SHE
°
Caesura menganggap segalanya akan baik-baik saja setelah Nemesis menghubunginya. Yogi hanya bisa menghela napasnya berulang kali karena Sura dengan mudahnya mencari alasan untuk menghindari keputusan Yogi atas dirinya sebagai asisten dari Nemesis.
"Bilang apa dia?" tanya Yogi begitu pembicaraan di telepon Sura usai.
"Saya disuruh ke sana secepatnya."
Yogi memicingkan matanya. "Ke apartemennya?"
"Hm. Kalo gitu saya permisi, ya, Bang Yogi. Pembicaraan hari ini udah selesai, kan. Saya minta ke bang Yogi jangan sampai siapapun tahu. Jeno... dia anak saya. Saya nggak mau membuatnya jadi kontroversi, Bang. Biarlah dia tumbuh jadi anak dengan keluarga normal."
Yogi merasa ibu dari Jeno-lah yang tidak normal karena tak mau meminta pertanggung jawaban dari Nemesis yang kaya.
"Saya akan coba pastikan ke Nemesis. Apa dia mau berhenti atau nggak. Kalo dia nggak mau berhenti, kamu dan Jeno harus bersembunyi. Kalo dia ada pikiran untuk mundur dari dunia hiburan, itu bisa jadi kesempatan kamu untuk bisa meminta tanggung jawab-"
"Nggak perlu, Bang. Aku cuma butuh kehidupan yang layak bersama keluargaku, masalah tanggung jawab itu... terlalu rumit. Tapi makasih bang Yogi sudah peduli." Sura segera melesat dengan taksinya yang menunggu di depan gedung agensi.
"Sura! Jangan main-main dengan darahnya si keturunan dewa!" Teriak Yogi memperingatkan Sura yang hanya menganggapnya sebagai angin lalu.
*
"Mas Nemesis!" seru Caesura yang menemukan aktornya hampir jatuh menelungkup karena tidak seimbang.
Di meja bar dapur itu Sura memapah tubuh Nemesis yang sebenarnya tidak mabuk betul. Pria itu masih bisa membawa dirinya sendiri, meski agak asal.
"Mas Nemesis maunya apa, sih!? Kenapa kalo mabuk begini bikin saya susah!!? Apa kurang bikin saya capek selama kerja di lokasi!!? Kenap-"
Gerakan cepat Nemesis mencium bibir Sura mengejutkan sekaligus menghancurkan rentetan kalimat yang sudah Sura runutkan dalam kepala. Mereka belum mencapai sofa di depan televisi, tapi tubuh Nemesis dan Sura saling melekat karena pria itu menekan jarak menjadi tiada diantara mereka.
Ketika lidah Nemesis mencoba membuka katup bibir Sura, getaran aneh menyapa hingga bulu kuduk perempuan itu berdiri.
"Kenapa?" ucap Nemesis.
Lumatan bibir mereka terlepas, tapi jarak diantara keduanya masih melekat.
"Apa?" sahut Sura.
"Kenapa kamu merinding? Seluruh tubuh kamu," Nemesis mengusap lengan Sura. "Semuanya begitu mudah dibaca." Tatapan Nemesis tak pernah main-main dan Sura harus bisa mengalihkan diri.
"Lepas, Mas Nemesis!" Sura mencoba untuk mengembalikan keadaan. Tak ingin lebih banyak hal terjadi diantara mereka lagi.
"Kenapa harus saya lepas? Memangnya ini pertama kalinya kamu dicium? Sepertinya kamu lupa rasanya menghabiskan malam dengan saya sampai balik culun lagi."
Caesura menggerakan tubuhnya untuk keluar dari kungkungan Nemesis.
"Jangan bicara yang aneh-aneh, Mas. Saya antarkan mas Nemesis ke kamar saja. Supaya bisa istirahat."
Nemesis menyeringai. Dia membalikkan posisi dengan menindih Sura di atas sofa begitu cepat.
"Mas Nemesis!" pekik Sura berusaha untuk memberontak.
"Kenapa kamu pura-pura bodoh, Sura?"
Kali ini ekspresi Nemesis begitu cepat berubah. Wajahnya menunjukkan kemarahan, kentara sekali jika pria itu merasa... dikhianati.
"Apa, sih? Maksud mas Nemesis apa?!"
"Berhenti pura-pura!!" bentak Nemesis. Caesura begitu takut dengan sikap Nemesis yang seperti ini.
"Mas..."
Sejurus dengan ketakutan Sura, Nemesis kembali mencium perempuan itu dengan lebih ganas. Seolah tahu bahwa pernah dilakukannya hal tersebut.
Sura mendorong tubuh Nemesis sekuat tenaga yang ia punya. Tak menerima dengan pasrah, sebab bayangan dalam kepalanya menyebutkan bahwa mereka tidak akan baik-baik saja jika diteruskan.
"Lepas!!!" Dan berhasil. Sura mendorong Nemesis dan segera mencari tas selempangnya. Menghindari si pembuat ulah setelah menampar pipi Nemesis yang memaksakan kehendak.
"Sura!"
Tak dipedulikannya panggilan tersebut.
"Sura! Tunggu!"
Tangisannya meluruh dan membuat Sura bersusah payah menahan diri. Sesak dengan semua kejadian di malam ini. Saat dia harus menekan ketakutannya dipecat dari pekerjaan, dan Nemesis menambah daftar ketakutan Sura.
"Sura, Sura!"
Nemesis mencekal tangan perempuan itu dengan cepat. Dia belum mabuk, itu sebabnya dia masih sadar untuk tak membiarkan Sura pulang dalam keadaan seperti habis diperkosa.
"Apa mau mas Nemesis!?" Sura menghentak lengannya yang disentuh oleh Nemesis.
"Apa mauku!?? Aku jelas mau kamu jujur soal malam itu!!! Kenapa kamu berbohong seolah nggak ada yang terjadi!!? Kenapa kamu jadi sibuk memasak paginya seolah kamu baru datang pagi itu!!? Kenapa kamu berbohong soal parfum yang kamu pakai!!!? Aku ingin mau tahu semuanya!!!"
Sura mengeluarkan tangisnya. Kali benar-benar tidak menahan. Sebelum ada orang yang melihat Sura yang menangis di tower apartemen mahal Nemesis, segera perempuan itu diboyong tanpa peduli bahwa Sura masih berusaha dilepaskan. Nemesis membawa kembali Sura ke unitnya dan kali ini tidak akan melepaskannya untuk mendapatkan seluruh jawabannya sebelum perempuan itu menjadi Ratuelita.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Wants to Messed Up With Me [TAMAT] Terbit
Roman d'amour(CETAK DI KAROS PUBLISHER / E-BOOK GOOGLE PLAYBOOK) #hewantsmeseries Sura harus terjebak dalam pekerjaan yang melibatkannya untuk 'mengurusi' Nemesis. Aktor kebanggaan negara dan memiliki karir cemerlang di kancah Asia. Lelah karena tuntutan pekerja...