>> 23 <<

10.6K 1.2K 100
                                    

Happy Reading!!!

.

.

Suara kicauan burung terdengar dari luar jendela. Sinar mentari pagi pun mulai masuk ke dalam kamar melalui celah-celah yang ada.

Renjun mulai membuka matanya disaat ada sinar matahari yang mengenai sedikit wajah manisnya. Dia menguap dan merenggangkan tubuhnya. Melihat ke samping dan mendapati Jeno ternyata belum bangun.

Renjun mendudukkan dirinya perlahan. Mengucek-ngucek matanya sebentar dan turun dari kasur. Kakinya pun melangkah menuju kamar mandi.

"A-akh," ringisnya saat mulai berdiri. Dia baru ingat kalau dia belum bisa berjalan dengan benar. Akhirnya dia pun berjalan dengan langkah tertatih.

Sekitar dua puluh menit, Renjun keluar dari kamar mandi.

"Uwahhh... Seger banget," gumamnya, "Lah? Jeno belum bangun juga? Tsk, kebo banget," cibirnya saat melihat Jeno masih tergulung selimut.

"JENO!!! JENO!!!" Renjun tiba-tiba saja melompat ke kasur dan memukul-mukul badan suaminya itu dengan brutal.

"BANGUN JENO!!!" Teriaknya tepat di kuping sebelah kanan Jeno.

Karena terkejut, Jeno langsung membuka matanya dan terduduk, "Kenapa sih, Njun?" Tanyanya setengah sadar.

"Udah pagi, Jeno. Ayo, bangun!" Seru Renjun sambil menggoyang-goyangkan badan Jeno.

"Aku masih ngantuk~" jawab Jeno dan merobohkan tubuhnya lagi ke kasur.

"Ihh gak boleh! Ayo bangun, Jeno~" Renjun menarik-nari tangan Jeno supaya duduk.

Tapi mau sekuat apapun Renjun narik Jeno tetep aja gak akan ada hasilnya. Yang ada, malah dia yang ditarik sama Jeno buat ikut tiduran lagi.

Jeno memeluk Renjun dan melingkarkan kakinya di badan si mungil seakan-akan sedang memeluk guling.

Renjun mendorong-dorong tubuh Jeno, "Jeno~ Bangun~"

"Iya nanti aku bangun kalau udah gak ngantuk."

"Gak mau. Harus bangun sekarang pokoknya!"

"Kamu wangi, Njun. Udah mandi?" Jeno malah mengalihkan pembicaraan.

"Udahlah! Aku 'kan bukan pemalas kayak kamu," jawabnya.

"Biarin pemales juga. Itu artinya kita saling melengkapi, Njun. Kamu bagian yang rajin, aku bagian yang males."

"Aku gak mau punya suami males kayak kamu!"

"Mana sempat, aku keburu sah jadi suami kamu, sayang." Jeno mencium pucuk kepala Renjun. Menggesek-gesekkan hidungnya pada surai lembut beraroma vanilla itu.

"Ngeselin," ucap Renjun kesal lalu mencubit kecil lengan atas Jeno.

"AWW!!! SAKIT!!!" Jeno mengaduh kesakitan dan langsung melepas pelukannya. Dia mengusap-usap lengannya yang tadi dicubit. Kok bisa sesakit itu, sih?!

Renjun tertawa melihat Jeno yang sedang menggerutu.

"Mau sarapan apa, Jen?" Tanya Renjun sambil terkekeh.

Jeno mendelik, "Kamu gak mau minta maaf dulu gitu? Kamu gak ngerasa bersalah sama aku?"

"Ahahaha iyaa deh. Maafin aku ya, Nono~" Renjun memeluk Jeno dan mengalungkan tangannya pada leher pria tampan itu. Dia juga beberapa kali mengecup pipi tirus Jeno.

"Udah, tuh. Gak usah ngambek lagi."

"Gak. Aku masih ngambek. Ada yang belum kamu kasih ke aku."

[✓] My Lovely Chef || NoRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang