H E - t h r e e

55.6K 5.6K 197
                                    

HE

°

Bagi Caesura yang tidak paham mengenai kesepakatan dalam penjelasan Nemesis saat ini, diam menjadi satu-satunya cara supaya tidak ada kesalahan pendengaran. Sudah pasti yang sedang pria itu bahas sangat rumit bagi Sura yang baru dijejali informasi, tapi bukan Nemesis jika peduli bahwa Sura kebingungan. Pria yang dikenal begitu egois tetapi memiliki bakat tinggi dalam berakting itu adalah pusatnya dari segala masalah sekaligus solusi.

"Mas, jujur saya nggak paham." Sura mendesah napas dengan bahu yang langsung turun. "Sebenarnya apa yang mas Nemesis sampaikan ini? Saya nggak ngerti dengan kesepakatannya."

Tatapan pria dengan sejuta karakter itu mendalam. Sura yang bodoh dan polos selalu bisa merasuk dalam gerak tatap Nemesis meski sesaat.

Sesaat itu penting, Sura! Jangan kemakan pesonanya!

Oh, sudah pasti Sura mendapatkan nasihat berulang kali dari manajer Nemesis dan orang-orang yang sudah bekerja bersama pria itu untuk waktu yang cukup lama. Rata-rata dari mereka adalah laki-laki. Saat ini hanya ada Sura yang bekerja bersama Nemesis tanpa dikeluarkan untuk jangka waktu yang terhitung lama. Sebab biasanya, para perempuan yang masuk dalam agensi Nemesis sudah ditendang oleh aktor itu sendiri tanpa memerlukan alasan. Para tim sudah hafal diluar kepala, alasannya adalah karena si perempuan sudah bisa ditaklukkan di atas ranjang. Intinya, Nemesis sudah mencoba si perempuan itu.

Maka dari itu, jika Sura ingin tetap bekerja dan memiliki gaji yang tinggi prinsipnya harus teguh; jangan tergoda Nemesis apalagi dicampakkan setelah dipakai.

Berdehem dan menepuk pipinya sekilas, Sura membuat Nemesis agaknya terkejut.

"Kenapa kamu memukul wajahmu sendiri, Sura?" tanya pria itu.

"Nggak ada alasan, Mas. Bisa lanjutkan? Tolong jelaskan secara perlahan, mulai dari fakta yang mas Nemesis tahu mengenai saya."

Mengalah, Nemesis akhirnya menjelaskan dari awal.

"Kamu adalah kembar dari panti asuhan yang kakak saya punya. Di sana, kamu ditemukan berdua bersama kembaranmu. Sayang kalian dibesarkan terpisah, panti harus menampung kamu karena ada satu pasangan orangtua yang ingin mengadopsi bayi tetapi hanya satu." Sura tidak terkejut lagi dengan fakta tersebut. Dia memang dibesarkan di panti asuhan Prodeo-yang baru belakangan dia ketahui milik kakak dari Nemesis-hingga usia delapan tahun.

"Selama itu... kenapa nggak ada satupun orang panti yang memberitahu saya mengenai kembarang saya?"

Nemesis memantik api hingga membakar batang rokoknya. Kebiasaan yang benar-benar Sura benci, tapi dia tak memiliki hak lebih sebagai asisten pria itu.

"Sederhananya, keluarga yang mengadopsi kembaranmu nggak menginginkan kamu tahu. Karena mereka takut kamu akan mencari tahu saudaramu dan meminta perlakuan yang sama kepada orangtua angkat Ratu atau dalam skenario pikiran dangkal mereka... kamu akan memengaruhi kembaranmu untuk pergi dari hidup mereka."

Sura berdecih. "Kenapa orang kaya bisa berpikiran aneh seperti itu, sih?"

"Kamu belum tahu keanehan lain yang 'orang kaya' selalu buat." Nemesis sengaja membuang asap rokoknya di depan wajah Sura hingga perempuan itu terbatuk. "Orang kaya nggak pernah memiliki seutuhnya sisi normal, Caesura. Kamu harus tahu itu."

Berdiri dari tempatnya duduk. Caesura mencari jarak dari Nemesis berada. Kursi bar yang ada di area dapur apartemen pria itu adalah tempat aman. Dia tak bisa menahan Nemesis untuk menghentikan kegiatan merokoknya, maka Sura mencari cara yang lain.

"Kenapa kamu pindah?"

"Karena saya nggak tahan dengan cerobong mas Nemesis."

Nemesis terkekeh. "Saya nggak akan ganggu kamu, kalau kamu menuruti kemauan saya untuk duduk di pangkuan saya."

Menaikkan kedua alisnya, Sura memejamkan mata sesaat karena menahan kesal. "Itu sama saja hal yang mengganggu buat saya, Mas."

"Apanya yang menganggu? Duduk di pangkuan saya nggak akan membuat kamu tersiksa-"

"Mas! Tolong kembali ke topik awal." Sura memotong ucapan aktornya.

Menghentikan kegiatan merokoknya, Nemesis kembali menatap Sura. Sayang, pria itu mengikuti Sura dan menuangkan bir dalam gelasnya.

"Saya belum mau menjelaskan banyak mengenai kondisi kembaranmu. Yang jelas, kamu harus hidup menjadi Ratuelita di depan media."

Sura terkunci. Nemesis bisa menuangkan bir ke gelas ketika berhadapan dengan si gadis karena lengannya yang panjang. Namun, sial bagi Sura karena menjadi tak bisa kemana-mana dan dia harus mengembuskan napas ke bahu telanjang Nemesis.

Jika begini, bagaimana dia bisa membalas? Nemesis menjadi begitu menyebalkan.

"Kenapa kamu diam saja?" tanya Nemesis.

Waras, Sura! Waraslah!

"Beritahu saya keuntungan apa yang bisa saya dapat dengan berpura-pura?" balas Sura langsung.

"Gajimu pasti naik. Ada tambahan tentu saja. Tapi ada risiko yang harus kamu tanggung dengan semua kompensasi besar dengan kesepakatan ini." Nemesis memberi peringatan.

"Apa?"

"Kamu harus meninggalkan semua jejak dirimu sekarang. Itu artinya, kamu akan dipalsukan kematiannya dan menjadi Ratuelita. Keluargamu akan mendapatkan tunjangan setiap bulannya, hidup mereka tidak akan sulit begitu kamu dikabarkan meninggal."

Apa-apaan semua ini?



/Caesura dibaca si-ˈzyu̇r-ə atau sizura lebih gampangnya/

He Wants to Messed Up With Me [TAMAT] TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang