tapi kalau kata feeling gue, Kas. Dimas tuh gak serius kayaknya" Rakas menoleh ke Bagus dan mengerutkan keningnya, "Maksud lo gak serius? Dia main-main gitu, jadian sama Adel?" Bagus mengangguk, disusul dengan kedua cecunguk

"Masa lo gitu aja gak tau si, Kas? Kelihatan banget kali, cuma Adel yang nganggep hubungan mereka berdua serius" Lagi-lagi Vano dan Rendi mengangguk

"Tapi Adel kelihatan bahagia banget pas jadian sama Dimas"

"Ya namanya juga udah bucin, pasti seneng lah kalau cintanya gak bertepuk sebelah tangan"

Rakas menghela napasnya, "Lo sih, gue udah wanti-wanti dari kemaren juga. Bukannya buruan, mikir apaan si lu?"

"Nggak ada mikir apa-apa"

"Boong mulu lu anjing!" Vano tergelak, ntah apa yang diketawain. Receh emang

"Gue cuma mau mastiin doang kalau perasaan gue bener-bener emang dari hati gue sendiri, bukan karena didesak sama Andin atau pun sama lo pada."

"Gue pengen jadian sama Adel ya karena emang dari diri guenya sendiri yang udah siap, kemarin gue masih ngerasa kalau perasaan gue belum mantap banget"

"Terus, sekarang giliran udah mantap, Adelnya yang dicomot orang. Kasihan amat" Ucap Rendi meledek, yang langsung dilemparkan tatapan tajam oleh Rakas

"Lo masih mau nunggu? Atau mau mundur?"

Rakas mengangkat bahunya, "Gak tau, bingung."










TBC










Nunggu atau mundur nih guys?

LEAVEWhere stories live. Discover now