S H E - f i f t e e n

34K 4.6K 98
                                    

SHE

°

Caesura tahu riwayatnya sudah tamat saat itu juga. Dia sudah masuk dalam permainan kebohongannya sendiri. Kebohongan yang dia letakkan diantara artisnya dan ibunya. Sekarang, ketika ada ucapan bernada tuduhan dari ibunya pada Nemesis... dia semakin lemas sendiri.

“Ma... jangan begitu.” Sura mencoba menahan ibunya supaya tidak semakin histeris melihat wajah Nemesis.

“Apa?!” sahut Brianna yang menatap putrinya dengan tegas. “Kamu larang mama nyalahin laki-laki ini?! Kenapa kamu membela pria yang nggak tanggung jawab atas perbuatannya?!”

Nemesis merasa tersinggung karena pembicaraan antara ibu dan anak itu terdengar tak mempedulikan keberadaan pria itu.

“Maaf. Tante, Sura. Saya bukannya bermaksud nggak sopan. Mari kita lanjutkan pembicaraan ini nanti lagi, karena sepertinya keadaan Jeno lebih penting. Saya janji, saya tidak akan mangkir dari semua ini. Saya pastikan kali ini tante dan Sura mendapatkan jawaban saya.”

Meskipun tak mengerti dengan apa yang sedang dibahas oleh kedua perempuan itu, tapi Nemesis mengerti bahwa ini semua berkaitan dengan kejadian yang sempat terjadi antara dirinya dan Sura. Malam dimana mereka tidur bersama rupanya tidak berakhir hanya dengan saling jujur dan meminta maaf saja.

“Mas Nemesis...?”

Nemesis hanya menganggukan kepalanya pada Sura. “Saya nggak akan lari, Sura. Nggak lagi.”

Pernyataan yang sangat meyakinkan itu membuat Brianna mengangguk setuju. “Saya harap kamu nggak akan lari dari tanggung jawab kamu setelah melihat Jeno.” Kembali Brianna berucap.

Mual sedikit merangkak naik pada lambung Nemesis. Antara mual karena alkohol yang sempat dikonsumsi dan tidak beristirahat atau karena membayangkan wajah Jeno yang sudah Nemesis simpulkan sebagai anaknya.

Begitu pintu terbuka, Brianna memilih duduk di sofa dan membiarkan Sura berada dalam jarak dekat dengan Jeno. Nemesis tanpa sadar berpegangan pada pinggiran ranjang hingga dadanya menabrak punggung Sura. Lemas karena dia melihat bayi mungil yang terpejam dan begitu tampan.

“Jangan kaget begitu. Jeno memang nggak banyak memiliki wajah Sura, itu sebabnya saya langsung sadar begitu melihat kamu. Tampannya cucu saya ternyata dari kamu.”

“Mama.” Sura jelas sedikit malu karena ibunya membahas mengenai tampannya wajah Nemesis yang memang tak perlu diragukan.

“Mama Cuma ngomong jujur, Sura. Mama nggak mungkin bilang sebaliknya, Jeno memang ganteng seperti biangnya.”

Nemesis tidak bisa tertawa sama sekali dengan ucapan ringan Briannya. Dia terus menatapi Jeno yang memang mewarisi sebagian wajahnya.

Menarik napas panjang. Nemesis berusaha menenangkan diri. Saat itu juga dia membisikkan pertanyaan retorisnya pada Sura. “Kenapa kamu membuat saya tidak mengenal putra saya sendiri, Sura?”

Dan Caesura harus segera sadar bahwa ada hutang penjelasan pada Nemesis. “Mas, saya—”

“Kamu tadi berniat mengatakan ini, kan?” Sela Nemesis.

Menunduk, Sura mengangguk karena memang itu yang terjadi.

“Bagus. Setelah saya bicara dengan mama kamu, saya mau bicara dengan kamu sampai tuntas!”

Sura tidak bisa menolak dan dengan pasrah mengiyakan dengan anggukan.

*

Inginnya Nemesis memang bicara dengan Brianna secara langsung, tapi lelah lebih cepat merayap hingga kepala dan mata Nemesis berat dan tiba-tiba saja menelungkupkan kepala di sisi ranjang sang anak. Sura sendiri memilih mengalah dan duduk berdua dengan ibunya yang sama tak bisa tertidurnya.

“Mama tahu siapa dia, Ra.” Kata Brianna hingga membuat Sura menoleh.

“Apa, Ma?” balas Sura.

“Dia artis terkenal itu, artis yang kamu bantu setiap harinya ke sana kemari. Tapi mama nggak nyangka kalian akan mempunyai hubungan seperti ini.”

Sura menggeleng. “Kami nggak punya hubungan apa-apa, Ma. Mas Nemesis juga nggak tahu aku hamil. Aku menyembunyikan semuanya. Bahkan manajernya kebingungan sewaktu aku ambil cuti melahirkan. Semuanya salahku. Aku nggak mau jujur ke siapapun, Ma. Mama nggak bisa menyalahkan mas Nemesis gitu aja, aku punya andil untuk menjelaskan segalanya yang dia nggak mengerti, Ma.”

“Apa pun alasannya, mama mau dia tanggung jawab. Nggak ada alasannya meninggalkan anak meskipun dia baru tahu fakta ini. Jeno jelas butuh kamu dan ayahnya. Kamu sering banget pulang larut, nggak libur, itu karena dia, kan? Makanya, mama langsung serobot begitu sadar mukanya mirip Jeno. Kalo mama nggak peduli, mama akan pura-pura nggak sadar sama kemiripan mereka. Tapi mama peduli! Jeno sakit begini adalah teguran supaya kalian lebih dewasa. Jangan mementingkan ini dan itu kalo kamu nggak memikirkan Jeno dengan baik. Itu juga yang jadi pertimbangan mama selalu telepon kamu, rusuhin kamu, karena mama mau kamu bergerak dan bertindak lebih dewasa.”

Sura terdiam. Ucapan Brianna tidak salah, tetapi sulit untuk Sura realisasikan.

“Setelah ini, mama cuma mau satu jawaban. Kalian menikah.”

Sepertinya ada yang salah dengan pendengaran Sura, karena pernyataan sang ibu terlalu tinggi untuk dikabulkan oleh Sura. Dirinya dan Nemesis menikah? Itu adalah imajinasi tergila yang pernah Sura dengar.

He Wants to Messed Up With Me [TAMAT] TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang