1 bulan kemudian
-----
Brak
Senin pagi yang suram. Bagi ke-empat cewe ini. Ralat, bagi cowo-cowo juga si. Mari kita lihat ada masalah apa, di cuaca pagi yang cerah ini..
"Maksud lo apaan?"
"Ra lo bisa tahan gak sih? Sabar" Hana memegang bahu gadis itu
Yara menghempaskan tangan Hana dari bahunya "Gak bisa, nih cewe kalau di diemin makin lama malah makin ngelunjak. Dikasih hati minta usus"
"Kenapa dah ini? Gue punya masalah apa?"
Yara berdecih, "Masih mau cosplay jadi orang goblok lo? Goblok beneran tau rasa lo ya"
"Tunggu, lo dateng-dateng marahin gue, emang gue punya salah apaan?"
"Lo jalan sama cowo-cowo kita udah termasuk salah! Terus lo masih nanya kesalahan lo apa? Sinting."
Adelia menggaruk tengkuknya bingung, "Duh Yara"
"Hah, Del, Yara kenapa si?" Andin yang baru saja datang berusaha mengatur napasnya
Karena gebrakan yang dibuat Yara, membuat mereka menjadi pusat perhatian anak-anak lain.
"Cabe bikin ulah lagi"
"Haduh, gue udah nahan banget padahal biar gak meledak, malah Yara duluan"
"Lo emang gak bisa sama yang lain apa kalau mau jalan? Gak bisa lihat dia udah pada punya pawang? Buta mata lo apa gimana?"
"Ya kan ini acara kelas, ya wajar dong mereka ikut"
"Ya harus banget lo berdua nyari tebengan sama cowo orang? Masih banyak temen-temen lo yang gak ada barengannya, kenapa harus sama cowo kita? Minta digaruk banget emang lo ya"
"Ya kenapa sih? Mereka juga fine-fine aja kok gue tebengin"
Rakas dkk datang dari arah tangga, "Kenapa ini rame-rame?"
"Bini lu ngamuk"
"Oalah, yaudah biarin" Hana menoleh cepat ke Vano, "Memang goblok"
"Ya biarin aja, sekalian bikin tuh jablay tau diri. Gue udah risih dari lama juga sama tuh orang"
"Uh, Vano good boy" Andin memberikan jempol di depan wajah Vano
"Lah, gue engga yang?" Andin melihat Bagus malas, "Gak. Minta dipuji aja sono ama jablay"
"Seru nih kayaknya"
"Kas bagi ciki dong, lu nyemil diem-diem bae. Mayan nih ada tontonan" Ucap Rendi
"Gue diem bukan berarti ngebiarin lo sesuka hati buat gatel sama cowo orang, tau diri harusnya."
"Ra udah ayok" Ucap Vano
Entah Vano datang dari mana, tiba-tiba saja dia udah ada di samping Yara "Gak bisa, gue mau garukin nih jablay dulu"
"Jablay?!"
Yara mengangguk "Iya, lo."
"Licin banget mulut lo ngehina" Ucap Ayu tak terima
"Ya lo nya pantes buat dihina"
"Heh, lo tanya aja sono cowo lo sama temen-temennya, mereka pada risih gak gue deketin?"
Yara menoleh ke belakang, "Hah, mampus Kas, jawab gih" Bagus menyenggol lengan Rakas, "Lo gih Ren" Rendi menggeleng, "Gue jomblo, gak ada yang perlu di klarifikasiin"
"See? Mereka fine-fine aja tuh."
"Emang lo nya aja kali yang takut didua-in" Lanjut Ayu
"Bangsat" Lengan Andin ditahan oleh Bagus, "Mau ngapain hah? Lo ntar disidang Bu Neneng lagi!"
"Bentar doang si, Bu Neneng gak bakal tau juga"
Bagus menggeleng, "Lo diem di sini." Andin mendengus sebal
"Hah? Takut? Pftt..Bahahahahah" Yara tegelak
"Ngapain gue takut?" Ekspresinya seketika berubah menjadi datar
"Lo kalau mau ganjen, nyari yang elitan dikit kek! Masa modelan Vano dkk lo deketin" Hana berjalan mendekat
"Perlu banget gue cariin yang lebih elit? Kasihan soalnya, udah harga diri lo rendah gara-gara jadi perebut, masa dapetnya yang buluk dan blangsak modelan mereka" Tunjuk Hana ke arah Bagus, Vano, Rakas dan Rendi
"Lah gue dikata buluk"
"Fakta si Gus"
"Se-blangsak itu emang gue?" Tanya Rakas, "Hooh" Bagus dan Rendi mengangguk
"Berisik, diem napa. Dengerin bini gue lagi kultum"
"Goblok"
"Gue gak ngelarang lo berdua kalau emang niatnya mau temenan, tapi lo juga harus tau diri. Mana ada temen yang dibonceng tapi dada lo pada nempel bener, sinting!"
"Ya kan emang model motor mereka begitu semua"
"Ya udah besok gue suruh mereka bawa becak aja" Ucap Hana sambil mengunyah ciki yang ia minta dari salah satu siswi
"Lo masih sebulan di sini aja udah bisa ngerubah semuanya"
Adelia menarik lengan Yara "Ra, cabut aja udah"
Yara menghela napas, kemudian melangkahkan kakinya pergi.
-----
"Lo diem anjing, gak usah belain jablay, sono lu ah gak usah deket-deket gue!"
Vano menatap Yara melas, "Ya maap sih Ra"
"Ra lo kenapa bisa meledak gitu sih?"
"Gue udah sepet banget lihat tingkah mereka, enek Din asli"
"Sama si gue juga, mana tadi dia nantangin banget lagi"
Adelia menyeruput minumannya, "Nih minum dulu" Ia menggeser botol minum yang ada di depannya ke arah Yara
"Tapi lo tadi keren banget Ra, sumpah"
"Berisik" Yara melemparkan remukan kertas, "Gak usah sok muji-muji gue, muji aja si jablay"
Yara sebenernya bodo amatan kalau emang tuh dua cewe demen sama Vano, tapi alasan dia marah tuh gara-gara status yang dibuat sama Ayu dan temennya. Entah status apa, Yara sama sekali gak mau cerita, padahal Andin sama Adelia udah ngerayu dari tadi. Fyi aja ya guys, Yara gak bakal marah kalau gak dipancing.
"Ra kasih tau si, status apaan?"
"Gak usah, ntar lo ikutan kesel. Gue gak mau ada baku hantam kali ini"
"Maksut lakasut?" Tanya Bagus, "Baku hantam apaan?" Lanjutnya
"Kalau cewe lo tau, udah bukan adu cocot. Bonyok yang ada si mbah Ayu" Hana mengangguk setuju
"Kas, lo diem aja? Mikirin utang?" Rakas menggeleng, "Mikirin apa dong?"
"Lo"
TBC
Aku gak bakat banget deh bikin konflik gitu, jadi maaf banget ya kalau gak nge-feel
b
tw hari ini triple update ya hehe, jangan bosen plis :(
YOU ARE READING
LEAVE
Non-FictionJangan menyia-nyiakan dia hanya demi seseorang yang gak mungkin untuk kamu gapai. Pikirkan baik-baik keputusan yang kamu ambil sekarang ini. Ingat, yang namanya penyesalan gak mungkin ada di awal. Jadi, jangan sampai menyesal. "Del, pacaran yok?" -R...