>> 22 <<

10.3K 1.2K 90
                                    

Happy Reading!!!

.

.

Sebuah mobil mewah keluaran terbaru terparkir di pekarangan rumah yang luasnya tak kira-kira itu.

Seorang pria tampan turun terlebih dahulu dan membukakan pintunya untuk si manis kesayangannya.

"Kamu gak harus bukain pintu mobil kayak gini, Jen. Aku masih sanggup kok buka sendiri," ucap Renjun yang baru saja keluar dari mobil.

"Udahlah, gak usah dipikirin. Aku seneng kok ngelakuin itu buat kamu. Sekarang, kamu masuk duluan sana, ini kuncinya," kata Jeno lalu memberikan sebuah kunci rumah pada Renjun.

Saat ini mereka berdua sudah berada di rumah yang akan mereka tempati bersama. Jeno sudah menyiapkan rumah ini, jauh hari sebelum melamar Renjun.

Jeno memang seserius itu pada Renjun. Bahkan, dia tidak hanya menyiapkan satu rumah saja. Dia juga sudah menyiapkan rumah lainnya di negara impian Renjun -Swiss-

Apa suami manisnya itu sudah tahu? Tentu tidak. Jeno rencananya akan memberi kejutan saat mereka honeymoon ke Swiss nanti.

"Kamu mau mandi air hangat, Jen?" Tawar Renjun sebelum masuk ke rumah.

Jeno mengangguk, "Boleh, deh." Dan Renjun langsung melenggang pergi setelah mendengar jawaban suaminya itu.

><><><

"Jeno lama banget~ Dia lagi ngapain, sih?" Gumam Renjun heran sambil mengeringkan rambutnya, dia juga sudah selesai menyiapkan air hangat untuk Jeno.

Dia menggantung handuknya dan mendudukkan tubuhnya di tepian ranjang. Ia merenggangkan badannya dan mulai menguap.

Rasanya, ia sudah tidak sanggup menahan kantuknya lagi. Apalagi setelah ia tadi meminum secangkir coklat panas, matanya terasa semakin berat. Acara hari ini bener-bener menguras tenaganya.

Mungkin dia bisa menunggu Jeno sambil berbaring. Renjun pun mulai membaringkan tubuhnya di ranjang. Tapi tak butuh waktu lama, dia akhirnya malah terlelap.

Cklek

Jeno melongokkan kepalanya dan melihat jika ternyata suami mungilnya sudah tertidur.

"Dicariin di sekeliling rumah, eh taunya malah udah tidur disini," gumam Jeno dengan sedikit terkekeh.

Melewati Renjun dengan tersenyum dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang rasanya lengket sekali.

"Haaaah ..."

Jeno menghela napas sembari merebahkan tubuhnya ke ranjang empuk. Renjun, lelaki cantik yang selalu Jeno dambakan sudah lebih dulu hadir persis di sisinya.

Sudah larut malam dan mereka berdua terlampau kelelahan. Pesta pernikahan memang ajang keluarga besar juga kerabat untuk bersuka cita atas bersatunya dua insan yang saling mencinta, tapi tentu saja prosesi itu menguras banyak tenaga. Khususnya untuk kedua pengantin baru ini.

Jeno membalikkan badan ke sisi kiri. Ditatapnya intens wajah manis Renjun-pujaan hatinya, seseorang yang telah mengikat janji suci sehidup semati dengan dirinya tadi pagi.

Jeno mendekatkan wajahnya pada wajah sang suami–mengikis jarak hingga beberapa senti–lalu mengusap pipi Renjun dengan ibu jari. Perlahan jemarinya turun ke bibir ranum Renjun.

Ditekannya bibir itu dengan lembut. Paras suaminya memang indah, hampir seperti bidadari. Tidak, bahkan mungkin setara dengan bidadari atau lebih.

Renjun yang sudah terlelap sedikit terusik dan menggenggam pergelangan tangan Jeno, menepis telapak besar itu dari wajah lelahnya, lalu mengecup bibir sang dominan dan memeluknya erat.

Jeno bisa merasakan tubuh mungil Renjun bergesekan dengannya. Dengan hati-hati ia mengambil tangan Renjun yang melingkari lehernya, lalu mengecup punggung tangan sang submisif.

"Renjun... kau tau? Aku cinta padamu."

Jeno sekali lagi mengusap pipi Renjun dengan ibu jarinya. Namun yang berbeda kali ini, ia mengecup bibir sang suami. Rasanya manis dan hangat.

"Aku tergila-gila padamu... Kau tau itu, 'kan?"

Ia membelai rambut Renjun, sambil sesekali menciumi leher mulus si manis, yang kemudian dibalas oleh desahan Renjun yang samar-samar. Mungkin ia mulai merasa tidurnya terganggu oleh sesuatu.

"Hngg... Mmm," telapak tangan Renjun kini berada di atas dada milik Jeno–menyuruhnya untuk berhenti. Namun Jeno sudah maju terlalu jauh. Ia memindahkan tangan Renjun ke tengkuk lehernya, sembari membuka kancing atasan piyama Renjun satu persatu.

Kali ini Jeno lebih nekat. Bibirnya turun untuk menciumi permukaan dada Renjun yang tak sebidang miliknya. Sesekali ia mengusap dan menjilati kulit putih sang pujaan hati. Renjun yang sedari tadi hanya melenguh dan meremas rambut Jeno perlahan membuka netranya.

"Nghh... Lee Jeno, sebenarnya kau mau apa? Aku lelah..."

"Aku mau dirimu, Huang Renjun. Tidak. Maksudku, Lee Renjun." Jeno mencium bibir Renjun, lalu mulai melumatnya pelan.

Renjun yang terkejut oleh serangan Jeno berusaha melawan, menghentikan aksi lelaki yang lebih muda sebulan darinya itu. Ketika ia kira sudah menang, Jeno malah mendudukkan tubuhnya di atas tubuh Jeno.

PLAK!

Bunyi tamparan cukup keras terdengar dari kamar luas itu. "Sial. Jeno, aku lelah!" ucap Renjun dengan nada meninggi.

Sedetik kemudian ia sadar bahwa yang baru saja ia tampar adalah suaminya sendiri. Lee Renjun, kau bodoh. Sangat bodoh.

"A-ah, Jeno, maaf. Aku t-tidak bermaksud..." Ucapnya gelagapan.

"Tidak, tidak apa-apa. Harusnya aku juga tidak melakukan hal seperti ini saat kau kelelahan. Maaf," pinta Jeno sambil merapikan kembali baju tidur Renjun.

Renjun yang sedari tadi terduduk di badan Jeno–lebih spesifik, bagian bawahnya– merasakan sesuatu yang menonjol di bawah sana.

Ia bisa merasakan milik Jeno tepat berada di antara kedua pahanya yang hanya tertutup celana pendek. Panas mulai menyebar dari pipinya yang merona ke seluruh tubuh. Renjun rasa ia tidak akan bisa tidur dengan nyaman lagi malam ini.

"Mmm, Jeno... ayo kita lakukan itu. Tadi... kau menginginkan itu, 'kan?"

Renjun lalu mulai meraba perut berotot sang dominan, menyingkap kaos putih polos yang menutupi salah satu bagian favoritnya sambil menggerakkan pinggul.

Sang dominan kemudian mendekap erat tubuh Renjun, membiarkan tangannya menggoda tubuh Renjun yang mulai terangsang. "Benarkah? Baik." Jeno menggigit bibir bawah Renjun, membiarkan desahan nikmat yang sedari tadi ditahan keluar sepenuhnya.

"Haa... ahh–Jeno!" Renjun bisa merasakan seluruh badannya dikuasai oleh Jeno, berharap pria yang sekarang telah mengikat status dengannya memberi lebih dari ini.

"Aku hanya akan memberi tahu satu hal. Malam ini kau tidak akan bisa menarik kembali kata-katamu, sayang."

"Eungghh"

.

.

Iya aku tau ini nanggung banget tapi jangan minta lebih pweaseee gemeter nih revisinya juga

Thanks to my friend viciousbullet karena dengan sukarela membantu di part ini

Oh ya, aku bakal lanjutin book ini sampai Renjun punya anak 🎉🎉🎉 Jadi tunggu kisah Jeno yang kesusahan menghadapi masa kehamilan Renjun^^

See you~

-Auva✨

[✓] My Lovely Chef || NoRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang